Alula menggeliat saat tubuhnya merasakan sengat hangat sinar matahari yang masuk melalui celah jendela yang tidak tertutup rapat. Ia meraba tempat tidur di sebelahnya yang masih kosong, rupanya Jeremy tidak kembali ke kamarnya semalam.
Alula menghela napas, sedikit kesal dan kecewa karena tidak dapat merasakan malam pertama yang selama ini ia harapkan.
“Tidak apa-apa, Lula, tidak apa-apa. Semangatlah, dunia belum kiamat,” ujar Alula pada diri sendiri sebelum ia melompat dari atas ranjang dan melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Selesai mencuci muka dan kembali ke kamar utama, Alula melihat Jeremy yang duduk di sofa dengan mata terpejam. Suaminya itu terlihat lelah sekali.
“Jeremy,” sapa Alula.
Jeremy membuka mata dan tersenyum hangat pada Alula. “Sudah mandi?” tanya Jeremy, sambil membuka lengannya lebar-lebar.
Alula menghampiri Jeremy dan duduk di sebelah pria itu lalu memeluk pinggang Jeremy.
“Dari mana saja?” tanya Alula.
“Mama sakit kepala semalaman, kebetulan dokter yang biasa menangani mama sedang tidak ada. Jadilah aku yang harus mengantar mama ke rumah sakit lain dan menunggu mama semalaman di sana.”
“Oh,” gumam Alula, yang tidak lagi menanyakan banyak hal pada Jeremy.
Menyadari bahwa Alula kecewa, Jeremy pun segera menunduk dan menyejajarkan wajahnya dan wajah Alula. “Maafkan aku. Kita bisa lakukan sekarang kalau kamu tidak keberatan,” ujar Jeremy sambil mengedipkan sebelah matanya. Kedipan nakal yang membuat dada Alula seakan jungkir balik dibuatnya.
Alula mendorong Jeremy dan segera bangkit berdiri. “Tidak usah, sekarang sudah hampir jam delapan. Lihat ...!” Alula menunjuk jam yang tergantung di dinding. “Aku tidak ingin kamu terlambat berangkat ke kantor.”
Jeremy bangkit berdiri dan memeluk pinggang Alula, ia lalu menatap Alula dengan tatapan sendu. “Maafkan aku, aku janji akan menggantikan waktu kita yang terbuang.”
“Tidak masalah. Masih banyak malam yang bisa kita lewati bersama.”
Jeremy tersenyum. “Tentu, Sayang.”
***
Bianca Dermawan dan Antonio Dermawan, sang pengusaha kaya yang memiliki banyak hotel dan perusahaan travel di beberapa negara sekarang ini tengah menikmati sarapan di ruang makan. Jeremy yang berangkat lebih awal ke kantor karena ada beberapa urusan penting tidak sempat ikut sarapan bersama dengan keluarganya. Hal tersebut membuat Alula merasa sendirian dan tidak tahu harus melakukan apa sekarang, karena tidak ada satu pun dari kedua orang tua Jeremy yang menghiraukannya.
“Selamat pagi, Ma, Pa,” sapa Alula, sambil sedikit membungkukkan badan dengan canggung.
Mendengar suara Alula, Antonio mendadak menghentikan aktivitas makannya. “Ah, sepertinya aku terlambat. Aku berangkat, Sayang.” Antonio bangkit berdiri dan mengecup pipi istrinya, kemudian pria tua yang rambutnya mulai memutih itu segera keluar dari dalam ruang makan tanpa memandang Alula sama sekali.
Alula mengatur napas, berusaha agar air matanya tidak menetes saat ini juga. Setelah sedikit kesedihannya berkurang, ia pun segera menarik satu buah kursi dan duduk di kursi tersebut. Namun, begitu ia duduk, Bianca langsung bangkit berdiri, melempar serbet dengan kasar dan keluar dari ruang makan dengan cepat.
