Jika Jeremy sudah terbiasa dengan sikap teman-temannya yang blak-blakan dalam berucap, tidak demikian dengan Alula. Alula merasa tidak nyaman dengan perkataan Alex yang menurut Alula sangat tidak etis. Bagaimana bisa Alex membuat lelucon tentang keadaannya yang belum memiliki anak. Hal tersebut sangatlah sensitif, dan tidak pantas dijadikan bahan bercanda. Apalagi Alex dengan santai menyarankan Jeremy untuk menikah lagi, tentu saja hati Alula terluka.
Alula berusaha tersenyum, walau ia tidak menutupi tatapan tidak suka yang ia lemparkan kepada Alex selama beberapa detik.
"Dia hanya bercanda, Sayang, Alex memang begitu sejak dulu," gumam Jeremy, yang menyadari bahwa Alula sedang marah saat ini. "Mana mungkin aku menikah lagi."
Alula mengangguk, lalu menatap Jeremy. "Ya, tidak apa-apa, mulutnya memang sudah rusak sejak dulu ternyata," jawab Alula. "Aku ke toilet dulu, Jeremy." Alula langsung berbalik dan melangkah menuju pintu keluar dengan tergesa-gesa sebelum Jeremy mengatakan iya.
Alula sebenarnya tidak tahu di mana letak toilet di rumah besar itu, tetapi ia berlagak sok tahu, yang terpenting baginya saat ini adalah bagaimana caranya agar ia bisa segera pergi dari kerumunan teman Jeremy yang tidak punya hati. Ia kesal jika harus terus melihat wajah Alex yang menyebalkan itu.
Saat sedang dalam perjalanan menjauh dari aula utama, Alula bertabrakan dengan seseorang.
Buk!
Kaki Alula tergelincir, ia menggapai-gapai di udara, mencari pegangan agar tidak terjatuh, dan sebuah lengan kekar menarik tangannya kemudian menahan pinggangnya dengan erat tepat waktu agar ia tidak terjatuh.
Alula meringis begitu wajahnya menempel pada dada bidang seorang pria yang baru saja menyelamatkannya. Ia segera menjauh dan mendongak. "Maaf, aku ... Dave?" Ketegangan di wajah Alula menghilang, ia menjadi lebih rileks saat dilihatnya ternyata Dave yang menolongnya, dan berdiri di hadapannya.
Dave menggelengkan kepalanya sambil berdecak. "Kita selalu bertabrakan di mana pun dan kapan pun, Alula. Sepertinya itulah takdir kita. Aku ditakdirkan untuk selalu menolong wanita yang ceroboh sepertimu," gerutu Dave, ia merasa sedikit kesal karena Alula tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Bagi Dave, Alula terlalu ceroboh, dan kecerobohan Alula bisa sangat berbahaya.
"Maafkan aku," ucap Alula, sembari mengusap sudut matanya yang berair.
Dave menghela napas. "Lain kali perhatikan langkahmu, Alula, bagaimana jadinya kalau kamu sedang berada di jalan besar tadi, dan yang kamu tabrak bukan aku, tapi tiang rambu lalu lintas atau tiang listrik. Kepalamu pasti akan benjol."
Alula mendongak. "Aku tidak akan seceroboh ini jika ada di jalan besar."
"Tidak ada yang bisa memastikan hal itu, karena setelah mengenalmu selama dua tahun ini, aku selalu melihat kecerobohannu di mana pun dan kapan pun."
Alula diam saja, mendengar omelan dari Dave malah membuatnya menangis tersedu-sedu.
"Apa yang terjadi, Alula? Kenapa kamu menangis? Di mana Jeremy?" Dave mencerca Alula dengan banyak pertanyaan.
Alula diam saja, yang dilakukan Alula hanyalah mengusap pipi dan hidungnya yang mengeluarkan cairan kental. Melihat keadaan Alula yang semakin tak terkendali, Dave langsung menggenggam tangan Alula dan menuntun Alula menuju bagian belakang rumah.
"Mau ke mana kita?" tanya Alula, yang terkejut karena Dave menyentuh tangannya.
"Ke sebuah tempat yang bisa kamu jadikan tempat menangis sepuasnya." Dave menjawab, dan melanjutkan langkah menyeberangi teras.
Feli Maura yang baru saja turun dari mobil melihat kepergian Dave dan Alula. Feli melambaikan tangan, berusaha menarik perhatian kedua temannya itu, tetapi baik Alula maupun Dave tidak ada yang melihatnya.
"Dasar mereka berdua itu. Tega sekali tidak menghiraukanku," gerutu Feli, kemudian ia menyeberangi teras dan masuk ke dalam kediaman Tomi.
***
Sambutan meriah diberikan untuk Feli Maura, suasana aula pesta yang sudah berisik semakin berisik ketika Feli datang. Wajar saja jika Feli mendapat sambutan yang tidak biasa, karena Feli merupakan bintang kampus saat mereka semua masih kuliah di luar negeri dulu. Selain cerdas, Feli juga cantik dan anggun. Mahasiswa asal Indonesia jarang bisa menduduki posisi itu, sehingga saat Feli dinobatkan menjadi bintang kampus, teman-temannya merasa sangat bangga.
"Hai, kalian semua berlebihan sekali," ujar Feli, begitu ia mendapat banyak buket bunga dari beberapa teman pria yang belum menikah, salah satunya dari Tomi.
