Sekali lagi wajah terkejut dan takut terlihat dari kedua kakak beradik itu. Mengingat kembali ke belakang dengan apa yang terjadi, berdiri di daerah yang hancur dan terdapat banyak mayat dari makhluk mengerikan di saat itu, ini adalah pertama kalinya bagi mereka menyadari bahwa perbedaan siang dan malam begitu besar bagai dunia dan akhirat di sini.
“Dunia siang dan dunia malam….” hanya sebuah kalimat yang diucapkan dengan pelan, yang terdengar dari mulut Kino dengan raut wajah syok.
“Benar. Tempat dimana para dark wolf itu menyerang kita semua adalah ‘dunia malam’ dan tempat kita berada saat ini adalah ‘dunia siang’. Keduanya adalah ‘dunia’ yang berbeda.”
Pemuda itu melanjutkan kalimatnya sambil menepuk pundak mereka.
“Intinya kita semua sudah aman walaupun belum sepenuhnya. Sekarang kita harus pergi dari sini sebelum orang orang mulai berdatangan. Aku juga tidak bisa lagi mengabaikan kalian berdua”
Tidak ada yang bisa dikatakan lagi dari mulut keduanya. Pilihan satu-satunya adalah mengikutinya dan itu yang dilakukan mereka. Dalam hati, banyak sekali yang ingin dikatakan dan ditanyakan kepada orang di depan mereka, namun semua itu ditelan kembali. Alasannya karena situasi hati mereka saat ini yang masih sangat terpukul.
Mereka berjalan melewati jalan utama yang sebelumnya dilalui semalam dalam usaha meloloskan diri dari kejaran serigala.
“Jalanan ini tampak berbeda dengan keadaan semalam…” sambil melihat kanan dan kiri, Kino melihat banyaknya orang-orang yang lewat.
Kota itu begitu ramai. Pedagang di setiap sisi jalan menyapa dan menawarkan barang dagangannya kepada mereka. Keadaan di pagi hari itu begitu cerah dengan matahari yang seakan tersenyum menyambut hari ini. Struktur bangunan yang terlihat seperti abad ke-15 sedikit membuat mereka takjub. Sesuatu seperti lampu taman yang ada pada jaman Victoria di Inggris juga banyak di setiap sudut jalan.
Dengan semua pemandangan bak dunia fantasi ini, mereka tidak akan menyangkal apapun. Kenyataan bahwa ini adalah tempat yang tidak pernah ada di ‘dunia’ yang mereka tau langsung diterima oleh akal sehat mereka.
Kedua kakak beradik itu saling melihat satu sama lain dengan tatapan rumit. Ryou dengan ekspresi wajahnya yang semakin tidak biasa mulai lelah untuk syok dan mulai bicara pada pemuda itu dengan hati yang panas.
“Ooi… kau hanya meminta kami mengikutimu tapi kau tidak mengatakan apapun sejak kita keluar dari altar!. Apa tujuanmu meminta kami mengikutimu?!”
“Untuk memastikan kalian aman. Selain itu aku tau ada banyak hal yang ingin kalian tanyakan juga”
“Kau pikir kami akan percaya padamu?!”
“Aku yakin. Karena jika tidak percaya padaku, mana mungkin kalian mengikutiku sekarang? Benar, kan? “
“Ukh….” Ryou kesal tapi tidak menyangkal karena itu benar.
“Pertama, ada tempat yang ingin aku datangi terlebih dahulu. Setelah itu, kita pergi ke tempat lain yang tidak begitu ramai. Aku akan menjelaskan situasinya”
“Yah….kurasa memang kau harus menjelaskan semuanya”
“Sebagai gantinya, kalian juga harus menjelaskan situasi kalian padaku. Aku sudah mengatakannya pada kalian bahwa ini pertama kalinya aku melihat manusia lain selain diriku di ‘dunia malam’. Ada alasan kenapa itu bisa terjadi. Karena itu, segala informasi dari kalian mungkin adalah suatu petunjuk penting bagiku”
Kino mengatur napas dan menjawab dengan sikap tenang
“Kami mengerti. Kami juga sangat terbantu. Selain itu, entah kenapa aku sendiri merasa bahwa kami berdua akan lebih aman jika berada dekat denganmu dibandingkan mencoba menyelidiki kota tanpa petunjuk apapun”
“Aku senang mendengarnya”
Mencoba membuat keadaan lebih bersahabat, Kino mulai membuka pembicaraan yang sedikit lebih bersifat pribadi.
