Dave diam sejenak, memberikan kesempatan pada Alula untuk melampiaskan rasa sedih dan kecewanya. Dave membiarkan Alula kembali menangis selama beberapa saat sebelum akhirnya ia menuntun Alula menuju sofa yang ada di ruangan itu dan memberikan sekotak tisu pada Alula.
"Ambilah," ujar Dave.
Alula mengangguk. "Terima kasih," ujarnya, lalu mengusap air matanya dengan tisu yang baru saja Dave berikan.
"Sama-sama," gumam Dave, lalu duduk di sofa tepat di hadapan Alula.
"Entah kenapa air mataku sejak tadi tidak mau berhenti mengalir. Begitu melihat Jeremy duduk dengan wanita itu di dalam sebuah restoran, tiba-tiba saja aku menangis. Apalagi saat aku melihat mereka berdua saling tertawa, tiba-tiba saja aku merasa sangat kecewa. Mungkin karena sejak beberapa jam yang lalu aku menunggu Jeremy di rumah. Jeremy bilang, dia akan pulang cepat siang ini, tapi nyatanya dia tidak kembali sama sekali. Aku begitu senang saat Mama Bianca memintaku mengantarkan berkas dan laptop kemari, aku pikir aku bisa bertemu dan pulang bersama dengan Jeremy, tetapi nyatanya dia tidak ada di sini sekarang. Dia malah ... dia ...." Alula menggantung ucapannya dan kembali menangis.
Dave bangkit berdiri, lalu mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari pendingin yang ada di sudut ruangan dan memberikan air tersebut pada Alula. "Minumlah dan tenangkan dirimu," ujar Dave.
Alula menerima air mineral dari tangan Dave dan meneguknya beberapa kali demi kesopanan, karena sebenarnya ia tidak merasa haus sama sekali.
"Maafkan aku, karena aku jadi merepotkanmu dan malah membuatmu mendengar ocehan panjang lebar dariku," ujar Alula.
Dave menggeleng. "Aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Aku senang bisa menemanimu di sini, setidaknya kamu tidak perlu menangis seorang diri dan berbicara dengan tembok."
Alula tertawa. "Ya, aku memang tidak perlu berbicara dengan tembok sekarang, semua berkat dirimu." Alula kemudian bangkit berdiri dan kembali berkata, "Sebaiknya aku kembali ke rumah saja, hari juga sudah sore."
Dave menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 15.05. "Tunggulah di sini sebentar lagi, biar aku hubungi Jeremy dan memintanya untuk kembali ke sini. Aku tidak akan lama."
Alula menggeleng. "Tidak usah. Biarkan saja dia di sana, aku bisa pulang dengan menggunakan taksi kalau memang mobil Mama Bianca masih mogok," ujar Alula, lalu ia melangkah menuju pintu keluar diikuti oleh Dave yang terlihat khawatir.
"Tunggu, Alula!" Dave berseru sambil menarik lengan Alula.
Alula berbalik, dan langsung menjatuhkan tatapannya ke dalam mata Dave. Dave terpaku saat ia dan Alula bertatapan untuk beberapa saat, baru kali ini ia bertatapan secara langsung dengan Alula untuk waktu yang begitu lama, dan ia begitu terpana pada keindahan mata wanita itu. Tatapan Alula yang begitu sendu dan lemah entah mengapa membuat Dave ingin melindungi Alula. Dorongan itu hadir begitu saja di dalam dirinya, dan membuatnya sedikit bingung karena sebelumnya Dave tidak pernah merasakan perasaan yang demikian.
"Ada apa?" tanya Alula setelah beberapa saat.
"Aku akan mengantarkanmu kembali ke rumah," ujar Dave.
"Tidak usah, aku bisa--"
"Jangan membantah. Aku tidak mungkin membiarkanmu pulang sendirian. Jeremy akan marah jika tahu aku membiarkanmu pergi menggunakan taksi."
