Di kota yang berubah gelap dan sepi, hanya suara langkah kaki milik mereka berdua yang terdengar. Berlari secepat mungkin, akhirnya mereka sampai di toko senjata itu. Tanpa pikir panjang Kaito langsung menendang pintunya hingga pintu itu rusak.
-BRAAAK
Di dalam ruangan itu, hanya ada Ryou dan benda-benda yang sebelum ini dipesan olehnya di atas meja kasir. Kaito mendekati tempat Ryou yang masih berdiri di depan meja kasir dengan tatapan bingung sambil tetap menggandeng tangan Kino.
“Ryou!!!”
“Kaito, Kino! Kalian kembali. Darimana saja kalian berdua?”
“Ryou! Apa Ryou baik-baik saja?”
“Aaa…aku tidak apa-apa. Tapi aku mendengar bunyi jam berdentang seperti waktu itu dan tiba-tiba semuanya menghilang kecuali benda-benda ini”
Kino melihat sekeliling ruangan di toko itu dan benar-benar terkejut. Tempat itu sama seperti toko obat yang didatanginya bersama Kaito, semuanya ikut menghilang. Toko senjata itu pun tidak meninggalkan apapun kecuali sebuah meja dengan senjata yang sebelumnya telah dipesan oleh Kaito.
Setelah sampai di meja kasir Kaito melepaskan genggamannya itu, meletakkan dua kantong kain yang dibawanya dan memeriksa semua senjata yang ada di atas meja. Dia mengambil pedangnya kembali.
“Kaito, kau harus menjelaskan semuanya. Aku tetap diam di sini dan tidak melakukan apapun kecuali mendengarkan pemilik toko ini menunjukkan barang dagangannya dan bicara. Lalu, tiba-tiba semua menghilang tanpa jejak….”
“……”
“Ooi, Kaito?”
Ryou bicara pada Kaito namun sepertinya dia tidak mendengarkan. Pandangan Kaito fokus pada semua senjata yang ada di meja. Diantara semua senjata di meja, dia melihat tiga buah sabuk pengikat pedang, dua untuk mengikat pedang panjang dan sebuah sabuk khusus dagger yang bisa menyimpan tiga pisau sekaligus. Itu benda yang tidak pernah dia pesan sebelumnya.
“Ryou, apa kau menyentuh benda-benda ini saat kami pergi tadi?”
“Pemilik toko itu menawarkanku sabuk pengikat ini karena pedang dan dagger yang kau pesan tidak dilengkapi dengan sabuk untuk menyimpannya. Tentu saja aku menyentuhnya. Asal kau tau, aku bahkan sudah mencoba sabuk itu di pinggangku”
Kaito tersenyum pada Ryou dan memujinya dengan kata-kata “kerja yang bagus”. Dengan cepat Kaito memakai satu sabuk pengikat pedang dan memasangkan pedang tanpa sarung miliknya. Dia juga memakaikan satu sabuk lainnya dan memasangkan pedang bermata ganda satu lagi ke pinggang Ryou.
“Oi…aku bisa memasangnya sendiri!!”
“Ini cara tercepat. Tolong kau diam saja dan jangan banyak bicara, anak kecil!! Jangan banyak bergerak atau aku sulit memasang ini”
“……Ikh……”
Setelah selesai, Kaito mengambil dagger berikut dengan sabuknya untuk dipakaikan ke pinggang Kino.
“Kino, aku juga akan memasangkan ini. Tolong kau jangan bergerak”
“Aku mengerti…” Kino mencoba untuk tidak tegang sampai Kaito selesai memakaikan sabuk itu
“Sekarang aku akan menjelaskan penggunaan senjata ini dengan cepat. Waktu kita terbatas jadi kalian berdua pasang telinga baik-baik”
Kaito dengan cepat menjelaskan setiap elemen senjata yang dimiliki mereka dan bagaimana cara agar mereka bisa menggunakannya secara maksimal. Dia juga membagikan ketiga jenis obat yang dibawanya, masing-masing dari mereka mendapatkan tiga puluh botol obat dari setiap jenisnya. Kantong tersebut kemudian diikatkan dengan kuat di sabuk senjata mereka masing-masing.
“Panah ini akan kugunakan sebagai penyerangan jarak jauh. Aku yakin dari kalian belum pernah menggunakan panah atau pedang. Tapi, kalian harus bisa bertarung sekarang. Nyawa kalian akan menjadi taruhannya sejak kalian masuk ke ‘dunia malam’ ini”
“Kami tau. Aku tidak akan membiarkan serigala-serigala itu kembali menyerang kita. Selain itu, aku akan membalas perbuatan mereka yang telah melukaiku kemarin” Ryou berkeringat karena tegang namun terlihat semangat disorot matanya. Membuktikan bahwa dia sungguh-sungguh akan bertarung.
Ryou, seperti yang diketahui memiliki bakat dalam olahraga. Bakat olahraganya sendiri mungkin tidak sama dengan seni beladiri. Tapi kalau diukur dari stamina dan kelincahan fisiknya, dia tidak kalah dari Kaito.
Satu kecemasan datang ketika Kaito melihat Kino. Dia tau bahwa dari segi kemampuan fisik, dia berbeda dengan adiknya. Meski ketenangan dan otaknya bisa dimanfaatkan, tapi ini bukan soal strategi. Lawan mereka adalah makhluk yang bukan manusia. Akan sulit jika hanya mengandalkan otakmu untuk bertarung.
“Kino, aku tau aku bisa mengandalkan pemikiran cepatmu tapi soal kemampuan bertarungmu, itu semua tergantung pada keinginanmu untuk hidup”
“Jangan khawatir, Kaito-san. Aku mungkin lebih lemah dari Ryou. Tapi jika hanya menggunakan pisau-pisau ini, aku masih bisa mengusahakan sesuatu. Selain itu, aku tidak akan menyia-nyiakan kebaikanmu yang mau mendengarkan permintaan egoisku”
Melihat senyum Kino, Kaito merasa bisa mempercayai semua kata-kata itu. Dia bisa mempercayai mereka berdua. Dia bisa menjamin bahwa mereka bisa melindungi diri mereka sendiri. Itu adalah pertama kali baginya bisa percaya pada orang lain selain dirinya sendiri.
“Kaito, biarkan aku menggunakan perisai ini juga bersamaku” Ryou mengambil perisai yang tersisa. “Aku akan menggunakan ini untuk melindungi Kino. Aku tidak akan membiarkan Kino bertindak penuh resiko seperti kemarin. Kau dengar itu kan, Kino?” Ryou melihat wajah kakaknya sambil memasang senyum
“Ryou…” dan sang kakak membalas senyuman itu kembali
“Aku lupa bilang pada kalian kalau kemungkinan besar kita untuk bertemu dengan dark wolf akan sedikit”
“Apa? Kenapa begitu?”
“Itu karena–”
-BAAAAANG
“……!!!”
Sebelum Kaito menyelesaikan kata-katanya, sebuah suara hentakkan kaki besar terdengar dari jauh. Tetapi, semakin lama jaraknya terdengar semakin mendekat. Terdapat suara langkah kaki yang banyak sekali seperti segerombolan makhluk berlarian bersama dengan suara langkah kaki besar itu. Dengan cepat ketiga orang itu bersembunyi di balik meja kasir.
Kepanikkan mulai terlihat dari wajah kedua kakak beradik itu. Seperti mengalami mimpi buruk kembali dengan durasi yang lebih panjang.
Jika kemarin mereka hanya menghabiskan waktu sekitar tiga sampai empat puluh menit di ‘dunia malam’, mereka harus mengucapkan selamat pada diri mereka sendiri karena mereka akan berada di sana selama dua belas jam.
Suara langkah kaki yang berlarian itu mulai terdengar mendekati toko tempat mereka sembunyi.
“Suara itu… tidak seperti suara kaki serigala yang berlari. Kaito, suara apa itu?”
Ryou bicara dengan suara pelan. Bagaimanapun juga, mereka sudah mulai dalam situasi layaknya ‘survival game’, jadi apapun yang mereka lakukan akan berpengaruh pada keselamatan mereka seutuhnya.
“Sepertinya aku kenal dengan suara itu. Aku akan coba melihat dan memastikannya”
Kaito sedikit melirik dari balik meja tempat mereka sembunyi. Dia melihat sosok dengan tinggi sekitar 100 sampai 120 cm melintas secara berkelompok dalam jumlah besar. Dari suara langkah kakinya bisa dipastikan mereka bisa disebut dengan ‘sekelompok pasukan monster’.
Kaito melihat ada bagian tubuh yang familiar dari balik kegelapan di luar. Dia tidak begitu terkejut dengan apa yang dilihatnya.
“Cih…ternyata benar dugaanku. Itu adalah kawanan goblin”
“Goblin katamu?!” wajah terkejut Ryou mulai ditunjukkan
“Jika sampai menghadapi mereka dengan jumlah itu akan sangat merepotkan”
Kino mencoba sedikit melihat dari balik meja juga dan memastikan seperti apa goblin yang muncul
“Kaito-san, makhluk itu berwarna hijau, pendek dan mengerikan dengan telinga dan gigi taring yang panjang. Apa itu yang disebut goblin? Apa kamu yakin, Kaito-san?”
“Tidak, aku sangat yakin itu mereka. Aku pernah menghadapi mereka sekali. Tapi jumlah mereka saat itu tidak sampai tiga puluh ekor. Jumlah yang sekarang muncul lebih banyak dari sebelumnya. Ini akan merepotkan”
“Tunggu, kau pernah melawan mereka sebelum ini?!” Ryou masih bicara pelan tapi dia hampir berteriak karena kaget
“Ssst…jaga nada bicaramu atau mereka akan menemukan kita semua, Ryou!”
“Ma–maafkan aku. Tapi, serius kau pernah menghadapi mereka?”
“Aa…”
Kaito menjelaskan bahwa ciri-ciri yang muncul dihadapan mereka saat ini sama seperti apa yang dideskripsikan oleh Kino. Mereka memiliki tubuh yang terbilang pendek setinggi anak kecil, memiliki telinga panjang dan wajah mengerikan. Kaito menambahkan bahwa senjata yang dipegang oleh goblin yang sekarang muncul hanya sebuah pedang dan perisai sederhana.
“Pada dasarnya mereka bukan monster yang kuat. Jika kalian melawannya satu lawan satu, kemungkinan kalian bisa menang. Tapi lain cerita jika mereka menyerang kalian secara berkelompok, kemungkinan peluang kalian akan menang melawan mereka itu 50:50 atau yang terburuk 49:51 dengan ratio kekalahan kalian berbanding tipis dengan kemenangan kalian”
Ryou benar-benar mencoba menjaga emosinya mendengar kalau mereka bertiga harus terjebak dengan kawanan goblin.
“Yang benar saja!! Monster yang selalu kukalahkan dalam permainan game justru sekarang bisa membunuhku”
Kaito melihat barisan kelompok goblin itu melewati toko tempat mereka bersembunyi sambil sesekali melirik ke arah kedua remaja di belakangnya Dia harus memastikan mental mereka dalam kondisi terkendali atau mereka harus terpaksa melawan kawanan musuh yang lewat. Dalam situasi seperti ini, dia harus mengatakan sesuatu.
“Kalian harus tenang. Aku akan menegaskan satu hal. Tujuan kalian adalah untuk bertahan hidup sampai ‘dunia malam’ ini berakhir. Senjata yang kusiapkan untuk kalian bukan demi bertarung tapi untuk bertahan sampai ‘dunia siang’ datang. Ingat itu”
“Tapi kau juga bilang kalau bertemu mereka kita harus menyerang, kan!. Sama saja harus bertarung, dasar bodoh!!”
“Aku memang mengatakannya tapi itu kalau kau bertemu dengan mereka” karena sudah terlalu kesal dengan mulut Ryou yang selalu menjawabnya dengan pedas, Kaito tidak tahan dan menutup mulut besarnya itu dengan tangannya
“… Mmmph…mmph…mmmpphh…”
“Sstt…Kaito-san, Ryou…tenanglah…”
-Sreeet
“……”
Karena Ryou yang sedikit bergerak memberontak, tanpa sengaja dirinya mendorong meja sedikit dan membuat suara. Seketika keadaan mereka menjadi horror. Itu karena, suara tersebut terdengar oleh seekor goblin yang lewat di barisan terakhir.
Pada saat itu, kelompok goblin bersama sumber suara hentakkan kaki itu sudah melewati toko-toko di sekitar area itu termasuk tempat mereka bersembunyi. Hanya tersisa sekitar sepuluh atau sebelas ekor lagi di barisan belakang kelompoknya sampai semuanya pergi. Tetapi, semua berubah karena ulah ceroboh seseorang.
Terima kasih pada orang tersebut, goblin itu mendengar suara gemericit dari dalam toko dan masuk ke sana karena penasaran.
Sejauh ini, tidak ada satupun goblin yang memasukki bangunan-bangunan yang ada di kota itu. Mereka hanya melaluinya dan berjalan di seluruh jalanan di kota, berpencar tanpa memeriksa bagian dalamnya. Namun sekarang, seekor goblin masuk ke dalam sebuah bangunan toko yang hanya terdapat sebuah meja di dalamnya.
Kalau dilihat dari situasi ini, kemungkinan goblin itu akan mengabaikan meja tersebut adalah nol. Dan itulah yang terjadi. Goblin itu mulai berjalan ke arah belakang meja.
Saat goblin mulai mendekat dan memeriksa apa yang berada di balik meja itu, serangan tiba-tiba dilakukan oleh Kaito.
-CRAAAAT
Kaito menyerang goblin itu dengan pedangnya, menciptakan sayatan yang sangat dalam di bagian leher hingga kepala goblin tersebut nyaris putus dan membuat darah kental berwarna keunguan mengotori jubah yang dia pakai.
-Kiiiiiiiiiiiiik……
Sebelum mati, goblin itu sempat membuat suara beberapa detik. Dan berkat beberapa detik suara itu dari goblin itu, goblin lain di barisan belakang mulai berlarian dan menyerang Kaito. Pertarungan Kaito di ‘dunia malam’ akhirnya dimulai.
Tanpa basa-basi, dengan gerakan cepat, Kaito menyerang sepuluh goblin lain yang dengan agresif berlarian ke arahnya. Bangunan toko itu adalah area tertutup yang hanya mempunyai satu pintu keluar, ditambah para goblin itu menyerang serentak dari setiap sisi membuat peluangnya untuk kabur sangat kecil. Namun, Kaito tidak butuh peluang itu.
Pilihan yang dimiliki olehnya hanya dua, ‘membunuh atau dibunuh’. Karena itu, tidak ada serangan Kaito yang sia-sia.
Dari balik meja, kedua kakak beradik itu melihat Kaito yang bertarung dan mereka menyadari betapa kuatnya dia. Begitu mudah memanfaatkan situasi dan menyerang tanpa memberikan lawan kesempatan melawan. Perbedaan kemampuan mereka sangat terlihat.
[Jika melakukan kesalahan sedikit saja, kalian berdua mungkin akan mati.]
Itu adalah kalimat yang pernah dikatakan Kaito, saat mereka terpisah darinya ketika mencari pedangnya di kota. Kesalahan sedikit bisa menjadi sangat fatal. Pertarungan ini terjadi akibat sedikit kesalahan yang dibuat oleh mereka. Jika saja mereka bisa tenang dan tidak menimbulkan suara, mereka bisa saja menghindari pertarungan dan tetap dalam keadaan aman.
Ryou merasa sangat bersalah. Dia ingin membantu Kaito melawan para goblin itu. Tetapi, jika dia ke sana hanya akan menghambat pergerakan Kaito.
Di saat keraguan muncul, terdengar kalimat yang menjadi semangat barunya.
“Semua akan baik-baik saja selama kita bersama”
“……”
Kino dengan penuh percaya diri tersenyum dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
“Ryou, bukankah kita sudah memutuskan untuk berjuang mencari cara agar bisa kembali?”
“Kau benar, Kino. Selain itu, apa gunanya semua senjata yang sudah kita miliki ini jika hanya untuk aksesoris? Aku juga harus bertanggung jawab karena memulai ini. Selain itu, tidak adil jika Kaito menjadi keren seorang diri”
Ryou mulai kembali percaya diri. Sinar matanya berubah dan mulai bersemangat. Tanpa ragu, dia menarik pedang di sampingnya dan berlari untuk menyerang, tapi sepertinya itu hanya langkah awalnya menunjukkan kemampuan. Pertarungan Kaito hampir selesai dan semua goblin berhasil dihabisinya hingga sepertinya kesempatan Ryou menjadi keren tertunda.
-SLAAAASH
Saat Ryou muncul, kebetulan sekali goblin terakhir telah dikalahkan dengan sekali tebas di bagian kepala hingga terbelah dua.
“Sudah selesai?! Padahal aku baru saja memperbaiki mentalku dan ingin membantumu. Kembalikan pemikiranku yang ingin keren juga”
Kino hanya bisa tersenyum dengan kelakuan adiknya dan Kaito yang mendengar itu mencoba menahan tangannya untuk memukul tuan besar kepala itu.
“Terlambat. Lagipula kalau hanya sebelas goblin masih bisa kuatasi sendiri. Terima kasih atas kecerobohanmu tadi, kita harus segera lari dari sini sebelum kelompok mereka yang lain mengepung tempat ini”
-KIIIIIIIIK…KIIIIIIIK…KAAAAAAKH…
Keberuntungan mereka mulai diuji. Baru saja Kaito mengatakan hal itu, goblin yang lain mulai berdatangan. Mereka mulai berlari menyerang ketiga orang tersebut.
“Membuang-buang waktu saja, ini tidak akan ada habisnya!!! Kalian berdua….aku akan membukakan jalan, kalian berdua lari secepat mungkin dan ikuti aku. Gunakan senjata yang kalian miliki”
“Ooo… aku tidak akan kalah darimu!! Kino, kemarilah!!”
Kino memegang dagger di kedua tangannya dan keluar dari balik meja dengan posisi siap untuk bertarung. Dengan gerakan cepat dia berlari mendekati Ryou yang berada di depannya. Kaito maju menyerang untuk menyingkirkan para goblin yang menghalangi jalan keluar, sedangkan Ryou memasang perisai ungu tersebut untuk perlindungan saat dia dan kakaknya menerobos jalan yang telah dibukakan oleh Kaito.
‘Perisai ini ringan sekali tetapi material yang digunakan begitu kuat. Dengan ini, bisa digunakan untuk bertahan dan melindungi Kino’
Ryou tercengang dan memuji perisai itu dalam hati karena benda tersebut mudah sekali digunakan. Dia melihat ke arah Kino dan berkata, “ikuti aku dan jangan tertinggal”
Kino merespon dengan percaya diri.
“Aku akan tepat di belakangmu, Ryou”
Mereka mulai berlari menyusul Kaito.
Jumlah goblin yang menghalangi pintu masuk cukup banyak dan setiap kali mereka dikalahkan, kelompok lain yang sudah ada di depan mulai berdatangan untuk ikut menyerang.
Saat mereka tiba luar dan menengok ke sisi kiri, mereka harus melihat pemandangan tidak mengenakan. Puluhan goblin yang belum sempat dihitung oleh mereka mulai berlari mengejar mereka. Ketiga orang itu berlari secepat mungkin menuju sisi lain jalan.
Kaito tiba-tiba memperlambat kecepatan berlarinya. Posisinya saat ini sejajar dengan kakak beradik itu. Dia meminta keduanya untuk berlari lebih cepat.
“Kalian berdua larilah lebih cepat. Kembali ke tempat yang aman untuk kita bersembunyi!!”
“Kaito-san!! Apa maksudmu? Apa yang ingin kau lakukan?”
“Aku akan mengurangi jumlah mereka sedikit. Jangan khawatir, aku ada di belakang kalian. Kino, aku percaya kau bisa memahami apa yang kumaksud. Itu adalah peluang pertama agar kita bisa lepas dari situasi ini”
Kecepatan Kaito sekarang mulai melambat dan jarak dirinya dengan Yuki bersaudara semakin jauh. Dia membalikkan tubuhnya dan bersiap menyerang dengan panahnya. Panah yang dia miliki dilengkapi dengan tiga puluh anak panah. Setidaknya dengan panah itu dia bermaksud melenyapkan sepuluh sampai lima belas goblin.
Dimulailah tembakan bertubi-tubi ke arah kawanan goblin.
Satu per satu para goblin itu mati akibat terkena tembakan panah milik Kaito. Sesekali Kaito juga berlari kembali dengan cepat untuk menjaga jarak antara dia dengan kelompok goblin yang mengejarnya.
Seperti yang diketahui bahwa senjata yang dimiliki goblin itu hanya pedang pendek dan perisai jadi tidak mungkin mereka bisa menyerang dari jarak jauh.
Hal itu sangat menguntungkan Kaito. Selain itu kemampuan menembakkan anak panah darinya benar-benar seperti profesional.
Bahkan meskipun para goblin itu sempat memasang perisai di depan mereka tapi masih belum cukup untuk menahan kecepatan panah yang dilepaskan Kaito. ‘Dunia malam’ kali ini sedikit berpihak padanya karena tidak ada kabut tebal yang muncul, membuat pandangannya saat menembakkan panah sangat jelas.
‘Aku sangat yakin mereka akan bisa mengetahui keadaan ‘dunia malam’ ini. Firasatku cukup baik kali ini. Untuk pertama kalinya, aku bisa mempercayakan diriku pada orang lain’
Kino dan Ryo terus berlari secepat yang mereka bisa sambil terus meningkatkan kewaspadaan terhadap daerah sekitarnya. Saat Kino menengok ke belakang dia menyadari bahwa jarak antara mereka dengan Kaito itu sudah cukup jauh sampai bayangan mereka berdua tidak terlihat.
“Ryou, tunggu. Aku sudah tidak melihat Kaito-san di belakang kita”
“Apa?”
Ryou berhenti dan menengok. Dia berhenti untuk mengamati situasi.
“Kenapa dia tidak menyusul kita? Tidak mungkin dia dikalahkan kelompok goblin itu. Dia bilang sendiri bahwa dia pernah melawan mereka sebelumnya.”
Ryou sedikit kehilangan kendali dirinya.
“Aku akan menyusul dan melihatnya”
“Jangan!!” sambil memegang tangan sang adik, Kino melarangnya pergi
“Tapi, Kino–!!”
“Kaito-san mempercayakan sesuatu padaku. Dia bilang dia ingin kita kembali ke tempat yang aman. Aku masih belum memahami apa yang dimaksud tempat yang aman itu tapi yang jelas dia meminta kita memikirkan sesuatu”
“Apa maksud dari perkataannya itu aku sama sekali tidak memahaminya. Padahal dia sendiri yang bilang harus berpikir cepat tapi malah memberi kita tebak-tebakan. Memangnya ada tempat seperti itu di sini?”
“Yang pasti itu adalah sebuah bangunan juga, tapi–”
Kino melihat sekeliling. Ada yang aneh dengan semua tempat di kota dalam ‘dunia malam’ itu. Dari yang mereka ingat saat pertama kali datang, semua bangunan tampak hitam dan gelap. Selain itu, tidak ada apapun di dalamnya. Pintu dan jendela juga tidak ada. Benar-benar kosong seperti hampa. Hal itu sama persis dengan keadaan di area tempat mereka berhenti. Tidak ada apapun.,seperti ‘kotak kosong’ di ‘dunia malam’.
“Ryou, tidakkah kamu berpikir semua bangunan ini tampak aneh?”
“Aneh? Apanya yang aneh dengan tempat ini? Ini sama seperti kemarin malam, kan?”
“Lihat sekelilingmu dengan baik, Ryou. Bangunan toko senjata dan toko obat yang kita datangi memiliki pintu saat memasuki waktu ‘dunia malam’. Tapi, kenapa bangunan di sekitar tempat ini tidak memiliki apapun? Bukankah ini sangat aneh?”
“Pintu…” Ryou mulai menyadari saat melihat semuanya, “…Kaito masih bisa menghancurkan pintu toko itu saat dia datang ….Ck…Kau benar, Kino. Ada yang tidak benar di sini. Ini seperti kita melewatkan sesuatu”
“Tapi jika diperhatikan lagi, meskipun memiliki pintu, tempat itu juga tidak mempunyai kaca jendela yang menempel seperti saat kita mendatanginya sore ini”
“Kalau dipikir lagi itu memang benar. Kenapa bisa seperti itu?”
“Kurasa itulah kenapa Kaito-san meminta kita untuk lari terlebih dahulu. Kaito-san ingin kita memahaminya. Kata kata miliknya kemungkinan adalah petunjuk”
Pikiran rumit mulai mendatangi mereka. Mereka tidak lagi berlari tanpa tujuan, tetapi justru berpikir kemana sebenarnya tempat tujuan mereka sekarang.
Kata-kata Kaito seakan meminta mereka untuk kembali ke tempat persembunyian yang paling aman. Tapi, tidak terlintas dipikiran mereka tempat apa itu. Selain itu, mereka sekarang sedang ada ditengah masalah serius dengan kelompok goblin yang menyerang.
“Jangan main-main, Kaito sial!! Bisa-bisanya dia meminta kita bertaruh nyawa dalam keadaan begini hanya untuk memecahkan omong kosongnya itu!” Ryou tidak tahan dan berteriak di area yang sepi
Hanya bisa bersyukur karena para goblin di belakang mereka tidak mengejar mereka sekarang. Kalau ada yang mendengar teriakan itu, sudah bisa dipastikan siapa yang harus disalahkan.
“Ryou, jangan bersuara sekeras itu. Kita tidak tau apakah ada goblin di sekitar sini atau tidak”
“Tapi ini membuatku kesal. Selain itu–”
-KIIIIIIK…KHAAAAAK…
Tepat di depan mereka yang berjarak sekitar lima meter, siapa yang menyangka bahwa tiba-tiba seekor goblin yang sepertinya tertinggal dari kelompoknya melihat mereka dan tanpa pikir panjang langsung menyerang.
“Khh…. Kenapa justru malah bertemu sungguhan!! Padahal dari belakang kita sudah tidak ada apapun yang mengejar bahkan Kaito sendiri” Ryou memberikan perisainya kepada sang kakak dan langsung mengambil sebuah dagger dari tangannya, “Kino, tukar senjata. Pegang perisai ini, berikan satu pisau itu padaku”
“Ryou…. Kamu harus berhati-hati. Kita belum pernah melawan makhluk seperti itu”
“Tapi aku pernah melawan serigala liar kemarin malam. Lagipula Kaito sendiri yang bilang kalau hanya satu kemungkinan menang cukup besar. Jangan cemas, pengetahuanku selama main game bisa diaplikasikan sekarang”
Ryou berlari ke arah goblin itu dan menyambutnya dengan dua serangan. Goblin itu mulai mengayunkan pedangnya untuk menyerang Ryou. Dengan cepat dia menahan serangan itu dengan dagger di tangan kirinya dan langsung menyerangnya. Goblin itu ternyata lebih pintar karena dia menangkis serangan itu dengan perisai yang dibawanya.
“Cih, ternyata makhluk ini lebih pintar. Kenapa bisa orang macam Kaito membunuh mereka hanya dengan satu serangan!”
“Ryou!!!” Kino yang terlihat begitu cemas mencoba berlari untuk membantu tapi Ryou melarangnya
“Jangan kemari!! Bukankah ada hal yang lebih penting? Kino, teka-teki bodoh dari Kaito harus segera dipecahkan atau kita tidak memiliki banyak waktu!. Kau diam disitu dan pikirkan semua jawabannya. Aku yang akan melawan makhluk jelek ini!”