“Namaku Yuki Kino dan ini adikku Yuki Ryou. Maaf karena terlambat memperkenalkan diri kami padamu”
“Yuki? Apa kalian memiliki nama depan yang sama?”
“Itu nama keluarga kami. Kamu bisa memanggil nama depan kami, Kino dan Ryou”
“Meskipun dalam tata krama orang Jepang memanggil nama depan itu hanya berlaku bagi keluarga atau teman yang sudah dekat tapi di situasi begini tidak perlu memperhatikan tata krama” walau sedikit acuh tapi Ryou mencoba untuk ikut dalam percakapan itu
“Kino dan Ryou ya. Kalian bisa memanggilku Kaito”
“Kaito?” Kino dan Ryou saling bertatapan kembali
“Apakah kamu juga orang Jepang?” Kino bertanya dengan nada heran
“Nama itu bukan nama asliku”
“Tapi itu mirip dengan nama dari Negara kami”
“Aku tidak tau. Seseorang yang kukenal memberi nama itu padaku”
Mereka berdua menjadi semakin bingung, tapi itu bukanlah masalah serius. Keadaan sudah mulai berubah ke arah yang lebih bersahabat. Pendekatan yang dilakukan Kino untuk mencairkan suasana berhasil. Lawan bicara yang berjalan sedikit di depannya pun merespon dengan baik tanpa berusaha menolak pertanyaannya. Hal itu terlihat dari respon Kaito.
“Kalian terlihat seperti murid sekolah. Berapa usia kalian?”
“Kami berbeda satu tahun. Adikku berusia 15 tahun dan aku baru saja genap berusia 16 tahun. Kaito-san sendiri sepertinya lebih tua dari kami. Berapa usia Kaito-san?”
“21. Dan apa itu kata –san di belakang namaku?”
“Itu sebutan formal untuk orang yang lebih tua”
“Begitu. Tapi adikmu tidak pernah memanggilmu kakak atau menambahkan kata itu dibelakang namamu. Aku telah mendengar berkali-kali dia hanya memanggilmu ‘Kino’ saja”
Ucapan Kaito itu tidak bermaksud menyinggung. Itu murni sebuah keingintahuan darinya, karena itu dia mengatakannya dengan nada datar. Tapi, respon itu ditanggapi dengan sangat baik oleh Ryou dan Kino hanya tertawa mendengar jawabannya.
“Kau mungkin tidak tau. Hubunganku dengan Kino itu sangat istimewa. Kami saling melengkapi satu sama lain dan hanya dia yang mengetahui semua tentang diriku.”
“Ahahaha… Itu benar. Ryou dan aku memang sangat dekat. Karena kami selalu bersama sejak kecil jadi bagiku dia adalah adik, sahabat dan orang yang berharga bagiku selain orang tuaku sendiri”
“Dengar itu, kan? Kino sudah mengatakannya sendiri jadi tidak ada masalah. Kenapa? Kau iri karena kami begitu dekat?” Ryou mulai menggoda Kaito sambil memasang wajah meledek
Kino dan Ryou melihat satu sama lain dan tersenyum. Kaito juga tampak menunjukkan sedikit senyuman di bibirnya.
Menelusuri jalan yang sudah dilalui sebelumnya dengan keadaan yang berbeda memang sedikit aneh. Seakan mengalami de javu namun sebenarnya nyata. Tepat setelah belok ke kiri dan berjalan lurus beberapa menit, akhirnya mereka sampai di tempat yang tidak asing. Kedua kakak adik itu mencoba untuk tenang namun raut wajah terkejut tetap tidak bisa disembunyikan.
“Kino, tempat ini….”
“Mmm…tempat pertama kali kita muncul di kota ini. Benar-benar seperti tidak terjadi apapun”
“Bahkan jejak mayat makhluk-makhluk besar yang sudah mati waktu itu juga tidak ada”
Retakan dan bangunan-bangunan yang hancur telah kembali seperti semula. Ini jelas bukanlah hal normal yang akan terjadi di tempat kedua bersaudara itu berasal. ‘Dunia fantasi’ yang sedang menjebak mereka saat ini lebih rumit dari apapun yang pernah dihadapi.
Mereka melihat Kaito berjalan kembali sambil terlihat sedang mencari sesuatu di sepanjang jalan. Melewati orang-orang yang melintas di sana, sepertinya dia benar-benar sedang mencari sesuatu. Kino dan Ryou memutuskan untuk mengikutinya dari belakang.
“Kaito-san, apa kamu sedang mencari sesuatu?”
“Pedangku seharusnya ada di sekitar sini. Aku harus menemukannya”
“Nee, Kaito….seperti apa pedang milikmu itu?”
“Pedang berwarna perak bermata ganda. Panjangnya sekitar 70 cm dengan ukiran berwarna biru pada gagangnya”
“Bagaimana bisa kau seceroboh itu sampai-sampai kehilangan pedangmu?”
Pertanyaan Ryou itu sekilas terdengar seperti mengejek walaupun sebenarnya dia serius bertanya. Tapi Kino menyenggol lengannya sedikit, memberinya tanda bahwa dia tidak boleh bertanya seperti itu. Tapi Kaito tidak mempedulikan hal kecil itu dan menjawab mereka.
“Saat dikejar oleh troll sarung pedangku jatuh dan hilang entah dimana. Lalu ketika semburan air muncul dari bawah tanah pada saat aku bertarung dengan dark wolf, pedangku terlempar akibat semburan yang muncul dari bawah. Karena itu aku harus menemukannya. Pedang itu adalah satu-satunya senjata yang kumiliki saat ini.”
“Satu-satunya senjata…. Ryou, kita harus membantu Kaito-san…. Mengerti?”
“Iya, aku mengerti. Kita akan membantunya. Kalau tidak, mana mungkin kita berdua mengikutinya. Mata ganda dengan ukiran biru di gagangnya kan?. Pasti masih disekitar sini”
Kedua kakak beradik itu menengok ke setiap sisi, dari jalan hingga mencoba bertanya pada penduduk yang melintas tapi tetap menjaga jarak pandang mereka terhadap Kaito. Sampai akhirnya mereka melihat sesuatu yang mirip dengan pedang yang dimaksud berada di sebuah kios buah di sebelah kanan jalan. Ryou menyadarinya dan menghampiri ke sisi kanan jalan dan bertanya pada pemilik kios.
“Permisi. Paman boleh aku bertanya, apa pedang itu milikmu?” sambil menunjuk ke arah pedang yang tersimpan di belakangnya.
“Ah, ini? Ini tiba-tiba saja ada di bawah kiosku. Karena takut ada yang mencarinya jadi aku menyimpannya di sini. Jangan-jangan ini milikimu, anak muda?”
“Boleh kulihat sebentar?”
“Tentu saja. Aku senang kalau ini milikmu. Ini, ambilah” pemilik kios itu memberikan pedang yang ada di belakangnya kepada Ryou. Ryou melihat detail pedang itu.
Kino menyadari bahwa adiknya tidak ada di sampingnya dan menengok untuk mencarinya. Tidak jauh dari lokasinya berdiri ternyata Ryou ada di sebuah kios buah yang baru mereka lewati beberapa langkah. Dia pun menghampirinya.
“Ryou, apa yang kamu lakukan? Jangan tiba-tiba menghilang” Kino melihat benda yang dipegang oleh adiknya dan bertanya “pedang itu…. Mungkinkah itu pedang milik Kaito-san?”
“Sepertinya begitu. Coba lihat ini, ada ukiran berwarna biru seperti yang dikatakan Kaito. Aku yakin sekali ini adalah pedangnya”
“Kalau begitu kita bisa membawa benda ini dan memberikannya pada Kaito-san” Kino melihat ke arah pemilik kios “maaf paman, jika diizinkan boleh kami membawa pedang ini bersama kami?. Kurasa ini milik salah satu teman kami jadi kami bermaksud mengembalikkan ini padanya”
“Oh, tentu saja. Kalian boleh membawanya. Lagipula akan sangat aneh kalau pedagang buah membawa pedang saat berdagang kan. Mereka akan berpikir aku ini penjahat. Hahahahaha….” Pemilik kios itu tertawa dan mengizinkan mereka membawa pedang itu. Kedua kakak beradik itu tersenyum dan pergi dari sana.
