Seli tersenyum puas sembari menatap foto-foto yang tersimpan di galeri ponselnya. Bagaimana tidak jika ia mendapat foto-foto bagus yang bisa ia gunakan untuk menghancurkan hubungan antara Alula dan juga kakaknya sendiri, Jeremy.
Seli memotret di saat yang tepat, saat Dave menyentuh punggung Alula, saat Dave dan Alula saling menatap, dan saat Alula mencubit pinggang Dave. Seli tahu bahwa tidak ada hubungan yang spesial antara Alula dan Dave, karena keduanya menjaga jarak dan mengobrol serius saat di taman tadi. Hanya saja bagi siapa pun yang melihat foto-foto tersebut tanpa melihat langsung kejadiannya pasti akan salah paham dan mengira ada sesuatu di antara Alula dan Dave.
"Ckckck, tidak kusangka bahwa aku akan sepintar ini," gumam Seli. "Akan kuberikan pada mama, ah," ujarnya lagi, lalu segera bangkit berdiri dan keluar dari dalam kamar.
***
Alula kembali ke rumah setelah merasa sedikit lebih baik. Dave telah menasihatinya panjang lebar, dan nasihat yang Dave katakan mampu membuat hatinya menjadi tenang, emosinya mereda, dan rasa percaya dirinya kembali.
Bagi Alula, Dave memang sosok yang sudah seperti saudara. Dave banyak menguatkan dirinya di saat dirinya merasa terpuruk. Terlebih lagi saat ia tak kunjung mengandung setelah dua tahun menikah dengan Jeremy. Berbagai macam tudingan miring datang padanya, dan membuat hatinya terluka. Di saat-saat seperti itulah Dave mengatakan padanya bahwa tidak memiliki anak bukan kekurangan yang harus ditangisi, biar saja orang mau berkata apa. Dan perkataan Dave itu sukses membuatnya bertahan hingga sekarang.
Alula menatap bangunan megah di hadapannya. Ia mengatur napas dan mulai menaiki anak tangga menuju teras. Setibanya di teras, Alula dapat melihat Jeremy yang duduk di ruang tamu bersama dengan seorang pria yang terlihat elegan, sama seperti Jeremy.
"Hai, Sayang," sapa Jeremy, begitu melihat Alula yang mulai melangkah memasuki ruang tamu.
"Hai," sapa Alula sambil tersenyum. "Tumben sekali pulang cepat. Ada apa?" tanya Alula, karena memang tidak biasanya Jeremy pulang lebih awal dari kantor.
Jeremy menyentuh pinggang Alula dan berkata, "Aku sengaja pulang lebih awal, karena Tomi mengantarkan undangan untuk kita. Sebenarnya aku sudah menolak, tetapi dia memaksa dan mengikuti sampai ke rumah."
Alula beralih memandang pria yang duduk di hadapan Jeremy dengan penasaran. Alula tidak perna bertemu dengan Tomi sebelumnya.
"Saya Tomi, teman Jeremy semasa kuliah dulu. Senang bertemu dengan Anda, Bu Alula." Tomi tersenyum ramah pada Alula.
Alula mengangguk dan membalas senyuman Tomi. "Panggil saja Alula, biar tidak terlalu formal," ujar Alula, ia lalu kembali menatap Jeremy.
"Pergilah ke acaranya, tapi aku tidak akan ikut," gumam Alula. Ia sudah pernah mendampingi Jeremy ke acara-acara yang diselenggarakan teman-teman Jeremy, dan ia merasa sangat tidak nyaman berada di antara teman-teman Jeremy. Bukannya ia tidak bisa berbaur, hanya saja ia merasa diasingkan.
"Nah, apa kataku, Tom, istriku pasti menolak. Istriku tidak suka keramaian, terutama acara-acara berisik yang--"
"Ayolah, Alula, acara yang akan aku selenggarakan ini hanya acara reuni biasa karena aku baru saja tiba dari Kanada, bukan acara Formal yang membosankan. Tolong hadirlah, karena jika Anda tidak hadir, maka Jeremy akan tidak hadir juga."
Alula diam beberapa saat. Ia terlihat sedang mempertimbangkan keputusan apa yang akan diambilnya.
"Oke, aku akan datang," ujar Alula.
Jeremy tersenyum, begitu juga dengan Tomi yang bertepuk tangan setelah mendengar jawaban Alula.
"Benar apa kata teman-teman yang lain, kalau kamu hanya akan pergi jika istrimu pergi, dasar bucin." Tomi melempar Jeremy dengan bantalan sofa.
Alula tersenyum. Ia sadar betapa pentingnya kalimat persetujuan yang keluar dari bibirnya, karena Jeremy hanya akan mengikuti inginnya. Benar apa Kata Dave, Jeremy sangat mencintainya dan Jeremy tidak peduli pada kenyataan bahwa ia belum bisa memberikan anak setelah dua tahun pernikahan mereka.
***
Malam hari pun tiba, dan jam yang menggelantung di dinding sudah menunjukan pukul 19.30. Itu berarti sudah saatnya Alula dan Jeremy berangkat menuju kediaman Tomi.
Alula dan Jeremy keluar dari kamar, menuruni anak tangga sambil tertawa, karena Jeremy melontarkan sebuah lelucon yang menurut Alula sangat lucu.
Bianca yang sedang duduk di ruang tamu langsung menoleh ke arah Alula dan Jeremy. Ia mendengkus kesal saat dilihatnya Alula bergandengan tangan dengan Jeremy, keduanya terlihat begitu mesra dan semakin lengket saja.
"Mau ke mana kalian malam-malam begini?" tanya Bianca.
Alula dan Jeremy menghentikan langkah.
"Kami akan ke acaranya Tomi, Ma," jawab Jeremy.
Bianca tidak memedulikan ucapan Jeremy, ia sibuk memperhatikan penampilan Alula dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Enak sekali, ya, jadi kamu, Alula. Yang kamu lakukan hanya belanja, ke pesta, dan jalan-jalan. Lihat saja penampilanmu yang luar biasa ini. Gaun mahal, sepatu mahal, tas mahal, semua itu kamu beli dengan uang Jeremy. Jeremy memberi segalanya padamu, tapi kamu tidak bisa memberikan apa pun untuknya. Setidaknya beri dia anak."
"Ma, sudahlah, jangan bahas masalah itu lagi. Tidak masalah bagiku--"
"Tapi itu masalah bagi mama dan juga papamu, Jeremy. Kami ingin cucu, seorang cucu! Dari mana lagi kami bisa mendapatkan cucu kalau bukan darimu dan istrimu yang mandul ini! Seli dan Salsa masih terlalu muda. Masa depan mereka masih panjang. Hanya kamu yang bisa kami harap."
"Kalau begitu jangan berharap apa pun, Ma!" ujar Jeremy dengan ketus, lalu ia menarik lengan Alula dan pergi dari hadapan sang ibu.
***
Setibanya di pesta, Alula sudah kehilangan mood. Ya, moodnya memburuk setelah menerima perkataan sengit dari Bianca.
Melihat wajah Alula yang ditekuk, Jeremy menjadi gemas. Ia mencubit kedua pipi Alula sembari berkata, "Tersenyumlah. Kalau kamu cemberut begini, wajahmu makin terlihat cantik, Alula."
Alula menghela napas dengan malas. "Jangan bohong. Aku tahu kalau aku tidak cantik."
"Mana mungkin aku menikahimu kalau kamu tidak cantik dan baik hati." Jeremy kembali menggoda Alula.
"Kamu khilaf saat memilihku. Benar apa kata mama, aku ini mandul dan pembawa sial."
"Shut!" Jeremy meletakkan jemarinya di bibir Alula. "Jangan katakan itu. Aku tidak ingin dengar, Lula."
Alula mengalihkan wajah ke samping, berusaha menyembunyikan air matanya dari Jeremy. "Ayo, sebaiknya kita turun sekarang. Lebih cepat datang, maka akan lebih cepat pulang."
Setelah mengatakan itu, Alula langsung membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil. Jeremy mengusap wajahnya, lalu menyusul Alula.
Di dalam rumah mewah Tomi telah berkumpul teman-teman Jeremy yang semuanya merupakan orang-orang terpandang, dan tentu saja kaya raya.
Alula merasa begitu kerdil saat berkumpul dengan mereka semua. Ditambah lagi hampir semua yang hadir membawa serta anak mereka karena memang acara kali ini adalah acara santai bukan acara formal.
"Hai, Jeremy, kemarilah!" Seorang pria di tengah kerumunan berteriak memanggil Jeremy.
Pria itu bertubuh tambun dengan perut buncit yang terlihat seperti orang hamil. Pria itu tidak sendirian, ia ditemani dengan istrinya yang bertubuh sama besar dengan dirinya, lalu seorang putri kecil terlihat bergelayut manja di samping si pria buncit.
"Hai, Alex, apa yang terjadi dengan perutmu?" tanya Jeremy, sembari menyalami Alex begitu ia telah tiba di hadapan Alex dan istrinya.
"Ini tanda bahwa aku hidup bahagia, Jeremy." Alex tertawa.
"Kamu harus mengurangi makanan yang manis-manis, Alex, aku takut perutmu akan meledak." Jeremy bercanda.
Alex tertawa. "Sulit menghilangkan makanan manis dalam daftar harianmu jika kamu memiliki seorang putri kecil." Alex menyentuh puncak kepala putrinya yang berusia lima tahun. "Setiap dia makan es krim dan tart, dia selalu memaksaku untuk makan juga. Jika aku menolak, maka dia akan menjerit sampai larut malam."
Alula tersenyum dan menunduk untuk menatap wajah lucu putri kecil Alex. "Dia manis sekali," puji Alula.
"Terima kasih, Nyonya Dermawan," ucap Alex.
"Panggil saja aku Alula, Pak Alex."
Alex tertawa. "Ya, ya. Tapi ngomong-ngomong di mana putra putri kalian? Tidak ada yang ikut?"
Alula menegakkan tubuh dan terlihat tidak nyaman. "Kami belum punya anak," jawab Alula.
Alex terkejut. "Setelah dua tahun? Apa kalian sengaja menunda-nunda? Istriku saja langsung mengandung setelah tiga bulan kami menikah."
Jeremy meremas tangan Alula yang mulai berkeringat dingin, ia tahu jika Alula pasti merasa tidak nyaman sekarang. "Tuhan belum memberi, Lex, saat tiba waktunya kami pasti akan memiliki anak."
"Kalau lebih dari dua tahun, maka menikahlah lagi, Jeremy." Alex tertawa, ia lalu menambahkan sambil menatap Alula. "Aku hanya bercanda, Alula, jangan diambil hati."
Alula tersenyum, walau hatinya terasa sakit dan nyeri sekali. Lelucon teman-teman Jeremy memang tidak pernah ada yang lucu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
MAURA Maura
harusnya langsung jambak mulutnya 😈
2023-03-20
1
MAURA Maura
ini si Alex sarap kayaknya. Kok enak banget ngomongnya. di kiranya enak di tinggal kawin Lagi
2023-03-20
1