Perasaan Alula tidak nyaman saat melihat kemarahan di wajah Antonio. Wajah pria tua itu sangat serius dan suaranya yang dalam terdengar tegas, seolah mengisyaratkan agar siapa pun yang sedang diajaknya bicara saat ini agar tidak membantah.
Alula dan Jeremy saling menatap sejenak, sebelum keduanya menghampiri Dermawan dan duduk di hadapan pria itu dengan perasaan gugup.
"Ada apa, Ayah?" tanya Jeremy.
Dermawan menghela napas, lalu kemudian menatap Alula dan Jeremy bergantian. "Aku kecewa padamu Alula, karena kamu tidak bisa menjaga hubunganmu dengan Jeremy."
"Bukankah Ayah bilang ingin bicara padaku, kenapa jadi bicara pada Alula?" ujar Jeremy. Meskipun ia marah pada Alula, tetapi ia tidak suka jika Alula mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dan tidak adil dari siapa pun, termasuk dari Antonio, ayahnya sendiri.
Antonio tersenyum miring. "Bagiku dialah penyebab utama semua ini terjadi, maka tidak ada salahnya jika aku bicara padanya. Seorang suami tidak akan menginap di rumah wanita lain jika istrinya becus mengurus suaminya!" bentak Antonio pada Alula, membuat Alula terkejut.
"Ayah!" teriak Jeremy.
"Diam kamu, Jeremy!" Antonio menunjuk wajah Jeremy, meminta putranya itu untuk diam. "Kamu telah membuatku malu di hadapan Pak Smith! Apa kamu tahu apa yang dikatakan Pak Smith padaku melalui telepon tadi, hah?"
Jeremy diam saja.
Melihat putranya tidak mengatakan apa pun, Antonio melanjutkan. "Smith marah padaku, karena kamu datang ke rumah putrinya di tengah malam, kamu mengetuk dengan keras dan memaksa masuk hingga tetangga-tetangga di sana terbangun dan berlarian keluar untuk melihat keributan yang kamu buat. Dan mereka semua melihat kamu masuk ke sana, masuk ke dalam rumah seorang wanita yang belum menikah. Kamu pikir hal itu bijaksana, hah? Apa kamu pikir hal itu tidak membuat Feli malu dan nama baiknya tercemar?"
Alula menatap Jeremy, berharap Jeremy melakukan pembelaan. "Jeremy, katakan sesuatu," ujar Alula.
Akan tetapi, Jeremy tetap diam bagai patung.
Antonio melanjutkan. "Apa terjadi sesuatu di sana sehingga kamu terlihat bersalah seperti ini, Jeremy? Kalian menghabiskan waktu yang panas di atas ranjang, benar?"
"Tidak, Ayah, Jeremy dan Feli hanya berteman. Mereka tidak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak." Alula menimpali, ia tidak terima pada pemikiran Antonio yang menebak jika Jeremy dan Feli terlibat gairah yang salah.
"Alula, Alula, kamu ini bodoh atau apa. Sudah jelas jika hal itu terjadi. Aku tahu kapan putraku akan membela diri, dan kapan dia akan diam bagai patung. Putra yang kubesarkan akan membela diri saat dia tidak bersalah, tapi saat dia bersalah dia akan menjadi seperti sekarang ini. Dia tak berdaya, dia tak bisa berkata apa pun." Senyum penuh kemenangan tersungging di wajah Antonio yang keriput.
Alula menyentuh telapak tangan Jeremy. Ia berharap jika Jeremy mengatakan sesuatu. Setidaknya Jeremy harus mengatakan padanya bahwa Jeremy tidak bercinta dengan Feli.
"Jeremy, katakan kalau kamu tidak bercinta dengan Feli. Kalian tidak melakukan apa pun semalam, 'kan? Kalian tidak tidur bersama, 'kan?" Alula terisak.
Jeremy diam, wajahnya menunduk dan tangannya terasa dingin.
Alula melepas genggamannya pada tangan Jeremy. Ia kecewa, dan sakit hati. Bagaimana bisa Jeremy diam saja? Bagaimana bisa Jeremy membiarkan dirinya dituduh telah bercinta dengan Feli.
"Sudah kuputuskan, kalian berdua akan menikah. Semua demi kehormatan Feli, wanita baik-baik yang namanya tercemar karena ulahmu," ujar Dermawan setelah beberapa saat.
Alula kembali melempar pandangannya ke Jeremy. Sekali lagi ia berharap jika Jeremy menolak. Namun, diamnya Jeremy membuat Alula kecewa sekali lagi.
Alula menutup mata, mengatur napas dan kemudian bangkit berdiri, berlari menuju kamar dan menutup pintu kamar rapat-rapat agar Jeremy tidak bisa masuk ke kamarnya. Ia jijik. Jijik sekali pada Jeremy yang telah tega mengkhianatinya.
***
Bianca melonjak kegirangan saat ia mendengar pembicaraan yang dilakukan antara Antonio dan Jeremy. Ia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Alula berlari ke lantai atas sambil menangis.
Melihat Alula yang begitu terpukul, Bianca tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mencemooh penderitaan wanita itu. Ia pun memutuskan untuk menyusul Alula, sementara Jeremy dan Antonio masih membahas rencana pernikahan kedua Jeremy yang akan diselenggarakan tidak lama lagi.
Tok, tok, tok!
Suara ketukan di pintu mengejutkan Alula. Namun, ia tidak berusaha untuk bangkit dan membuka pintu. Sampai suara Bianca yang mengomel terdengar di telinganya, barulah ia bangkit dan melangkah dengan enggan menuju pintu.
"Wow, sudah berlagak seperti tuan rumah, ya! Suamimu masih di luar kamar, tapi kamu sudah berani mengunci pintunya," ujar Bianca, saat pintu telah terbuka.
Bianca kemudian mendorong tubuh Alula dengan keras, hingga Alula terjatuh ke lantai.
Bianca duduk di lantai beralaskan karpet tebal buatan Turki, lalu ia meletakan tangan di depan dada sambil menatap Alula dengan sinis. "Aku senang, Alula, akhirnya anakku mendapatkan akal sehatnya kembali," ujar Bianca, lalu melanjutkan, "Seharusnya Jeremy memang tidak menikahimu sejak awal. Lihatlah bagaimana dia sekarang? Dia terlihat begitu sedih beberapa hari ini. Dia bahkan jarang makan sehingga tubuhnya menjadi kurus. Aku tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, tapi aku belum pernah melihat anakku bertingkah seperti itu. Semuanya pasti karena ulahmu, 'kan?"
Alula diam saja. Jangankan membalas ucapan Bianca, menatap Bianca saja ia tidak mampu.
"Yang berlalu biarlah berlalu, Alula. Aku akan memaafkan kesalahanmu yang tidak mampu mengurus Jeremy dengan baik. Aku juga akan memaafkan ketidakmampuanmu untuk memberikan Jeremy keturunan. Toh, sebentar lagi aku akan mendapatkan cucu dari Feli. Setelah Jeremy dan Feli menikah, mereka berdua pasti akan langsung memberiku cucu yang lucu. Atau jangan-jangan sekarang ini benih Jeremy sudah berada di dalam rahim Feli! Wah, bisa saja demikian, 'kan?" Bianca tertawa terbahak-bahak, lalu keluar dari kamar Alula setelah ia menyiksa Alula dengan pernyataan-pernyataan yang menyakitkan.
Sepeninggalan Bianca, Alula meraung. Kata-kata Bianca mempengaruhinya dan membuatnya merasa sangat terpuruk. Bayangan akan Jeremy yang menghabiskan malam dengan Feli seketika memenuhi kepalanya, dan bayangan itu membuat hatinya remuk menjadi serpihan-serpihan tak berarti.
"Aaargh! Aaargh!" Alula menjerit dan mengacak rambutnya dengan frustrasi.
Alula hancur.
Tentu saja. Wanita normal mana pun pasti akan hancur jika harus membagi suaminya dengan wanita lain.
***
Buk!
Sebuah tinju melayang di wajah Jeremy begitu ia memasuki ruang kerjanya pagi ini.
Buk!
Satu tinju kembali mendarat, kali ini sukses membuat sudut bibir Jeremy mengeluarkan cairan kental dan berbau anyir.
Jeremy mendongak, dan mendapati Dave tengah menatapnya dengan tatapan yang begitu menusuk.
"Sial," gumam Jeremy. "Apa arti semua ini?"
Dave memangkas jarak yang tercipta antara dirinya dan Jeremy, membuatnya berdiri di hadapan Jeremy dengan jarak yang begitu dekat. Kedua mata Dave memicing, dan otot-otot di wajahnya berkedut karena ia bersusah payah untuk menahan amarah yang sedang bergejolak.
"Aku sudah mendengar semuanya dari Om Antonio. Bahkan Tante Bianca mengumumkan berita itu dengan bangga, seolah hal itu wajar. Apa tidak ada satu pun di keluargamu yang memiliki otak normal dan pemikiran normal, Jeremy? Apa mereka tidak tahu bahwa semua itu membuat Alula terluka Bagaimana bisa kamu melukainya dengan begitu kejam?!"
Buk!
Tinju Dave kembali melayang. "Sial, aku tidak bisa menahan diri. Jangan maafkan aku, karena aku tidak akan pernah minta maaf pada pecundang sepertimu."
Jeremy meringis, tetapi kali ini ia tidak diam saja. Jeremy membalas tinju Dave, membuat Dave jatuh tersungkur di lantai yang dingin.
"Jangan ikut campur, Dave, karena biar bagaimanapun kamu dan Alula-lah yang lebih dulu menusukku dari belakang! Apa kamu lupa, hah?" desis Jeremy.
Dahi Dave mengernyit. Ia jelas terlihat bingung pada pernyataan yang Jeremy keluarkan.
"Apa maksudmu?" tanya Dave.
"Keluarlah. Aku sedang tidak ingin bicara pada pengkhianat sepertimu." Jeremy lalu memunggungi Dave dan melangkah menuju meja kerjanya.
Dave menarik lengan Jeremy. Ia masih berusaha meminta penjelasan dari Jeremy. "Katakan apa maksudmu, Jeremy. Aku tidak pernah menusukmu dari belakang, apalagi Alula. Wanita sebaik dia tidak akan melakukan tindakan buruk seperti itu."
Jeremy menyentak tangan Dave. "Keluarlah, sebelum aku meminta sekuriti untuk mengeluarkanmu dengan paksa."
Dave tersenyum sinis, ia lalu melonggarkan dasinya dan melepas dasi tersebut, lalu melemparkan dasinya ke wajah Jeremy.
"Aku berhenti. Aku mengundurkan diri dari perusahaan sialan ini! Dan ingat kata-kataku, Jeremy. Aku akan membuktikan padamu bahwa Alula tidak seburuk yang kamu pikirkan. Aku akan menunjukkan padamu bahwa dia tidak mengkhianatimu, dan aku akan membuatmu menyesal. Dasar laki-laki sampah!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments