Hoshigaoka, Kelas 3-A.
Jam menunjukkan pukul 12.00 siang dan tiba waktunya untuk makan siang.
“Penjelasannya sampai di sini. Jika ada yang ingin ditanyakan bisa menemui bapak di ruang guru. Dan jangan lupa mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan hari ini”
Setelah pak guru selesai memberikan penjelasan, bersamaan dengan keluarnya beliau bel tanda istirahat berbunyi.
“Kino, kita makan. Ayo ke atap sekolah lagi” Ryou dengan semangat memegang pundak kakaknya dan mengajaknya makan siang bersama.
“Iya” sambil mengangguk dan tersenyum, Kino mengeluarkan kotak bento miliknya.
Aktifitas sehari-hari lainnya yang dilakukan kedua kakak adik itu adalah selalu menghabiskan waktu untuk makan siang bersama. Bukan karena mereka menjauhkan diri atau malas berteman dengan yang lain. Faktanya, mereka terkenal dengan sebutan “Double Yuki” yang memiliki citra cukup baik di kalangan sekolah. Namun karena hal tersebut sudah menjadi bagian dari keseharian mereka dan mereka cukup nyaman dengan itu.
Berjalan melewati koridor dan mulai menaiki tangga menuju atap sekolah
“Akhirnya sampai. Tempat bersantai yang terbaik adalah di tempat sepi seperti ini iya, kan “ dengan cepat Ryou duduk di sebuah kursi panjang yang berada di samping tidak jauh dari pintu yang dibukanya. Kursi tersebut cukup untuk empat orang dan teduh karena adanya bayangan yang membuatnya tidak terkena terik matahari langsung. Benar-benar tempat yang tepat untuk makan siang santai tanpa gangguan.
“Bagaimana pendapatmu tentang hari ini?” sambil menyantap makanannya Kino bertanya ke arah Ryou
“Bagaimana apanya? Normal seperti biasa. Memang ada hal yang berbeda dari biasanya?”
“Tidak. Aku hanya bertanya karena aku tau sifatmu”
“Maksudnya?”
“Ryou mudah sekali bosan dan sangat senang melakukan hal baru, kan? Kupikir kau akan mulai bosan dengan keseharian kita seperti ini”
“Kemarin kau juga bertanya hal ini. Dua hari lalu juga. Kenapa kau sering sekali bertanya hal seperti ini padaku?. Sebenarnya apa yang kau pikirkan, Kino?”
“Sejak setahun lalu, Ryou berhasil masuk kelas escalate dan akhirnya kita bisa di kelas yang sama. Aku sangat senang karena kita bersama. Tapi, karena itu tugas kita semakin banyak. Biasanya, Ryou yang dulu selalu mengeluh dan aku takut kau tidak begitu menyukai kehidupanmu di kelas 3 ini” sambil meletakkan kembali sumpitnya, Kino menatap wajah adiknya.
Karakter Ryou yang energik dan bersemangat memang sangat terlihat bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sifat lain darinya adalah mudah sekali bosan dan cenderung mencari hal lain yang lebih menantang untuk dilakukan.
Bisa dikatakan pertanyaan Kino pada adiknya adalah hal yang wajar mengingat bahwa di usia 15 tahun, Ryou sudah harus menyesuaikan diri dengan materi sulit. Dan karena ini adalah Jepang, siswa kelas 3 biasanya akan lebih ketat dalam pelajaran dikarenakan mereka harus menempuh jenjang kuliah setelah lulus. Adanya pelajaran tambahan dan beban lainnya harus dirasakan oleh pada murid menjelang kelulusan mereka termasuk keduanya.
“Nee….. kalau kau bertanya seperti itu karena kau tau sifatku, kurasa bohong kalau aku bilang aku tidak bosan” sambil menatap Kino, Ryou memberikan jawaban tak terduga. Kino hanya bisa terdiam dengan wajah agak murung.
“……”
“Siapa yang menyangka masuk dalam program khusus di sekolah malah berakhir drama. Tugas yang banyak, setiap hari harus mendengarkan guru yang mengatakan kita harus serius belajar dan bla bla bla…..” nada protes keluar dari mulut pedasnya
“……”
“Dan satu lagi…kelas tambahan di hari sabtu yang menyita waktu main game ku. Itu yang paling fatal” kali ini nada protesnya terdengar seperti dari lubuk hati yang paling dalam
“……”
Mendengar protes terakhir, wajah murung Kino sedikit berubah dari murung menjadi wajah heran.
“Kau lebih mengkhawatirkan jam main game-mu dibandingkan lulus dengan nilai yang bagus?”
“Tentu saja!! Cukup kau saja yang pintar belajar di rumah”
“Haaaaah….” Sambil menghela napas, Kinou terlihat sedikit lega
“Hal yang paling menyenangkan adalah bisa satu kelas denganmu Kino”
Mendengar ucapan itu, Kino melihat kearah adiknya dengan mata lebar. Seakan baru mendengar kata-kata yang sangat indah, membuatnya terlihat berkaca dan terharu.
“Hal terbaiknya adalah aku bisa sekelas dengan kakakku yang artinya kita bisa lulus bersama. Kau dan aku bisa masuk universitas yang sama. Yah, beda cerita kalau kau ingin mengambil jurusan tertentu atau mengejar beasiswa lagi untuk sekolah di luar negeri. Tapi terlepas dari itu, kau dan aku bisa lulus di musim semi tahun depan bersama-sama. Jadi tidak akan ada yang ditinggalkan diantara kita” Ryou tersenyum
“Kau benar. Kurasa aku tidak akan bertanya hal seperti ini lagi padamu. Aku senang kau menikmatinya”
“Yap. Seperti yang kau bilang, kau tau sifatku. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan”
Sambil menganggukkan kepalanya sedikit, mereka tertawa bersama. Jam makan siang itu terasa begitu singkat namun begitu menyenangkan untuk mereka. Selang beberapa saat, ponsel yang berada di saku celana Kino berbunyi. Layar ponsel itu menujukkan nama kontak yang memanggil.
“Dari ayah…” menekan tombol dan menjawab
“Halo, ayah. Ada apa?”
“Ah, Kino. Maaf ayah mengganggu waktu makan siangmu”
“Tidak apa. Aku dan Ryou baru selesai. Apakah ada masalah?”
“Ayah sudah menghubungi ibu kalian di rumah tapi sepertinya ibu sedang pergi keluar bersama tetangga sebelah rumah kita, Yamada-san ke pentas kabuki. Ayah ingin minta tolong. Saat kalian pulang ke rumah nanti, tolong carikan dokumen lama ayah yang ada di perpustakaan rumah”
“Dokumen?”
“Dokumen berwarna hijau. Ayah ingat meletakkannya di rak buku paling depan di sebelah kanan. Tolong setelah sampai rumah bantu carikan dan letakkan di ruang kerja ayah ya. Apakah bisa?”
“Tentu. Aku akan menghubungi ayah lagi jika sudah sampai rumah untuk memastikannya kembali.
“Terima kasih banyak. Ah, lanjutkan makan siang kalian. Nanti ayah telpon lagi”
“Ayah juga ya. Jangan lupa makan siang. Sampai jumpa” Kino menekan tombol mengakhiri telpon. Ryou pun bertanya.
“Dari ayah?”
“Iya. Ayah minta tolong untuk mencarikan dokumen di perpustakaan rumah kita”
“Hmm… dokumen pekerjaan?”
“Sepertinya begitu. Nanti bantu aku mencarinya ya”
******
Kabut dan pekatnya malam masih menghiasi kota yang sepi itu. Suara benda keras terdengar di setiap sudut di jalan itu.
Layaknya kota hantu tanpa penghuni. Tidak ada satupun orang yang terlihat. Kabut mulai menipis di sekitar jalan-jalan kota. Mulai terlihat jalanan yang terbuat dari bebatuan keras hancur akibat hantaman benda keras. Tembok bangunan di kanan dan kiri jalan yang cukup lebar berubah retak dan sebagian telah hancur. Bercak darah terlihat di setiap sudut lokasi.
-CRAAAAAAT
Cipratan darah keluar dari mayat troll yang telah dibunuh. Melihat ke bawah, itu adalah sosok troll ketiga yang berhasil dibunuhnya. Setelah kabut mulai sedikit demi sedikit menipis, akhirnya mulai terlihat seperti apa sosok yang bertarung dengan kawanan troll itu.
Sosok pemuda tampan tinggi dengan rambut hitam pekat dan mata biru yang seindah permata nampak jelas bermandikan darah di hampir seluruh pakaiannya. Itu adalah darah troll yang bercampur dengan darah yang keluar dari luka miliknya.
-GROOOAAAAAAARRRR
Melihat temannya mati, para troll lainnya mulai menyerang secara brutal. Tidak peduli apakah serangan itu mengenai pemuda itu atau tidak, mereka terus mengayunkan senjata mereka ke setiap sudut, menghancurkan dinding dan bangunan di sekitarnya serta melubangi jalan yang terbuat dari batu.
-CRAAAAAAASH
Berhasil menghindari serangan beruntun dari tongkat kayu besar itu mulai terasa sulit. Batu-batu yang hancur karena pukulan tongkat kayu itu mengenai kaki pemuda itu sehingga dia pun terjatuh
-BRUUUK
Belum sempat bangun, dari atas kepalanya kapak besar siap untuk menghancurkan kepala dalam satu pukulan.
-CRAAAAAAASH
Kapak tersebut berhasil jatuh ke tanah namun tidak mengenainya karena dia berhasil menghindarinya dengan berguling ke samping. Meski bisa menghindar, dia tidak lepas dari luka. Tangan kiri yang diikat oleh jubahnya mulai mengeluarkan darah lagi akibat batu lancip yang mengenainya.
“Ukh…”
Dia pun cepat berdiri. Mulai berfikir untuk melancarkan serangan selanjutnya, target incaran pemuda itu untuk membunuh troll tidaklah berubah. Dia terus mencoba mengincar kepala mereka. Saat kesempatan itu ada, dia melompat kearah mereka dan menancapkan pedang panjangnya ke lengan troll tersebut. Menyebabkan troll tersebut kesakitan dan mulai menjatuhkan senjatanya.
-GBRUUUUUUK
Senjata berat itu jatuh ke tanah dan kesempatan datang bagi pemuda itu menarik pedang yang menancap di tangan troll dan menusukkannya ke kepala bagian depannya.
Troll tersebut mulai jatuh ke tanah. Bersamaan sebelum troll itu tumbang, pemuda itu dengan sigap melompat ke sisi tubuh troll lain yang datang berlari untuk membunuhnya. Langkah serangan sebelumnya dilakukan kembali olehnya untuk menumbangkan troll yang datang. Tidak memberikan celah sedikitpun untuk berhenti menyerang, kali ini dia mengganti strategi berpindah dari tubuh troll satu ke lainnya sambil melancarkan serangan.
Hal itu terus berlangsung hingga akhirnya serangan terakhir berhasil mengenai satu-satunya troll yang tersisa.
“Haah…haaah….haaah…” napas yang terengah-engah dan kakinya yang gemetar mulai tidak sanggup menahan tubuhnya yang terluka
Bukan hanya luka di sekujur tubuhnya, energi dan mentalnya cukup terkuras hingga nyaris tidak tersisa. Meski begitu, dia masih memiliki cukup tenaga untuk mempertahankan kesadarannya agar tidak jatuh pingsan.
“Kuharap…sudah tidak ada lagi yang muncul…”
Melihat ke wilayah di sekelilingnya, hanya tatapan tanpa ekspresi yang ditunjukkanya. Mayat para troll itu nampak berserakan di hampir sepanjang jalan itu.
Wilayah tempatnya berada sebelumnya terlihat seperti rumah dan gedung model abad ke-15 di wilayah barat yang memberikan kesan cukup horror saat dikelilingi kabut tebal di malam hari. Kabut yang menyelimuti tempat itu sebelumnya sangat tebal dengan tingkat kehorroran level medium. Namun, setelah kabutnya menipis dan berganti hiasan dari para mayat troll dan cat dari darah mereka sudah meningkatkan level kehorroran lokasi itu menjadi maksimal.
Tangan yang gemetar itu mencoba meraih jam saku di kantong jubahnya
“1 jam 15 menit? Aku bertarung mati-matian berharap waktu yang tersisa tinggal beberapa menit sampai matahari terbit, kenapa justru masih 1 jam 15 menit lagi?!” nada kecewa dan tatapannya yang mulai putus asa mulai terlihat kembali. Bagaikan jatuh kembali ke dalam jurang dan siap untuk menyambut kematian, tidak ada yang tersisa selain rasa sakit dan tatapan gelap yang ditunjukkan oleh pemuda itu.
“Kalau seperti ini, aku tidak akan bisa keluar dari malam dengan selamat…”
Seakan malam hari adalah musuh terbesarnya saat ini. Kota sepi bak kota hantu adalah arena kematian untuknya. Dan makhluk tak masuk akal yang mengerikan adalah lawan yang harus dihadapinya.
“Jika malam belum berakhir maka akan ada kemungkinan makhluk selain troll akan muncul di sini. Dengan tubuh terluka begini, untuk berjalan saja sudah nyaris mustahil. Apa yang–”
Bibirnya berhenti bicara dan matanya menatap ke arah depan. Pada posisi ini, dia yang awalnya kesulitan untuk berdiri dengan kaki gemetar, tiba-tiba mulai memaksakan diri untuk berdiri dan mulai mengabaikan seluruh luka serta darah yang mengalir keluar dari tubuhnya.
Bagaikan badai yang tidak membiarkan waktu tenang datang, kata-katanya langsung berubah menjadi kenyataan. Kenyataan pahit yang harus mengantarkannya pada tatapan mata merah lainnya.
Kali ini dengan jumlah yang tidak sedikit. Jika kawanan troll yang datang untuk menyerangnya berjumlah sepuluh ekor dengan tinggi rata-rata 3 hingga 4 meter, kali ini tamu tak diundang yang datang hanya setinggi 56 sampai 62 cm namun dengan jumlah dua kali lipat dari kawanan troll.
-GRRRRRRRR
Sosok makhluk berbulu hitam bermata merah dan berkaki empat dengan taring serta cakar yang terlihat.
“Mu…mustahil….Dark Wolf…” tangannya gemetar dan bibirnya seperti kehilangan kata-kata
-GRRRRRRRR
Para dark wolf itu mulai melangkah sedikit demi sedikit. Seakan bersiap menyerang, mereka menunjukkan kuda-kuda untuk menyerang.
-WOOOOOOOOOF
Mulai berlari mendekati pemuda itu, dengan cepat pemuda itu melayangkan serangan ke arah serigala yang mencoba menerkamnya.
-SPLAAAASH
Darah mulai keluar dari serigala yang terkena serangan pedang pemuda itu tepat di tubuhnya. Namun membunuh seekor serigala tidak membuat perubahan yang berarti. Masih ada 19 ekor lainnya yang mulai secara agresif menyerangnya setelah salah satu teman mereka mati.
“Ini seperti kali ini aku benar-benar akan mati di ‘dunia’ ini sebelum menemukan benda itu…”
Dari arah depan pemuda itu, tiga ekor serigala mulai melompat dan mencoba mencakar tubuhnya. Gerakan pemuda itu mulai melemah akibat luka dari pertarungan sebelumnya. Berhasil menghindari serangan pertama dari
para serigala itu tidak berarti berhasil untuk serangan selanjutnya.
-SSRRREEEEEET
-SPLAAAASH
Kali ini serangan itu diterimanya cukup telak. Pundak kanannya terluka cukup dalam, membuat pedang yang digenggamnya jatuh ke tanah.
“Aaaaaaaaaakh…..” pemuda itu berteriak keras menahan rasa sakit dari serangan yang diterimanya.
Kali ini, darah yang keluar dari pundak kanannya mengalir cukup banyak membasahi seluruh tangannya. Matanya yang mulai terlihat gelap dan kekuatan di kakinya yang tidak mampu menahan tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan. Keadaan yang sangat tidak menguntungkan baginya.
“Setelah perjuangan panjang mencari ‘benda itu’ ke seluruh ‘dunia’ yang pernah ada….. apakah ini akhirnya?”
