Kaito sudah siap menghadapi masalah serius dengan Ryou yang sedang dipegang erat oleh Kino karena ingin memukulnya sungguhan. Bahkan sebelum dia melakukannya, semua isi pikirannya diutarakan langsung oleh mulutnya yang pedas. Ryou adalah orang yang sangat jujur.
“Aku akan memberikanmu satu tinju lagi dengan tamparan sebagai bonus, Kaito!!”
“Baiklah kalau begitu. Itupun kalau kau bisa melawan kakakmu”
Kaito mengetahui seberapa dekat ikatan persaudaraan kedua kakak beradik itu. Apalagi sang adik yang cukup terbilang protektif, tidak akan benar-benar melawan kakaknya sampai memukulnya untuk mundur.
“Ugh, lepaskan tanganmu dariku, Kino! Aku akan melakukannya selembut mungkin, aku bersumpah. Setidaknya hanya warna merah atau cap tanganku saja yang membekas di wajah menyebalkannya itu!”
“Justru karena aku tau itu, aku menghentikanmu Ryou!!”
Hal yang patut untuk disyukuri oleh mereka bertiga saat ini adalah lokasi tempat mereka berada cukup jauh dari kelompok goblin yang berkeliaran di luar sana. Meskipun suara mereka keras dan hampir tidak ada cahaya di ruangan itu karena jendela dan tirai yang sengaja ditutup, namun mereka masih dalam keadaan yang baik dan bisa bernapas lega untuk sementara. Dibuktikan dengan drama kecil yang dilakukan oleh mereka selama beberapa menit.
Setelah lelah dengan drama selesai, akhirnya suasana menjadi kembali normal.
“Ok ok aku akan diam. Anggap saja itu adalah kemurahan hatiku padamu. Ingat itu Kaito! Aku akan menyimpan tinju ini sampai saatnya tiba”
“Aku mengerti. Aku akan sebaik mungkin menjauh darimu kalau kau ingin meninjuku lagi”
Ryou masih belum menyerah tentang keinginan untuk memukul Kaito. Sedangkan Kaito hanya tersenyum dan mulai membuka topik pembicaraan serius yang baru. Dia memberitaukan informasi tentang makhluk yang muncul di
kota.
“Aku tidak tau sudah berapa lama aku terjebak di tempat ini. Aku juga sudah mengatakan pada kalian bahwa aku sudah pernah melawan goblin itu sebelumnya. Apa kalian mengingatnya?”
“Kaito-san memang mengatakan itu beberapa jam lalu”
“Memang ada yang salah dengan itu, Kaito? Aku tidak akan heran dengan itu karena kau sudah lama melewati ‘dunia malam’. Apa ada hal lain lagi selain munculnya makhluk jelek itu?”
Kaito memberikan tekanan pada pengucapan kata-kata yang keluar selanjutnya seakan memberikan petunjuk kepada mereka bahwa hal itulah yang paling penting.
“Sebenarnya tepat sebelum mereka datang, aku juga bilang bahwa kemungkinan besar kalian bertemu dengan dark wolf itu sedikit. Apa kalian mendengar itu?”
“Kau memang bilang itu juga. Aku ingin bertanya kenapa tapi tiba-tiba kelompok goblin itu datang. Kaito, sebenarnya kenapa kau terus mengatakan hal yang ambigu begitu?”
“Aku ingin mengatakan bahwa kita tidak akan bertemu dengan makhluk yang sama setiap kali ‘dunia malam’ datang”
“Eh?!” kedua kakak beradik itu kaget mendengar ucapan Kaito dan hanya bisa mengeluarkan satu kata dengan ekspresi ambigunya
“Selain itu, jika makhluk-makhluk yang tiba lebih dulu di tempat ini tidak dikalahkan, makhluk baru lainnya tidak akan muncul”
“Apa kau serius, Kaito?”
“Tapi itu kenyataannya. Kalian melihatnya iya, kan…mayat troll di sana. Para troll itu adalah makhluk pertama yang kulawan di hari itu. Aku melawan mereka cukup lama karena hari itu pertama kalinya mereka muncul di ‘dunia malam’. Aku belum pernah bertarung dengan para troll selama terjebak di ‘dunia malam’ ini. Setelah mereka semua mati, sekawanan dark wolf muncul di hadapanku”
“Jadi, jika para goblin itu belum sepenuhnya dimusnahkan maka tidak akan ada makhluk baru yang muncul di kota ini. Apa benar begitu, Kaito-san?” tatapan mata Kino cukup serius saat bertanya kepada Kaito
“Tepat sekali” Kaito membenarkan pernyataan Kino
Ryou berpikir sesaat sebelum dia ingat ucapan Kaito sebelum ini.