Setelah berhasil mendapatkan pedang yang hilang, sekarang giliran sang pemilik pedang yang hilang. Bisa dikatakan bahwa mereka jadi terpisah dengan Kaito.
“Kaito sial…. yang benar saja!!. Pedangnya sudah di tanganku. Kenapa justru dia yang hilang sekarang?!” ditengah orang-orang yang melintas, Ryou tiba-tiba berteriak karena kesal. Hal itu membuatnya menjadi pusat perhatian sejenak. Kino kaget dan merasa sangat malu mendengar adiknya berteriak di kerumunan banyak orang dan segera menarik tangannya untuk berjalan lebih cepat.
“Ryou, jangan berteriak tiba-tiba begitu. Sudah kubilang Ryou harus tenang” sambil menarik tangan sang adik dengan wajah merah karena malu
“Tapi itu benar kan. Ini seperti kita sedang mengasuh anak yang kehilangan mainannya. Giliran mainan miliknya ketemu malah si anak yang hilang. Sama saja merepotkannya!!”
“Tahan emosimu. Tenanglah. Yang jelas sekarang kita harus mencari Kaito-san dan memberikan pedang ini padanya”
“Cih….sebelumnya dia nyaris jadi mayat. Sekarang malah jadi orang hilang…. Ini tidak lucu. Tidak bisakah dia itu…..Aaaaaaahhhh!!!!!!!” Ryou berteriak dengan sangat keras saat dia merasa bahwa ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.
Dan ketika dia menengok ke belakang, dia melihat itu ada Kaito yang berdiri tepat di belakang Ryou dengan tatapan emosi.
“Aku sudah bilang bahwa kalian harus mengikutiku”
“Ooi, Kaito!! Aku sudah bilang jangan mengagetkanku begitu. Serius, kau benar-benar ingin aku mati ya!” Ryou bicara dengan nada kesal karena tidak suka dikagetkan oleh Kaito untuk kedua kalinya
Tetapi kali ini reaksi Kaito berbeda. Wajahnya berubah menjadi sangat kesal dan terlihat sangat marah hingga membentak mereka berdua.
“Jangan bercanda!!. Aku sudah bilang untuk mengikutiku bukan pergi seenaknya!!. Kalian bahkan tidak tau apa-apa tentang situasi kalian saat ini. Jika melakukan kesalahan sedikit saja, kalian berdua mungkin akan mati. Apa kalian lupa apa yang kalian alami sebelumnya?!”
Itu benar. Semua yang dikatakan Kaito benar. Masing-masing dari ketiga orang itu belum mengetahui situasi satu sama lain. Yang membuat mereka bisa bersama saat ini adalah karena mengahadapi pengalaman hidup dan mati yang baru dialami ketiganya.
Walau sudah mengetahui nama masing-masing, itu tidak merubah kenyataan bahwa mereka tidak saling mengenal. Lagipula, kedua kakak beradik itu sedang terjebak di ‘dunia asing’ sekarang. Dengan kata lain, mereka masih belum keluar dari bahaya.
Hanya di sekitar ketiga orang itu yang memiliki suasana berat dan suram. Suasana yang sebelumnya sedikit bersahabat kini hancur dan berubah seperti semula. Melihat wajah Kaito yang marah, Kino mencoba mendinginkan suasana kembali.
“Kami…. Minta maaf padamu, Kaito-san. Kami tidak mencoba untuk pergi sesuka kami atau apapun. Kami hanya….” Sambil mengangkat tangan Ryou yang memegang pedang yang dibawanya, Kino menunjukkan benda itu pada Kaito.
“Kami hanya ingin mencari pedangmu dan lihat apa yang kami bawa. Ryou yang menemukannya. Karena itu kami membawanya dan bermaksud menunjukkan ini padamu. Mungkin saja ini adalah pedang yang kamu cari, Kaito-san”
“……”
Setelah diam sejenak dan melihat pedang itu, ekspresi wajah Kaito langsung berubah. Wajahnya yang marah langsung berubah menjadi wajah terkejut.
“Pedangku. Dimana kalian menemukan pedang ini?”
“Ryou menemukannya ada di salah satu kios dagangan. Karena itu, Ryou mengambil dan membawanya”
“…… Jadi, apa masih ada emosi yang mau kau keluarkan lagi pada kami? Kalau masih ada, keluarkan saja semua. Jangan khawatir, kami masih akan mendengarkan semua ocehanmu itu” Ryou tampak begitu kesal dan bicara seakan menyindir Kaito
Dalam hatinya, dia merasa bersalah dan membenarkan semua ucapan Kaito. Hanya saja dia kesal karena Kaito mengatakan semua itu seakan dia dan kakaknya tidak memahami situasi saat ini. Karena itu, sikap jengkel Ryou ditunjukkan dengan jelas dari gaya tubuh dan nada bicaranya dan Kaito menyadari hal itu.
Kaito mengambil jam saku yang ada di kantong dalam jubahnya dan melihat waktu yang ditunjukkan jam tersebut. Setelah itu, dia menyimpannya ke dalam saku celananya. Dia mengambil pedang yang berada di tangan Ryou. Untuk menyembunyikan pedang tanpa sarung pedang miliknya, dia melepaskan jubahnya dan membungkus pedang tersebut dengan jubah. Setelah menarik napas sejenak, Kaito mulai mengatakan sesuatu.
“Sebaiknya kita ganti tempat. Aku tidak mau menjadi pusat perhatian karena ulah dua remaja seperti kalian di sini. Ayo pergi”
“Cih!! Padahal dia sendiri yang membuat kita jadi pusat perhatian. Dasar orang menyebalkan!” gumaman kecil Ryou benar-benar menunjukkan sikap kesalnya
“……”
Kaito hanya diam dan mulai berjalan. Kedua kakak beradik itu segera mengikut mereka. Sepanjang jalan, Kino mencoba semua cara terbaik yang dimilikinya untuk menenangkan adiknya. Meskipun masih sangat kesal tapi Ryou berhasil menenangkan kekesalannya itu karena tidak ingin terus menerus membuat sang kakak khawatir.
Mereka bertiga berjalan melewati gang yang tidak begitu sempit, yang mengantarkan ketiganya keluar ke sebuah lokasi lain di kota.
Berbeda dengan jalanan besar tadi yang ramai dilalui banyak orang, jalanan ini tidak begitu lebar dan tidak begitu banyak dilalui orang dengan semacam saluran air selebar lima meter yang memisahkan sisi jalan tempat mereka berada dengan jalan di seberangnya. Ada sebuah jembatan penghubung yang terbuat dari bebatuan kokoh yang menghubungkan kedua jalanan tersebut.
Melewati jembatan untuk pergi ke sisi jalan satunya, mereka akhirnya sampai di suatu bangunan tiga lantai yang merupakan kedai makanan dengan lambang kucing yang memegang piring bertuliskan [Ciel’s café] di tengahnya.
“Ayo masuk” Kaito mengajak mereka berdua masuk ke dalam kedai tersebut
“……” keduanya tidak berkata apapun dan mengikutinya
******
Suasana di dalam kedai makanan itu cukup mengejutkan. Terlihat ramai namun begitu tenang, merupakan tempat yang sangat cocok untuk mengobrol atau sekedar bersantai menikmati kopi dan makanan. Bentuk dari bangunannya sendiri sangat kental bernuansa tema Victoria.
Kesan jaman dulu yang sungguh terasa dari aksesoris dan hiasan di dalamnya. Pencahayaan di sana mengandalkan cahaya matahari yang masuk dari jendela dan ini juga kelebihan lain dari tempat itu.
‘Tempat ini benar-benar berbeda dengan kafe modern di Jepang yang aku tau’ Kino memuji tempat itu dalam hati dan menunjukkan ekspresi wajah kagum setelah melihat semua yang ada di sana
Kaito berjalan ke arah pelayan kedai dan bicara padanya. Setelah beberapa lama, pelayan tersebut mengantar mereka naik ke lantai dua dan sampai di depan pintu ruangan. Pelayan tersebut bicara pada Kaito.
“Tuan, ini ruangan yang anda pesan. Silahkan, ini kuncinya”
“Terima kasih”
“Jika tuan lapar, tuan bisa turun untuk makan atau meminta saya untuk mengantarkan makanan ke ruangan ini”
“Tidak apa-apa. Kami akan turun sendiri untuk makan setelah beristirahat. Kau boleh pergi. Terima kasih atas bantuannya”
“Jika butuh sesuatu anda bisa panggil saya kembali”
Setelah pelayan itu turun, Kaito mulai membuka pintu ruangan. Saat memasuki ruangan, ketiga orang itu melihat tiga buah tempat tidur berukuran dewasa, sepasang meja dan kursi kayu dengan lampu kecil di atas meja, sebuah lemari pakaian dua pintu yang terbuat dari kayu tua di pojok kiri dan sebuah cermin berukuran sedang yang menggantung di dinding ruangan tersebut.
Di ruangan tersebut dua buah terdapat jendela kecil dengan tirai terbuka yang memungkinkan mereka melihat keadaan di luar.
Kaito langsung mengunci pintu ruangan dan sempat melihat jam saku disimpannya. Setelah itu, dia mulai menurunkan cermin yang menggantung di dinding, membawanya ke dalam lemari dan menyimpannya di dalam sana.
“Kenapa kau melakukan hal itu?” Ryou tidak bisa untuk tidak bertanya karena heran dengan kelakuan Kaito
“Aku memastikan tidak ada lubang kecil dibalik cermin dan di dalam lemari. Bagaimanapun juga, kita harus tetap waspada”
“……” tidak mau mengatakan apapun lagi, Ryou memilih untuk diam
Pedang Kaito diletakkan di atas tempat tidur sebelah kiri yang menandakan bahwa dia akan tidur di tempat tidur itu. Sisanya, terserah pada kedua saudara itu.
“Apa tujuanmu membawa kami ke sini, Kaito-san? Apakah ini ada hubungannya dengan ‘dunia siang’ dan ‘dunia malam’ yang dikatakan olehmu?”
Kino dan Ryou masih berdiri di dekat pintu masuk. Mereka enggan untuk melangkahkan kaki karena bingung dengan semua hal yang Kaito lakukan. Meskipun begitu, mereka tidak bertanya karena keputusan untuk percaya pada Kaito di awal masih belum berubah.
Kaito melihat mata kedua orang itu dan dengan tenang meminta mereka untuk duduk di tempat tidur paling tengah. Saling menatap satu sama lain, keduanya mulai melangkahkan kakinya dan duduk di sana. Sekarang, kedua kakak beradik itu berada dalam posisi berhadapan dengan Kaito.
“Seperti yang kukatakan bahwa aku tidak mau jadi pusat perhatian karena ulah kalian, makanya aku membawa kalian ke sini. Daerah sekitar sini termasuk kedai makan ini adalah tempat yang selalu aku datangi saat kembali ke ‘dunia siang’ jadi aku cukup mengenal area ini. Selain itu–”
“……”
Melihat wajah tegang kakak beradik itu, Kaito menghela napas panjang dan mengatakan kalimat yang membuat wajah tegang itu berubah.
“Maaf karena membentak kalian berdua… juga, terima kasih karena sudah menemukan pedangku…”
“Sa–sama-sama. Kami juga minta maaf karena sudah membuatmu repot Kaito-san. Ryou juga, katakan sesuatu”
“…… Maaf”
Setidaknya, wajah aneh karena tegang sudah berubah menjadi lebih baik dan suasana di sekitar mereka sudah jauh lebih baik. Dari sini, Kaito mulai menjelaskan situasi yang dihadapi mereka.
******
Ada dua tempat yang telah didatangi oleh kedua kakak beradik itu. Pertama kali mereka datang, mereka berada dalam sebuah kota gelap yang menyeramkan, dengan makhluk aneh yang tiba-tiba menyerang dan tanpa siapapun di sana yang disebut ‘dunia malam’ oleh Kaito. Lalu, tempat kedua adalah kota yang saat ini mereka tinggali bernama ‘dunia siang’.