“Tapi–”
“Aku sudah memutuskan untuk tidak akan membuat kakakku bertindak ceroboh lagi, ingat? Tebak siapa kakakku itu? Jadi, biarkan adikmu ini menjaga ucapannya sendiri”
Kino menahan langkahnya setelah mendengar kata-kata itu.
‘Ryou benar. Harus cepat mendapatkan jawaban dari petunjuk yang diberikan Kaito-san. Tapi, bagaimana?’
Bertanya dalam hatinya, Kino hanya bisa memandang perisai yang diberikan Ryou padanya. Dia menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Setitik cahaya datang menerangi keraguannya. Entah kenapa dia seperti mengingat hal kecil yang dilewatkan olehnya.
[Intinya aku sudah mempersiapkan semua hal yang terbaik yang bisa kulakukan]
[Ryou, apa kau menyentuh benda-benda ini saat kami pergi tadi?]
[Kerja bagus]
Itu semua adalah kata-kata Kaito. Dan setelah berpikir dengan keras hingga mengeluarkan keringat, akhirnya Kino menyadarinya
“Ryou, aku sudah tau kemana kita harus pergi” Kino berteriak ke arah Ryou yang masih bertarung
“Benarkah?! Yosha…. Sekarang saatnya menyelesaikan ini dengan cepat!!!” Ryou mendengar itu dan langsung bersemangat untuk menyerang goblin di depannya.
Dengan cepat Ryou menendang tubuh goblin dan membuatnya mundur. Setelah itu, dia maju dan berhasil melukai bagian tangan milik goblin yang memegang perisai. Goblin itu menahan sakit dan tidak tinggal diam. Meskipun tanpa perisai, dia tetap nekad menyerangnya. Ryou memanfaatkan peluang itu. Gerakan cepat dari pedangnya berhasil mengenai bagian dada makhluk itu dan makhluk itu seketika mati.
“Akhirnya tidak sia-sia aku bermain game. Iyuuuuh… cairan ungu yang kental ini menjijikkan. Tidak bisakah warna darah mereka itu diganti menjadi pink atau biru agar menutupi sisi jelek wajah mereka”
Dalam keadaan seperti ini, masih ada orang yang sempat memberikan komentar aneh seperti Ryou. Tingkat percaya dirinya saat ini sudah mencapai level maksimum karena berhasil mengaplikasikan pengalaman gamenya di dunia nyata.Kino menghela napas lega dan menghampirinya.
“Syukurlah kali ini Ryou tidak terluka”
“Tentu saja. Lihat ini, aku hebat iya kan? Puji aku sepuasmu, Kino. Aku siap mendengarkannya”
“Aku mengerti. Adikku sangat hebat. Aku bangga padamu, Ryou”
“Bagus. Jadi, kau bilang kau tau kemana kita harus pergi kan? Akhirnya teka-teki bodoh darinya sudah berhasil dipecahkan?”
“Kita tidak boleh membuang waktu. Kaito-san pasti juga akan ke sana cepat atau lambat”
Mereka berdua langsung pergi meninggalkan tempat itu. Sambil berlari, Kino mengambil jam saku miliknya dan melihat bahwa waktu menunjukkan pukul 07.15. Waktu mereka untuk mempertahankan hidup mereka di ‘dunia malam’ masih sangat panjang.
Sekarang faktor lain yang mereka butuhkan adalah keberuntungan. Keadaan ini mengharuskan mereka untuk terus hidup. Bahkan, untuk Kaito yang sedang dalam keadaan tidak begitu baik di belakang mereka.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 671 Episodes
Comments
Loly 💃
lanjut lagi
semangat terus untuk author dan para reader gratisan 🤣🤣🤣🤣🤣
2024-10-19
1
Loly 💃
ternyata dari sini
Uda bisa menebak bagian dari karakter masing-masing
💪💪💪💪💪💪
2024-10-19
1
Loly 💃
bunyi suara goblin 😅😅😅😅
2024-10-19
1