Part 20 - Trauma

Dita dan kedua orang tuanya sampai di rumah. Dita masih terdiam tak bersuara sedikitpun sejak selesai pemakaman sampai mereka tiba di rumah.

"Dita, Mama harap kamu tidak terlalu memikirkan hal ini. ingat kesehatanmu juga sangat penting. mama dan papa sebagai orang tuamu sangat khawatir dengan keadaanmu." Milah mengkhawatirkan keadaan putrinya.

"maafkan dita, mah. kita janji akan jaga diri dan juga jaga kesehatan. kita masuk dulu ke dalam kamar."

Dita melangkahkan kakinya menuju kamarnya. sedangkan Mila terus memperhatikan putrinya sampai hilang dari pandangannya.

"kita juga harus istirahat mah." ajak Widodo kepada istrinya.

...****************...

di dalam kamar Dita masih tidak percaya dengan apa yang terjadi kemarin dan juga hari ini. dia mengambil bingkai foto yang terletak di atas meja belajarnya.

"foto ini adalah kenang-kenangan kita untuk yang terakhir kalinya."Dita mengusap kaca bingkai foto dan menenangkan air matanya kembali.

begitu berat bagi Dita sebagai seorang sahabat. apalagi beberapa hari ini iya terus bersama dengan sherlin dan juga Tasya.

kini pikiran Dita tertuju kepada Tasya. dia juga mengkhawatirkan kondisi Tasya yang belum ada kemajuan.

Dita mengeluarkan ponselnya dan menghubungi keluarga Tasya yang berjaga di sana.

"halo tante. Maaf Dita mengganggu. kita hanya ingin bertanya tentang kondisi Tasya."

seseorang di sana mengabarkan kepada Dita mengenai kondisi Tasya. seketika wajahnya menjadi tegang dan matanya membulat sempurna.

"baik Tante terima kasih atas informasinya. Dita akan segera ke sana Dan juga beberapa teman lainnya."

Dita langsung menyambar tasnya yang tadi ia letakkan di atas kasur.

bruk

terdengar suara pintu tertutup dengan kasar. orang tua Dita langsung keluar kamar untuk melihat ada apa.

"Dita kamu mau ke mana?"tanya Widodo kepada putrinya yang saat itu berjalan melewati kamar mereka.

dengan cepat kita menghentikan langkahnya. sangking dia khawatir terhadap kondisi Tasya. dia sampai lupa untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"mah, Pah. sepertinya Dita harus pergi ke rumah sakit untuk melihat dan memastikan kondisi Tasya seperti apa saat ini. tadi Dita dapat kabar kalau Tasya sesekali berteriak histeris."

Dita menatap mata kedua orang tuanya secara bergantian. sendu matanya membuat kedua orang tuanya merasa iba terhadap putrinya.

"kalau begitu papa dan mama yang akan mengantarmu. untuk kejadian yang menimpa kedua temanmu itu sungguh membuat Kami khawatir terhadap dirimu Dita."ujar papa Dita.

di tawa ngangguk mengerti dengan kerisauan hati kedua orang tuanya. Dia hanya bisa menurut saja dengan apa yang dikatakan kedua orang tuanya. asalkan dia tetap bisa melihat Tasya dari dekat.

...****************...

Tasya saat ini terikat kaki dan tangannya. Tasya mengamuk dengan hebat hari ini setelah dia sadarkan diri.

"dokter Ada apa dengan anak kami?"tanya ayah Tasya.

"Putri Anda seperti yang terkenal trauma yang sangat berat. kami akan segera memeriksanya dan Kami juga akan segera memberikan penanganan yang terbaik untuk Putri anda. mohon untuk bersabar dan juga tetap berdoa."

dokter dan perawat rumah sakit meninggalkan kamar Tasya setelah membelikan penanganan kepada pasiennya itu.

kedua orang tua Tasya menjadi kalut. dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi sampai-sampai putrinya mengalami hal tragis dan menjadi trauma.

terdengar ketukan pintu dari luar dan ibu Tasya membukanya. ternyata Dita, Leon, dan juga Lola sudah berada di depan pintu kamar perawatan putrinya.

"tante apakah boleh kita masuk dan melihat kondisi Tasya?"tanya Dita menautkan kedua alis matanya.

"silakan Dita. kamu dan teman-teman boleh masuk dan melihat kondisi Tasya yang sangat memprihatinkan ini."

Dita melangkah masuk diikuti oleh ketiga teman. mereka melihat dengan mata kepala mereka masing-masing. Tasya tangan dan kakinya terikat di besi ranjang pasien.

Dita sangat tidak kuat melihat kondisi sahabatnya seperti itu. dia menjadi geram dan ingin segera mengetahui Ada apa sebenarnya dibalik kematian kedua temannya dan juga hal apa yang membuat sahabatnya Tasya mengalami trauma.

"sejak tadi Tasya terus berteriak, tapi sepertinya dia juga sedang membayangkan seseorang. setiap kali ayahnya mendekat dia menunjuk-nunjuk ayahnya dengan berteriak. Aaa ... Aaaa. seperti ingin berkata sesuatu"

bundanya Tasya menirukan seperti apa putrinya yang ketakutan dan berteriak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!