Sejauh yang diketahui oleh Kaito, kondisi kota tersebut selalu berubah ketika matahari mulai terbit atau terbenam. Ketika matahari terbit, kota akan menjadi sangat hidup dan aman. Seakan tidak pernah ada monster atau makhluk aneh muncul, kota tersebut seperti kota lain pada umumnya. Namun saat matahari terbenam, semua orang akan lenyap.
Tak ada yang tersisa kecuali dirinya dan bersamaan dengan menghilangnya semua penduduk kota, makhluk-makhluk berbahaya juga muncul. Mereka akan terus bermunculan untuk membunuhnya sampai matahari terbit dan begitu seterusnya. Selain itu, ketika matahari terbit dan terbenam selalu terdengar suara jam berdentang meskipun tidak ada menara jam besar di kota.
Itu seperti tanda perubahan kondisi kota. Karena itulah, Kaito menyebutnya dengan ‘dunia siang’ dan ‘dunia malam’.
Selain itu, terdapat perbedaan mencolok antara kondisi kota ketika ‘dunia siang’ dan ‘dunia malam’ muncul. Dimulai dari kondisi wilayahnya, di malam mereka saat terjebak pertama kali terlihat banyak sekali tubuh makhluk besar di jalan dan bangunan-bangunan rusak di sepanjang jalan tersebut.
Bukan hanya itu. Seakan kota hantu, tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia saat ini, bahkan suara hewan atau serangga juga tidak terdengar di sana. Dan lebih parahnya, tiba-tiba mereka harus berhadapan dengan kawanan serigala bermata merah yang sangat mengerikan, bahkan lebih mengerikan dibandingkan dengan serigala pada umumnya.
Mata merah itu bukanlah warna mata serigala normal, yang artinya kawanan serigala itu adalah monster yang mirip dengan serigala.
“Namanya adalah Dark Wolf, sejenis monster serigala hitam bermata merah dengan taring yang panjang dan cakar hitam. Sekilas terlihat seperti hewan buas lain, namun yang membedakan adalah bulu hitam pekat mereka dan ukuran tubuh mereka”
“Ukuran tubuh?”
“Yang kita temui tadi malam adalah dark wolf berukuran kecil. Ukuran normal mereka lebih dari itu. Normalnya, mereka berukuran dua sampai tiga meter dan besar tubuh mereka tidak akan mempengaruhi kecepatan gerak mereka. Ditambah lagi mereka selalu berkelompok yang membuat peluang kita untuk kabur semakin mustahil dilakukan. Aku pernah melawan mereka sekali dan aku tidak ingin bertemu mereka lagi kalau bisa”
Dan lagi-lagi wajah tegang muncul dari kedua kakak beradik itu.
‘Tiga meter….jangan bercanda!! Menghadapi satu seperti tadi malam saja sudah sulit. Seandainya tadi malam kami semua bertemu dengan yang sebesar itu, aku dan Kino akan langsung mati’
Pikiran-pikiran buruk mulai menyelimuti Ryou dan membuat tangannya gemetar. Melihat itu, Kino memegang tangan sang adik dan menguatkannya. Mereka kembali mendengarkan penjelasan Kaito.
Penjelasan berikutnya adalah tentang makhluk besar lain yang dilihat kakak beradik itu. Makhluk besar yang telah mati di lokasi tempat mereka datang bernama Troll. Kaito mengatakan bahwa sebelum mereka datang, dia baru saja mengalahkan para troll yang mencoba membunuhnya. Kedatangan kedua remaja itu tidak lama setelah para troll berhasil dibunuh dan dark wolf muncul.
Bisa dikatakan kakak beradik itu beruntung karena tidak perlu menghadapi makhluk besar sejenis itu.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 674 Episodes
Comments
Loly 💃
lanjut lagi
2024-10-19
1
Loly 💃
author ngefans sama victorya kah
2024-10-19
1
🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
apa begitu waktu memasuki malam hari mereka akan mengalami hal2 aneh lagi? jd ingat film jumanji yg lama tiap habis lempar dadu harus siap2 dengan hal aneh yang akan terjadi 😁😁
2024-04-01
2