"Tapi bagaimana kalau ada yang salah paham?" tanya Alula, ia sadar jika seorang wanita yang sudah menikah sebaiknya tidak berada satu mobil dengan pria yang bukan suaminya. Bisa saja muncul gosip-gosip yang merugikan, terlebih lagi ia memiliki mertua dan adik ipar yang begitu kejam dan cerewet
"Tidak akan ada yang salah paham, Alula, karena aku dan Jeremy sudah seperti saudara. Keluarga Jeremy tidak akan berpikiran macam-macam. Jangan takut, ayo!"
Dave kemudian berjalan lebih dulu melewati ambang pintu diikuti oleh Alula.
***
Angin sore yang berembus terasa sejuk, membelai wajah Alula yang pucat begitu ia melangkah keluar dari gedung perkantoran DD Group.
Beberapa pasang mata memperhatikan Alula dan Dave, banyak yang bertanya-tanya, siapa gerangan wanita yang sedang berjalan di samping Dave? Merasa diperhatikan, Alula menjadi tidak nyaman, ia menundukkan wajah serendah mungkin dan berjalan dengan cepat di samping Dave.
Menyadari ketidaknyamanan Alula, Dave segera mendekat ke Alula dan bergumam. "Santai saja, angkat wajahmu. Jangan terlihat tidak percaya diri seperti itu."
Alua mendongak. "Mereka semua memperhatikan kita."
"Tentu saja, karena kamu itu begitu cantik bagai seorang putri raja. Mereka pasti bingung bagaimana bisa seorang putri raja menyasar ke kantor."
Mendengar perkataan Dave, Alula refleks mencubit pinggang Dave, membuat pria itu tertawa terbahak-bahak.
Beberapa saat kemudian Dave dan Alula telah berada di dalam mobil. Dave melirik Alula sekilas sebelum menjalankan mobil tersebut. Ia senang karena Alula terlihat lebih santai dan tidak sesedih sebelumnya. Alula bahkan sedikit tersenyum sambil menarik napas dalam-dalam.
"Kamu lebih suka angin alami, ya, dibandingkan AC mobil?" tanya Dave.
Alula mengangguk. "Angin dari alam terasa lebih sejuk."
"Kalau begitu akan kubiarkan jendelanya terbuka."
Alula kembali mengangguk sambil tersenyum. "Ide bagus."
Mobil kemudian bergerak perlahan, meninggalkan area parkir gedung perkantoran DD group, membelah jalanan ibu kota yang tidak terlalu padat.
Alula menatap keluar jendela mobil yang sedikit terbuka, memandang jejeran gedung-gedung bertingkat dan restoran-restoran yang berjejer di sepanjang jalan. Ia menegakkan duduknya saat mobil Dave mulai memasuki kawasan restoran Perancis di mana beberapa saat lalu ia melihat Jeremy dan seorang wanita di sana.
Alula memperhatikan sebuah restoran yang baru saja ia dan Dave lewati, dan ia masih melihat Jeremy di dalam restoran itu bersama dengan wanita yang sama. Tanpa pikir panjang dan juga karena penasaran, Alula pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Jeremy.
"Halo, Sayang." Suara Jeremy terdengar setelah Alula menunggu beberapa saat.
"Ya, halo, kamu di mana sekarang, Jeremy? Aku tidak bisa menghubungimu sama sekali sejak tadi," ujar Alula.
"Ah, iya, Sayangku. Maaf karena membuatmu khawatir. Aku baru saja keluar dari ruang rapat bersama dengan Dave. Sebentar lagi aku akan pulang," ujar Jeremy.
Mendengar jawaban bohong yang keluar dari bibir Jeremy membuat Alula kecewa. Ia langsung memutuskan panggilan telepon tanpa mengatakan apa pun lagi pada Jeremy.
Menyadari ketegangan di wajah Alula, Dave pun memberanikan diri untuk bertanya. "Ada apa? Di mana dia?"
Alula menghela napas. "Jeremy berbohong padaku, Dave. Dia bilang dia baru saja selesai rapat denganmu."
Dave terlihat bingung mendapat jawaban demikian dari Alula. "Tidak mungkin Jeremy membohongimu."
"Tapi pada kenyataannya dia membohongiku. Aku sendiri tidak habis pikir jika Jeremy tega berbohong padaku. Dia jahat sekali!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
MAURA Maura
sekali bohong, pasti bakal bohong terus terusan.
2023-03-16
2