“Kaito, kau bilang makhluk yang muncul kemarin tidak akan muncul lagi hari ini. Jika benar begitu, apa kau tau kapan kau akan bertemu lagi dengan makhluk yang sama?”
“Aku tidak tau pasti soal waktunya tapi yang jelas aku akan bertemu dengan mereka. Yang membedakan adalah jumlah yang datang. Hanya saja, sejauh ini aku pernah melawan dark wolf dan goblin lebih dari satu kali”
“……”
“Dan sedikit informasi, kawanan goblin itu hanya tersisa lima belas ekor di luar sana”
“Li–lima belas!! Kau sudah membunuh mereka lebih dari setengahnya!! Sesingkat ini?!” Ryou membuka mulutnya lebar-lebar karena tidak bisa menyembunyikan ekspresi kaget di wajahnya
“Aku tau Kaito-san sangat kuat tapi… aku tidak mengira kamu akan sekuat itu”
“Selama kelima belas ekor goblin itu masih di luar sana, kita tidak akan menghadapi makhluk yang baru. Tapi, mungkin saja ‘dunia malam’ ini masih menyimpan hal lain yang tidak terduga. Sebagai contohnya adalah semburan air tanah yang tiba-tiba muncul seperti kemarin malam”
“Karena mereka belum sampai ke jalan ini, artinya kita bisa bernapas lega untuk sementara waktu. Bukankah begitu, Kaito-san?”
“Hanya jika mereka benar-benar tidak melewati jembatan itu, kita masih akan aman”
“Begitu. Entah kenapa aku bisa sedikit merasa lega. Terima kasih banyak untuk perjuanganmu melindungi kami berdua, Kaito-san”
Kino tersenyum sangat senang karena malam ini mereka tidak harus meregang nyawa untuk bisa selamat dari ‘dunia malam’. Ryou juga bisa menunjukkan wajah senangnya. Tapi, entah kenapa hati Kaito tidak bisa tenang, seperti ini adalah ketenangan sebelum badai.
Meskipun begitu dia masih sangat bersyukur karena ‘dunia malam’ hari ini benar-benar seperti sedikit memihaknya. Lawan yang muncul hanya para goblin yang tidak begitu kuat. Selain itu, semua persiapannya menghadapi calon ‘kejutan’ jika muncul juga sudah begitu matang dari malam kemarin.
“Satu hal lagi. Yang memimpin para goblin itu tadi adalah seekor giant orc setinggi kurang lebih empat meter dengan tombak sepanjang dua meter”
“Giant orc… makhluk besar dengan wajah mengerikan mirip goblin. Tubuh kuat mereka adalah aset utama mereka, karena bisa menghancurkan atau melemparkan benda berat. Makhluk seperti itu yang kau memimpin para goblin?”
Ryou mengetahui seperti apa fisik monster di ‘dunia malam’ itu karena sering melawan mereka dalam game. Kali ini, Ryou benar-benar menjunjung tinggi kebanggaannya bermain game sampai larut malam. Siapa yang mengira di saat seperti ini, hal kecil itu bisa menjadi pengetahuan penting untuk menyelamatkan nyawanya dan sang kakak.
“Sepertinya kau tau banyak tentang monster-monster yang muncul, Ryou. Apa berkat ‘game’ yang sering kau katakan itu?”
“Aku tidak tau kau paham dengan yang dimaksud game atau tidak, Kaito. Tapi, sekarang ini aku merasa aku tidak akan kalah kalau hanya soal monster yang muncul di tempat ini”
“Kaito-san pernah bertarung melawan giant orc sebelumnya?”
“Belum. Giant orc yang muncul itu baru pertama kali muncul. Dan aku baru saja mengalahkannya sebelum kesini. Jubahku terkena banyak sekali darah miliknya sekarang”
“Apa!! Kau mengalahkannya sebelum kemari?! Kau pasti manusia super Kaito. Terlepas dari tindak kriminal yang sudah kau lakukan, aku mengakui kemampuan bertarungmu”
Itu murni pujian untuk Kaito dari Ryou. Sebaliknya, Kino justru merasa khawatir pada keadaannya dibandingkan memuji Kaito lebih dulu.
“Apa kamu terluka, Kaito-san? Apa karena itu kamu datang lama sekali?”
“Begitulah. Aku tidak apa-apa. Satu giant orc tadi cukup memakan waktu tapi aku belajar hal baru lagi jika harus bertemu lawan yang sama”
“Syukurlah kalau tidak terluka” Kino menghela napas lega
Kaito melihat jam sakunya. Waktu yang ditunjukkan jam itu pukul 08.30. Sudah nyaris dua setengah jam mereka berada di ‘dunia malam’. Setidaknya ini benar-benar peluang pertama mereka untuk bisa aman.
Kaito mungkin merasa lelah akibat pertarungan yang dia lakukan, tapi dia tidak bisa terus bersembunyi karena dia belum menemukan tanda-tanda keberadaan kepingan ingatannya.
Kemungkinan besar pasti ada di ‘dunia malam’. Dia berpikir untuk pergi keluar lagi dan mencari petunjuk mengenai kepingan itu walau minim informasi. Tapi, ketakutan lain muncul saat dia berpikir tentang kedua kakak beradik yang berada di hadapannya.
‘Jika aku pergi mencari benda itu, mereka pasti akan mengikutiku. Dan jika keberuntungan mulai sedikit ingin bercanda dengan nasib, mereka pasti akan terlibat pertarungan dengan para goblin. Ini tidak mudah. Disisi lain aku ingin mencarinya tapi aku tidak ingin mereka terluka’.
Tanpa disadari oleh kedua kakak beradik itu, Kaito sedang bertarung dengan pikirannya sendiri. Dia yang mengatakan agar mereka melindungi dirinya sendiri, tapi dia justru merasa dialah yang harus melindungi mereka.
Keinginan itu tidak pernah terlintas sebelumnya dan baru muncul akhir-akhir ini sejak dia bertemu dengan mereka. Ada suatu ikatan kuat, entah karena mereka memiliki jam saku yang sama dengannya atau karena mereka berada dalam situasi yang sama.
Diam-diam Kaito memegang pipi kirinya sambil tersenyum tipis.
‘Ryou akan memberiku tamparan lagi jika aku tidak mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak ingin merasakannya lagi’
Kaito terdiam sebentar lalu mulai bertanya kepada mereka.
“Apakah kalian berdua tidak merasa lelah?”
“Apa?” Kino dan Ryou melihat wajah Kaito yang tersenyum
“Kita aman sementara ini, tidakkah kalian ingin tidur dan beristirahat sebentar?”
“……”
Keduanya terdiam dan saling memandang satu sama lain. Kaito tau kondisi mereka hanya dari melihatnya. Mereka lelah, bukan secara mental tapi secara fisik.
Dia merasa mereka cukup dewasa dengan kontrol emosi yang baik sehingga mereka tidak panik secara berlebihan seperti pertama kali bertemu dengannya. Namun, itu akan lain cerita jika menyangkut ketahanan fisik mereka.
Kaito bisa terus terjaga selama dua belas jam penuh di ‘dunia malam’ walaupun dia harus bertahan sambil bertarung melawan monster di dalam sana. Tetapi berbeda dengan keduanya. Ketahanan fisik mereka tidaklah sekuat itu sehingga dia tau mereka pasti lelah dan butuh tidur.
“Jika kalian mau memanfaatkan waktu sebentar, aku tidak masalah berjaga beberapa jam selagi kalian tidur. Aku tau kalian membutuhkan itu sekarang”
Tawaran Kaito terdengar begitu manis di telinga mereka. Diakui oleh keduanya dalam hati bahwa mereka sudah mulai lelah tapi masih bisa ditahan sedikit lagi. Mereka tidak mengatakan hal itu pada Kaito karena akan terdengar tidak adil jika hanya mereka yang beristirahat.
“Aku mengerti maksudmu, Kaito-san. Terima kasih atas tawarannya, tapi di kondisi seperti ini, biarpun masih aman dari kelompok goblin, kami juga harus waspada. Aku tidak mau menyusahkan Kaito-san lebih dari ini”
“Lagipula kau yang habis bertarung sebelum kemari kan? Kenapa bukan kau saja yang tidur? Aku dan Kino sudah berada di sini lebih dulu, jadi kami masih memiliki tenaga untuk bergerak. Jangan memperlakukan kami seperti anak kecil ya!”
“……”
Keduanya menjawab dengan wajah tenang dan santai seperti mereka memang terlihat masih belum merasa lelah. Kaito sudah menduga jawaban mereka. Dia berdiri ke arah jendela dan mengintip dari balik tirai.
“Masih belum ada tanda-tanda para goblin yang datang. Aku berani menjamin kita masih aman. Selain itu, alasan kenapa aku meminta kalian untuk istirahat karena aku bermaksud untuk keluar dari tempat ini dan mencari petunjuk tentang kepingan ingatanku”
“Apa?”
“Kau mau keluar lagi?! Kau baru melawan mereka dan ingin ke sana lagi?”
“Aku sudah mencari petunjuk tentang permata yang kemungkinan adalah kepingan ingatanku di ‘dunia siang’, tapi aku tidak menemukan apa yang kucari. Jadi, kupikir benda itu ada di suatu tempat di ‘dunia malam’. Makhluk-makhluk yang bermunculan itu juga pasti bukan kebetulan ada di tempat ini. Karena itu, jika terus bersembunyi aku mungkin tidak akan menemukan apapun”
“Tapi, Kaito-san–”
“Kino, tenanglah. Aku sudah janji akan mengatakan semua dengan jujur tanpa menyembunyikan apapun lagi kan?. Aku sudah mengatakannya pada kalian aku ingin pergi keluar setelah ini. Karena aku yakin kalian pasti akan mengikutiku. Bukankah begitu?”
“Tentu saja kami akan ikut denganmu, Kaito!! Aku dan Kino juga harus menemukan cara agar bisa kembali ke Jepang!!”
“Karena itu aku meminta kalian untuk tidur sebentar. Sambil kalian mengumpulkan tenaga yang dibutuhkan untuk bertarung, aku juga bisa berfikir lebih baik. Tidak begitu buruk, bukan?”
Mereka terdiam sesaat. Mereka bingung harus menjawab apa karena kenyataannya mereka memang lelah. Itu tidak akan bisa bertahan lebih lama. Akhirnya mereka setuju.
“Baiklah. Kami akan tidur sebentar. Tolong bangunkan kami jika memang ada bahaya, mengerti? Dan kau sendiri juga sebisa mungkin istirahat”
“Kaito-san bisa membangunkan kami jika memang ingin tidur. Kami akan menggantikanmu berjaga selagi kamu tidur”
“Baiklah. Akan kuingat itu. Selamat malam, Kino, Ryou. Tidurlah dan jangan pikirkan apapun”
Mereka berdua merebahkan tubuh mereka di atas tempat tidur masing-masing dan memejamkan matanya. Tebakan Kaito benar. Tidak membutuhkan waktu lama sampai mereka benar-benar tertidur pulas seperti orang yang pingsan. Ini bukti kalau mereka tidak akan mampu bertahan lebih lama jika terus terjaga. Kaito yang masih berdiri di dekat jendela kembali duduk di tempat tidurnya sambil melihat mereka tertidur pulas.
“Selamat malam. Aku berharap semoga kalian bermimpi indah dan tidak melihat mimpi buruk seperti yang selalu kulihat dalam tidur”
******
Di malam itu, kabut benar-benar tidak muncul. Berbeda dengan malam sebelum ini dan malam sebelumnya lagi, ‘dunia malam’ kali ini tidak sama seperti kemarin. Ada perasaan damai yang aneh. Kaito duduk di tempat tidurnya dan hanya melihat ke arah jam saku miliknya. Jarum jam yang terus berputar menjadi pemandangan terindahnya saat itu. Begitu hening tanpa ada suara apapun dari luar. Terdiam beberapa saat, mulutnya mulai mengatakan
sesuatu.
“Jika aku ingat kembali… sejak bertemu dengan ‘orang itu’, aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan tetap hidup sampai saat ini”
Kaito mulai memikirkan banyak hal dan bicara seorang diri di kesunyian malam. Dia tidak memiliki ingatan apapun tentang kehidupannya sebelum semua ingatan itu lenyap, tapi dia mengingat hari setelah dia kehilangan semuanya dan tidak tau apa arti dari hidupnya di dunia ini sampai dia bertemu dengan orang yang menolongnya.
“Aku yang bahkan tidak tau siapa sebenarnya diriku ini seperti cangkang yang kosong. Begitu tidak berarti dan rapuh. ‘Orang itu’ lah yang menolongku dan memberiku sebuah harapan untuk hidup. Salah satu harapan itu adalah jam saku ini”
Pikirannya menjadi kosong. Pandangan matanya berubah gelap. Semua tidak terdengar, semua tidak terlihat, semua terasa mati.
“……”
“Saat mendengar bahwa aku bisa menemukan ingatanku yang berada di tempat yang sangat jauh, aku sudah memutuskan tujuan hidupku. Aku bertekad menemukan kepingan ingatan itu dan mendapatkan kembali semua yang telah hilang dari tubuh dan hati ini”
“……”
“Meskipun sudah berkali-kali ‘orang itu’ memperingatkanku bahwa tempat itu begitu berbahaya, aku tetap bersikeras untuk pergi. Semua ingatan itu pergi melewati banyak ruang dan waktu yang tidak dapat kudatangi
dengan cara biasa. Karena itu, jam saku ini diberikan padaku sebagai petunjuk keberadaanya”
“……”
“Bertarung melawan monster di pegunungan, tersesat di hutan yang mematikan, terdampar di gurun pasir… semua itu berlawanan dengan dimensiku berasal dan tidak pernah ada dalam pikiranku bahwa aku akan menghadapi bahaya demi sekeping permata ungu yang merupakan ingatanku sendiri. Ironis sekali. Aku merasa seperti aku bukanlah manusia. Cangkang kosong tak berarti ini… mendapatkan sebuah nama ‘Kaito’ sebagai tanda”
Di tengah kesunyian itu, Kaito semakin tenggelam dalam pikirannya. Mulutnya terus bicara tanpa henti. Dia tidak menyadari apapun di hadapannya. Seakan semua pikirannya kosong, dia tidak tau kenapa dia terus bicara.
Tangannya menjadi dingin dan semakin dingin. Entah sejak kapan dia tidak menyadari bahwa mentalnya telah melemah di saat itu. Apakah keheningan malam itu yang mempengaruhinya atau sejak awal Kaito memang telah lelah secara mental.
“Setiap aku memejamkan mataku, aku selalu melihat mimpi yang sama. Seseorang menangis dan ada sesuatu di dekatnya yang membuatnya sedih. Setelah itu semua gelap dan hanya ada warna hitam. Itu adalah mimpi buruk, mimpi itu yang menemani tidurku…seakan membunuh hati ini perlahan”
Dia tidak sadar tangan yang menggenggam jam saku itu semakin melemah. Genggaman itu semakin lemah hingga membuat jam saku itu akan terlepas dari tangannya.
“Siapa aku, aku tidak tau. Darimana aku berasal, aku tidak tau. Dimana aku sekarang, aku tidak tau. Apa yang kulakukan sekarang, aku tidak tau. Kenapa aku disini, aku tidak tau. Apa yang kucari, aku tidak tau. Untuk apa aku bertarung, aku tidak tau. Aku tidak tau, aku tidak tau, aku tidak tau, aku tidak–”
Terasa sesuatu mengelilingi tubuhnya. Dia tidak menyadari apa itu karena semua terasa mati. Dia hanya merasa ada sesuatu mendekap tubuhnya.
“Mungkin saat ini semua terasa kosong bagi, Kaito-san. Tapi bukan berarti semua menghilang begitu saja. Kaito-san sudah berjuang sejauh ini untuk menemukan ingatanmu. Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi tujuan hidupmu dan itu luar biasa”
“Kau mungkin seorang diri sampai kemarin, tapi sekarang kau tidak sendirian. Setidaknya kau sudah bertemu dengan orang yang baik hati seperti kami. Dan jika semua terasa kosong maka kau hanya perlu mengisinya dengan hal baru yang lebih berwarna”
“…Hal yang…lebih berwarna…”
“Apa kamu merasa lelah, Kaito-san?”
“Mmm….. aku lelah. Aku sangat lelah… tapi aku takut untuk tidur. Semua terasa hampa saat aku tidur. Aku tidak tau harus berbuat apa sekarang…”
“Pejamkan matamu dan menyerahlah pada rasa lelah itu sekarang. Kau akan baik-baik saja, Kaito. Lagipula, jika kau tidak tidur sekarang aku akan memberimu sebuah pukulan keras sampai kau pingsan”
“……”
“Selamat malam, Kaito-san. Selamat tidur”
Matanya mulai menutup dan kesadarannya mulai menghilang. Tubuhnya ditahan oleh kedua orang itu dan mereka merebahkannya di tempat tidur. Jam saku yang nyaris lepas dari genggamannya dipegang oleh Ryou dan dimasukkan ke saku dalam jubahnya. Kaito telah tertidur dan sekarang giliran kedua kakak beradik itu yang menjaganya.
“Kau dengar semua itu, Kino?” Ryou bertanya sambil melihat Kaito yang tertidur
“Aku dengar semuanya. Aku sangat kaget mendengar Kaito-san mengatakan semua hal itu. Apa menurutmu dia sadar apa yang dia katakan?”
“Tidak mungkin dia menyadarinya, kan?. Aku melihat matanya tadi dan pandangannya kosong. Dia bahkan tidak melihat kita yang sudah bangun berdiri di hadapannya”
Kino dan Ryou melihat Kaito dengan perasaan khawatir.
“Kupikir ‘dunia malam’ kali ini akan membuat keuntungan tersendiri bagi Kaito. Tapi sepertinya tidak begitu. Aku tidak bisa membayangkan kalau dia bertingkah seperti itu saat di ‘dunia malam’ sendirian. Dia pasti sudah mati sekarang”
“Aku senang kita berdua bersamanya”
“Aa… kau benar Kino. Huh!! Dia berhutang nyawa lagi padaku. Lihat saja nanti, aku akan menagihnya jika dia berani macam-macam”
Kino melihat jam saku miliknya. Waktu telah berjalan cukup lama dari mereka tidur sampai sekarang.
“Jamnya menunjukkan pukul 01.00 sekarang. Sudah jam satu dini hari. Tidak kusangka kita bisa bertahan sejauh ini tanpa mengalami pertarungan berat. Ini semua berkat Kaito-san. Aku yakin dia pasti sangat lelah”
“Hah!! Dengan gayanya itu dia bilang akan menjaga kita tidur. Lihat sekarang, posisinya jadi terbalik!!”
“Ryou… Kaito-san benar-benar menjaga kita tidur. Jangan bicara seperti itu lagi tentang Kaito-san. Itu tidak baik”
“Hmph!” Ryou membuang mukanya ke samping
“Juga… aku masih sedikit marah karena Ryou menampar Kaito-san sungguhan. Aku tidak akan bicara padamu mulai detik ini sampai emosiku membaik”
“A–apa?! Tidak, kau tidak bisa melakukan itu Kino?! Jangan mengacuhkanku?!”
“……”
“Kino… jangan coba-coba–”
-KIIIIIIIK… KAAAKH… KIIIIIK
“……!!!”
Wajah mereka seketika menjadi pucat. Suara itu berasa dari luar, tepatnya berada di dekat jembatan tempat mereka bersembunyi. Selain itu, suaranya tidak terdengar asing. Itu adalah kelompok para goblin.
Kino dan Ryou langsung memasang sabuk pengikat senjata mereka dan berjalan dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara. Dengan hati-hati, Ryou sedikit membuka tirai di jendela dan melihat ke luar.
“Kino… mereka di sini. Para goblin itu mulai mendekat”
“Berapa banyak yang datang?”
“Sebentar… satu, dua, tiga…Total semuanya ada 8 ekor. Sial!! Lebih dari setengahnya sudah mulai berada di jalan”
“Kaito-san bilang bahwa yang tersisa ada lima belas. Apakah kamu melihat sisanya?”
Ryou melihat dengan hati-hati.
“Tidak ada. Hanya itu”
Setelah itu dia menutup tirainya kembali.
“Waktunya benar-benar tidak tepat untuk kita. Kaito baru saja tidur dan mereka justru muncul di sini sekarang. Ini akan sulit”
Kalau itu adalah Kaito, dia pasti dengan sangat mudah membunuh semua goblin itu. Kaito bahkan sudah membunuh pemimpin mereka sebelum ke tempat itu. Tapi tetap saja bagi kedua kakak beradik itu akan sangat sulit. Apalagi membunuh satu ekor sebelumnya saja sudah membuat Ryou yang melawannya kerepotan.
“Ryou, Kaito-san tidak boleh sampai bangun. Mental Kaito-san membutuhkan istirahat sekarang. Apapun yang terjadi, kita yang harus melawan mereka”
“Aku tau itu, jangan khawatir. Aku juga akan melindungimu, Kino”
Mereka sudah bersiap dengan senjatanya, sampai tiba-tiba suara keras terdengar dari lantai bawah bangunan itu.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 671 Episodes
Comments
🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
seperti dugaanku pasti hal anehnya lain2
2024-04-02
2
Kav
Lama-lama seru ya. Udah lama gak baca. Coba marathon kalau bisa
2023-12-05
2
Lazy sloth
sebenarnya mereka melakukan itu juga egois sih, selelah apapun mental orang tidak menutup kemungkinan dia itu lelah. Di Dunia kayak gitu ada baiknya orang gak bertindak gegabah
2023-06-03
2