Beberapa saat setelah itu tiba-tiba serangan lainnya datang dari arah belakang. Bukan tidak menyadari serangan tersebut, hanya saja tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan tadi sudah cukup membuatnya kehilangan kesadaran.
Kali ini punggung bagian belakang terluka meski tidak begitu besar. Sebelum serangannya diterima dengan telak, lagi-lagi dia berguling ke samping kiri. Sisi kirinya saat itu memiliki titik yang kosong, cukup untuk satu sampai dua kali putaran saat berguling. Tapi tidak merubah keadaan.
“Kenapa waktu tidak memihak padaku lagi….” pikirnya dengan nada kesal
Sorot matanya pun nampak menunjukkan kekesalan walaupun pandangan matanya sudah mulai buram dan gelap.
Hal baik disini adalah pemuda itu masih memiliki energi untuk bergumam dalam hati, mengungkapkan kekesalannya bahkan pada keadaan diantara hidup atau mati yang dialaminya. Ini juga bukti bahwa dia pasti masih menyimpan energi untuk memikirkan rencana agar bisa keluar dari situasi berbahaya ini.
“Kau harus bisa bertahan... kau sudah berjuang sampai sejauh ini untuk menemukannya. Jika kau mati, semua akan sia-sia.Aku harus bisa melakukan sesuatu untuk bertahan dari serangan mereka. Hanya sampai matahari terbit…” mencoba menyemangati dirinya sendiri, mulai bangkit dan berpikir
Hal yang harus dilakukan untuk melakukan serangan balik adalah bagaimana dia mengambil pedangnya yang jatuh di tanah tepat berada di sisi tempat dia terkena serangan sebelumnya.
******
Waktu menunjukkan pukul 16.00 sore dan bel tanda sekolah berakhir telah dibunyikan. Semua murid keluar dan bersiap untuk pulang.
“Sampai jumpa besok, teman-teman. Aku dan Ryou pulang duluan karena ada urusan mendadak”
“Hati-hati ya” sambil melambaikan tangan, teman-teman sekelasnya mengucapkan ucapan selamat jalan.
Kedua kakak beradik itu pulang dengan berjalan sebentar menuju halte bus yang berada tidak jauh dari lokasi sekolah. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja bagi mereka naik ke bus yang datang tidak lama setelah mereka sampai di halte.
“Apa ayah sudah menghubungimu lagi?”
“Belum. Aku sudah mencoba mengirimkan chat. Tapi sepertinya belum dibalas”
Terus melihat kearah ponselnya, Kino menunggu kabar dari ayah mereka. Ada pesan masuk dari ibu mereka.
[Ibu dan ayah akan pulang terlambat hari ini. Kunci rumah di dalam pot kuning di gudang perkakas rumah. Untuk makan malam, masih ada banyak sayur dan daging di kulkas. Kalian bisa memasaknya sendiri atau kalau malas boleh makan di luar ya. Tolong jaga rumah sampai ayah dan ibu pulang. Hati-hati.]
Perjalanan dengan bus membutuhkan waktu sedikit lebih lama namun mereka berhasil sampai ke rumah sebelum matahari terbenam.
Kino mengambil kunci rumah yang disimpan di dalam pot kuning yang dimaksud oleh ibunya dalam pesan dan membuka pintunya.
“Kami pulang”
Seperti pesan dari ibu, rumah kosong dan tidak ada siapapun. Kediaman keluarga Yuki berada di perumahan normal di Jepang. Gaya rumah mereka seperti rumah modern dengan konsep dan arsitektur yang minimalis namun elegan. Meskipun nampak sederhana dari luar, bagian dalamnya nampak luas sekali, begitu rapi dan kesan mewah tetap terlihat.
Kedua kakak beradik itu langsung menuju tangga lantai dua tempat kamar mereka berada. Kamar Ryou berada tepat disebelah kanan sisi sedangkan kamar Kino berada disebelah kamar Ryou. Mereka masuk ke ruangan masing-masing hanya untuk meletakkan tas tanpa mengganti pakaian sekolah mereka terlebih dahulu. Setelah itu Kino keluar dari kamarnya untuk turun ke lantai satu.
“Aku akan ke perpustakaan dulu” Kino mengetuk pintu kamar Ryou sekali untuk memberitaunya
“Aku ikut. Aku sudah janji akan membantumu ingat?” tidak lama setelah itu Ryou membuka pintu kamarnya dan keluar menuruni tangga bersama kakaknya
Perpustakaan di rumah itu berada di lantai satu. Dari arah tangga, berjalan menuju area belakang dan sedikit berbelok ke arah kiri. Ruangannya berada di samping ruang kerja ayah mereka. Mereka membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam perpustakaan. Di dalam ruangan itu terdapat buku-buku yang tersusun dengan rapi di dekat dinding. Terdapat lemari buku yang besar membentuk tiga baris rak. Buku-buku tua dan modern bercampur memberikan kesan klasik.
Kino mengeluarkan ponsel dari saku celanannya dan menghubungi ayahnya. Setelah beberapa lama akhirnya tersambung dengan sang ayah. Mode speaker pada ponselnya diaktifkan.
“Halo, ayah. Kami sudah pulang dan sekarang ada di perpustakaan. Dokumennya tadi seperti apa?”
“Ayah ingat meletakkan dokumen berwarna hijau di rak buku paling depan di sebelah kanan. Bisa tolong cek apakah ada di sana?”
“Dokumen warna hijau ya”
“Biar aku yang lihat” Ryou berinisiatif untuk mencari. Diperiksa dan dilihat secara teliti, dia mulai mencari benda yang dimaksud
“Dokumen….dokumen….ah ketemu…” mengambil dokumen yang dimaksud, gerakan Ryou berhenti sejenak.
Apa yang menarik perhatiannya ada sebuah buku tua berwarna coklat yang berada tepat di sebelah dokumen yang ditariknya. Ukuran buku tersebut sebesar kamus ensiklopedi besar dan sangat tebal.
Sekilas terlihat tidak ada yang aneh, seperti buku tua pada umumnya. Biasanya tidak pernah ada buku di rumah itu yang berhasil menarik perhatian Ryou kecuali majalah game mingguan yang selalu dia beli di minimarket.
“Buku apa ini?.
“Sudah ketemu dokumennya?” suara dari speaker ponsel Kino mulai bertanya
“Oh… maaf. Iya, sudah ketemu. Warna hijau kan? Sudah ada di tanganku” sambil mengangkat dokumen ke atas, Ryou menunjukkannya pada Kino
“Akan kuletakkan dokumennya ke ruang kerja ayah. Hati-hati dalam perjalanan pulang ya” Kino menutup telponnya
Setelah menerima dokumen yang diberikan oleh Ryou, Kino keluar dari perpustakaan. Awalnya dia mengajak Ryou juga, namun ditolak dengan alasan ingin di sana sedikit lebih lama yang akhirnya membuat Kino heran. Meskipun begitu karena dirasa semua baik-baik saja, Kino meninggalkan Ryou di ruangan itu.
Setelah Kino menutup pintu ruangan, Ryou narik buku tua itu keluar dan betapa kagetnya dia saat memengang buku itu.
“Kenapa tidak seberat yang terlihat?”
Bagian depan sampulnya terlihat sedikit sobek tapi tetap mempertahankan sisi sampul depan tersebut. Hal yang membuat raut wajahnya berubah adalah dia menyadari bahwa ada noda merah yang sudah kering pada sampul
tersebut.
“Apa ini noda darah?”
Meskipun hampir mirip namun masih terlihat jelas bahwa sisi yang terdapat noda memiliki warna berbeda. Siapapun akan mulai berfikir bahwa itu adalah noda darah yang mengering dan mengenai sampul buku tersebut.
“Tidak begitu berat dan noda aneh seperti darah. Sejak kapan orang di rumah ini punya hobi menyimpan benda aneh?”
Awalnya menunjukkan raut wajah aneh dan sedikit takut. Tapi tidak berlangsung lama sampai pikirannya mulai berbelok.
“Jangan katakan ini adalah death note seperti di komik-komik dan ternyata aku adalah orang terpilih untuk menjalin kontrak dengan shinigami. Mungkin saja kan”
Seperti yang diharapkan dari sifat semangat dan terlalu percaya diri milik Ryou, keadaan tidak menjadi begitu tegang. Berpikir beberapa lama tidak membuat dia diam di tempat dan hanya melihat buku itu. Halaman pertama berisi kata-kata pengantar dengan bahasa Inggris, tidak menarik perhatiannya.
Halaman kedua dan selanjutnya juga tidak ada yang menarik. Lagi-lagi hanya tulisan berbahasa Inggris dengan isi yang bisa dipahaminya. Lembar selanjutnya juga tidak menarik hingga dia berfikir kenapa dia begitu tertarik dengan buku itu. Apakah dari sampulnya yang terlihat tua? Apakah karena ukuran buku itu terlihat besar tapi ternyata tidak seberat yang dikira? Tapi pertanyaan itu tidak berlangsung lama.
“Apa...apa-apaan buku ini?!”
Kaget dengan apa yang dilihatnya, Ryou bicara dengan nada agak tinggi sambil menunjukkan wajahnya yang sangat terkejut. Hampir seluruh bagian tengah dari halaman-halaman tebal buku tersebut seperti dipotong secara sengaja yang membuatnya terlihat seperti sebuah kotak penyimpanan barang. Kamuflase yang menarik. Hal menarik lain yang tidak kalah membuat mata Ryou melotot adalah adanya sesuatu yang tersimpan di dalam buku tersebut.
Akhirnya dia tau kenapa berat buku yang besar itu tidak seperti penampilan luarnya. Dari luar terlihat seperti buku besar yang tebal, namun saat dibuka ternyata seperti kotak untuk menyimpan barang lain.
Seakan tidak ingin kaget sendirian, Ryou bergegas lari ke luar ruangan menuju lantai 1 dengan membawa buku tersebut untuk ditunjukkan kepada sang kakak. Kino yang saat itu telah mengganti bajunya berada di dapur untuk menyiapkan makan malam.
“Sudah turun ya. Aku akan memasak makan malam kita. Kenapa tidak mengganti pakaianmu dulu, Ryou?”
“Kino!! Lihat benda yang kutemukan ini….kau pasti akan terkejut”
“Itu buku dari perpustakaan kan? Jarang sekali kau membawa buku dari sana. Ada hal yang menarik?”
Matanya menatap Kino dengan tatapan yang tidak biasa. Melihat dirinya ditatap seperti itu oleh Ryou membuat Kino tidak bisa apa-apa selain menunjukkan wajah bingung. Mereka duduk di ruang makan.
“Jadi, buku apa yang kau bawa itu?”
“Kau akan sangat kaget melihat ini” sambil membuka buku besar itu, Ryou menunjukkan penemuan mengejutkan itu. Dan benar saja, wajah terkejut Kino tidak bisa disembunyikan. Tatapannya yang sama seperti Ryou saat pertama kali menemukan buku itu kini ditunjukkan oleh Kino.
“Apa ini? Kenapa bisa ada buku seperti ini di perpustakaan? Apa kau yang menemukannya, Ryou?”
“Aku melihatnya saat mencari dokumen ayah. Karena penasaran jadi aku coba melihatnya sedikit lagi. Yang paling membuatku kaget adalah isinya”
Ryou mengeluarkan isi benda yang tersembunyi dibalik ‘kotak penyimpanan’ itu. Sebuah jam saku berwarna keemasan.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 671 Episodes
Comments
🌺Bunga🔪Yang🔪Indah☠hiatus 📴
wah/Shy/ternyata bukan buku tapi jam kah atau masih ada benda lain. jadi tambah penasaran
2024-05-06
1
🌺Bunga🔪Yang🔪Indah☠hiatus 📴
wah/Shy/ apa mungkin yang dimaksud "benda itu" adalah sebuah buku tua yang memiliki kekuatan tersembunyi kalau di buka/Shy/ jadi penasaran
2024-05-06
1
🌺Bunga🔪Yang🔪Indah☠hiatus 📴
sepertinya dia akan berpindah di mensi setelah menemukan benda yang ia cari atau setelah matahari terbit dan mati. semangat thor /Determined/
2024-05-06
1