Alula kembali mengatur napas, kali ini ia membiarkan air matanya menetes, toh sekarang ia sendirian. Tidak ada yang akan melihat bahwa dirinya begitu lemah dan cengeng.
“Good Morning!”
Suara teriakan dua orang gadis terdengar memekakkan telinga. Tidak lama kemudian kedua gadis itu memasuki ruang makan dan duduk tepat di hadapan Alula yang sedang sibuk mengusap air matanya.
Kedua gadis cantik itu adalah putri kembar Bianca dan Antonio, mereka adalah Seli dan Salsa Dermawan.
Seli dan Salsa memperhatikan Alula, keduanya memindai Alula dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan wajah datar tanpa ekspresi.
“Kamu adalah?” Seli bertanya sambil menunjuk langsung ke wajah Alula.
“Aku Alula, istri Jeremy. Kalian pasti si kembar kesayangan Jeremy, ‘kan?” Alula berusaha bersikap seramah mungkin. Jeremy sering bercerita padanya bahwa Jeremy mempunyai dua adik kembar yang sangat cantik, dan ternyata hal itu benar. Si kembar yang sekarang tengah duduk di hadapan Alula memang sangat cantik dan anggun.
Seli dan Salsa mengangguk, dan saling melempar tatapan aneh yang tidak bisa Alula artikan. Sesaat kemudian, Seli dan Salsa tersenyum ramah pada Alula.
“Aku Seli, Kak, dan dia Salsa.”
Kedua gadis itu mengulurkan tangan ke Alula sambil tersenyum ramah, membuat Alula merasa bahagia. Setidaknya masih ada yang menerima kehadirannya.
“Oh, ya, apa Kak Alula bisa memasak?” tanya Seli. “Sebenarnya kami sudah bosan dengan makanan yang ini-ini saja. Jika Kak Alula bisa memasak—“
“Tentu aku bisa. Kalian ingin dibuatkan apa? Aku bisa memasak makanan western juga,” ujar Alula dengan begitu bersemangat.
Seli dan Salsa kemudian meminta Alula untuk memasak beberapa menu kesukaan mereka, tetapi setelah masakan yang diminta saudara kembar itu selesai diolah, keduanya malah menolak makan dan mengatakan bahwa mereka sudah kenyang.
Alula tentu saja kecewa, meski begitu ia tidak menunjukkan rasa kecewanya sama sekali. Setelah lelah memasak, Alula memilih untuk duduk di dapur, memakan hasil masakannya seorang diri, sementara Seli dan Salsa menertawakan Alula dari kejauhan.
“Sekarang giliranmu.” Seli mendorong Salsa menuju dapur untuk kembali mengerjai Alula.
“Kak Lula!” Salsa muncul di ambang pintu ruang makan dan berteriak memanggil Alula, wajah cantiknya yang begitu manis melempar senyum ramah ke Alula.
“Ya, Sel—“
“Ini Salsa, Kak.” Salsa mengoreksi.
“Ah, ya, maafkan aku.” Alula menepuk dahinya.
“Tidak masalah, Kak. Bisa minta tolong? Pliiis!” Setelah Alula mengangguk, Salsa pun mendekat ke Alula dan meletakan beberapa buah dress ke tangan Alula. “Tolong cucikan, Kak. Aku dan Seli akan ke kampus mengenakan pakaian itu nanti, tapi ternyata pelayan belum mencucinya.”
Alula menatap beberapa lembar dress yang sekarang ada di tangannya, kemudian ia pun mengangguk. “Baiklah, akan segera aku cuci.”
Alula mengerjakan semua yang diminta oleh adik iparnya, tidak sedikit pun terdengar keluhan keluar dari bibir Alula. Namun, sekeras apa pun usahanya tetap saja ada celah untuk menciptakan kesalahan yang bahkan tidak dilakukannya sama sekali.
Siang harinya saat baru saja Alula mengistirahatkan tubuhnya di teras, terdengar suara teriaka yang begitu keras dari dalam rumah.
“Aaah! Mama, Mama, lihat ini, Ma, lihat ini!”
Suara yang berasal dari ruang keluarga itu mengejutkan Alula yang tengah bersantai di teras. Ia pun segera bangkit dari kursi yang ia duduki dan berlari masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa.
Selembar dress melayang dan mendarat di wajah Alula begitu ia masuk ke dalam ruang keluarga.
“Dia, Ma, dia yang sudah sengaja merusak dress milikku dan juga milik Salsa.” Seli menunjuk wajah Alula, dan menatap Alula dengan tatapan tajam yang begitu menusuk.
Alula menggeleng. “Tidak, Ma, mana mungkin aku melakukannya.”
“Kalau bukan Kak Lula, lalu siapa lagi? Kalau Kakak tidak mau mencuci baju kami tinggal bilang saja, jangan begini caranya!” ujar Salsa sambil menangis.
Melihat putrinya menangis tentu saja Bianca menjadi marah. Ia menghampiri Alula dan menarik rambut Alula hingga Alula meringis kesakitan.
“Kamu baru datang ke rumah ini, tapi kamu sudah berani membuat anakku menangis! Kamu pikir kamu itu siapa?!” Bianca mendorong Alula, hingga tubuh Alula terjatuh dan terbentur ujung meja yang ada di ruangan itu.
“Ma, aku sama sekali tidak merusak pakaian Seli dan Salsa. Tadi saat aku jemur, semuanya masih bagus dan tidak luntur seperti itu.”
“Diam kamu! Kamu mau bilang kalau anak saya sengaja merusak bajunya kemudian mereka menyalahkanmu?”
Alula mengangguk dengan polos.
Plak!
Alula menyentuh pipinya yang terasa panas karena tamparan dari Bianca. Ia tidak menyangka jika Bianca akan melakukan tindakan yang begitu jauh.
“Ma,” lirih Alula.
“Pergi dari hadapanku, cepat!”
Seli dan Salsa tersenyum puas saat melihat Alula keluar dari ruang keluarga dengan wajah menunduk. Sejak awal keduanya memang tidak menyukai keputusan Jeremy yang menikahi wanita lain selain Feli Maura. Bagaimanapun juga, Feli Maura adalah calon kakak ipar ideal bagi Seli dan Salsa, karena Feli kerap memberi meraka tas mahal dan pakaian-pakaian bagus. Tidak seperti Alula yang terlihat miskin dan tidak berkelas.
Sementara itu di dalam kamarnya, Alula meringkuk di atas ranjang sambil menangis. Ia tidak menyangka jika Seli dan Salsa tega memfitnahnya. Ia pikir Seli dan Salsa menyukai dan menerimanya, tetapi ternyata semua hanya sandiwara.
Alula merapatkan selimut di tubuhnya, berusaha untuk kembali tidur. Baginya tidur terasa lebih baik daripada harus menerima kemarahan Bianca terus-terusan. Namun, baru saja mata Alula terpejam, sebuah teriakan terdengar hingga menembus pintu kamarnya.
“Alula! Sini kamu!”
Alula menahan napas. Ia tidak mungkin salah dengar, yang barusan itu pasti suara Bianca, sang ibu mertua.
Alula buru-buru turun dari ranjang dan membuka pintu kamar untuk menghampiri Bianca yang ternyata telah berdiri tidak jauh dari kamarnya.
“Apa ini?! Kamu sengaja?” Bianca melempar dress berwarna hitam miliknya yang sekarang berubah menjadi belang-belang putih dan hitam.
‘Ya, Tuhan, apalagi ini?’ batin Alula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Azahra Azahra
ih adek iparnya licik bgt
2023-03-11
1
Azahra Azahra
ih, adek iparnya licik bgt
2023-03-11
1