Tomi menatap Feli dengan mata berbinar. "Apa kamu tidak tahu, Feli, kalau dari dulu sampai sekarang dadaku selalu berdebar setiap melihat kecantikanmu."
Feli meninju perut Tomi dan berkata, "Apa kamu tidak tahu, Tomi, kalau dari dulu sampai sekarang, telingaku selalu sakit setiap kamu mengatakan itu."
Alex tertawa, begitu pula dengan yang lain, termasuk istri Alex. Hanya Jeremy yang tidak terlalu menanggapi lelucon di antara teman-temannya. Ia sibuk mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Alula yang belum juga kembali.
Melihat Jeremy yang gelisah, Feli pun bertanya, "Ada yang sedang menggangu pikiranmu?" tanya Feli, sembari menjentikkan jari di depan wajah Jeremy.
Jeremy terkejut. Ia lalu menatap Feli sembari mengangguk. "Ya, aku menunggu Alula. Tadi dia pergi ke toilet, tapi sampai sekarang dia belum kembali."
Feli menghela napas, lalu menepuk pundak Jeremy. "Kamu kehilangan istri rupanya, Jeremy, kasihan sekali."
"Ck, jangan bercanda, Feli, aku serius. Bisa saja kan Alula menyasar."
Feli tertawa mendengar ucapan Jeremy. Ia tidak menyangka jika Jeremy menganggap Alula sepolos itu. Mana mungkin Alula kesasar.
"Oh, ayolah, Jeremy, kita ini ada di rumah Tomi, bukan di hutan, mana mungkin Alula kesasar. Sebenarnya aku melihat Alula di depan tadi, dia sedang bersama dengan Dave."
Jeremy mengernyitkan dahi. "Dave?" tanyanya.
"Yup, Dave, mereka bergandengan dan berjalan menuju bagian samping rumah. Aku rasa mereka ke taman belakang," ujar Feli.
Selesai mendengar perkataan Feli, Jeremy langsung keluar dari aula pesta, ia melangkah dengan cepat menuju pintu keluar, kemudian menyeberangi ruang tamu yang langsung menuju teras. Perasaan Jeremy tidak nyaman, dan sebuah pertanyaan membentang jelas di dalam kepalanya, "untuk apa Dave menggandeng tangan Alula?"
***
Halaman bagian belakang rumah Tomi memang luar biasa luas dan indah. Tidak jauh berbeda dengan halaman depan. Hanya saja terdapat kolam ikan di bagian belakang rumah yang tidak ada di halaman depan, sehingga halaman belakang terasa lebih asri dan lebih alami, karena suara gemericik air terdengar begitu menenangkan.
Alula duduk di kursi taman yang berada di depan kolam ikan, ia sibuk memperhatikan Dave yang memberi makan ikan-ikan dengan sepotong roti yang diambilnya dari meja saji di teras beberapa saat lalu.
Dave yang merasa sedang diperhatikan oleh Alula, langsung menoleh ke tempat Alula berada. "Jangan tatap aku. Aku membawamu kemari agar kamu bisa menangis sepuasnya, bukannya menatapku seperti itu."
Alua menghela napas, lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. "Aku rasa aku harus kembali masuk, Jeremy pasti khawatir mencariku sekarang."
"Masuklah jika kamu sudah selesai menangis, karena kalau kamu tidak bisa menahan air matamu di dalam sana, maka kamu akan menjadi bahan olok-olokan. Lagi pula, Jeremy juga akan bingung karena melihatmu yang terus saja menangis." ujar Dave
Alula mengangguk. Benar apa yang dikatakan oleh Dave, Jeremy pasti akan bingung dan tidak bisa menikmati pesta kalau melihatnya menangis tidak jelas. Alula merasa beruntung karena memiliki teman yang begitu pengertian seperti Dave. Jika Dave tidak ada, ia pasti akan membuat Jeremy merasa terbebani sekarang ini karena sifat cengengnya.
Alula mulai terisak hingga sesegukan. Air matanya mengalir deras tanpa bisa dicegah. Kesedihan yang ia rasakan dan pendam selama ini seolah menjadi satu dan tumpah begitu saja secara bersamaan dalam bentuk air mata.
Dave memperhatikan Alula, ia tidak tahu apa yang membuat Alula sesedih itu, tetapi melihat Alula menangis membuat hatinya ikut sakit. Ia merasa kasihan pada Alula. Sebagai istri dari pria kaya raya dan terpandang di Kota Jakarta, seharusnya hidup Alula bahagia, tetapi kenyataan tidak demikian. Wanita itu selalu saja menangis setiap ada kesempatan.
Dave mengeluarkan sapu tangan dari saku jasnya, lalu menghampiri Alula yang masih duduk di kursi taman dan ...
Buk!
Kaki Dave tersandung berbatuan yang mencuat dari dalam tanah, dan tubuhnya yang besar langsung menimpa tubuh Alula. Dave terjatuh ke arah kursi yang sedang Alula duduki, dan sekarang tanpa sengaja Dave memeluk Alula, tubuh mereka bahkan saling menempel dan jarak antara wajah Alula dan Dave begitu dekat.
Di saat yang bersamaan Jeremy tiba di halaman belakang, dan dada Jeremy seketika seperti terbakar begitu melihat apa yang Alula dan Dave lakukan.
"Sedang apa mereka?" gumam Jeremy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments