Part 5 - Selamat tinggal kawan

Setelah pemakaman Noni selesai. Kami semua beranjak dari kuburan yang  sudah tertutup oleh gundukan tanan dan bertabur bunga. Aku masih terus bersama dengan sherlin.

Mungkin aku akan mengantar Sherlin ke kosannya atau mungkin aku juga akan menginap malam ini untuk memastikan keadaannya. Jujur saja aku tidak tega jika melihat kondisi Sherlin, jika aku biarkan dia sendirian dalam kesedihannya. Takutnya temanku ini akan terpuruk.

Kami semua setelah dari pemakanan pulang ke rumah masing-masing.

"Dit, Lo temenin gua di kostan'kan?" tanya Sherlin kepadaku dengan bibir yang masih bergetar.

"Iyah, tenang ajah. Pasti gue temenin kok, tapi malam ini ajah ya. Karena gue takut nyokab dan bokab nyariin."

Sherlin mengangguk setelah mendengar perkataanku. Kami menaiki taksi, karena tidak mungkin kami naik menumpang kepada Leon. Jelas arah tujuan kami berlawanan arah.

Aku menoleh ke kanan dan kiri, untuk mencari taksi. Di makam banyak taksi yang lalu lalang. Membuatku tidak khawatir akan kendaraan pulang.

"Stop." Aku menyetop satu taksi dan sherlin naik terlebih dahulu.

Aku menutup pintu dan memberitahukan tujuan kami hendak kemana. Setelah itu argo taksi segera berjalan.

Ku lihat lagi temanku Sherlin. Dia masih meratapi kepergian Noni yang secara mendadak. Aku juga tidak mengetahui kenapa dan penyebab pasti Noni bisa tiba-tiba meninggal dunia di dalam taksi.

Ingin curiga, tapi aku tidak bisa membuktikan kecurigaanku itu. Akhirnya aku tepis semua kecurigaanku. Kalaupun tukang taksi itu yang melakukannya, sudah pasti pihak kepolisian bisa menemukan bukti-bukti.

Aku menyandarkan tubuhku. Saat ini lelah yang aku rasakan, tapi lelahnya bukan hanya sekedar fisik. Namun, batinku juga. Cukup menguras perasaan kejadian yang tidak terduga ini.

"Sudah sampai." Sopir taksi memberitahukan kepada kami kalau sudah sampai di tujuan.

Aku mengedarkan netraku. Benar kami sudah sampai tepat di kostan Sherlin. Pasti karena aku fokus melamun dan bicara kepada diriku sendiri, sehingga aku tidak memperhatikan jalan dan tidak menyadari kalau sudah sampai di tujuan.

Ya Allah, untung saja sopir taksi ini baik sehingga kami sampai di tujuan. Kalau tidak pasti kami berdua yang sedari tadi terlalu menikmati pikiran masing-masing sudah dibawa entah kemana.

Aku dan Sherlin turun dari taksi dan membayar sesuai dengan tagihan argo taksi.

"Terima kasih, ya Pak." Aku menutup pintu mobil taksi.

Sherlin dan aku berjalan memasuki kostan yang bisa di sebut kostan sultan. Di sini pemilik kost menyediakan wifi, AC, tempat tidur, cctv di beberapa sudut lorong, televisi, kamar mandi dalam dan ruang tamu kecil untuk menerima tamu yang datang. Sudah seperti apartemen studio saja tempatnya. Aku beberapa kali main ke tempat Sherlin dan terkadang menginap saat dulu banyak tugas.

Sherlin masih tinggal di kostan itu karena tempat dia bekerja tidak jauh dari sana.

"Lin, aku dengar temanmu yang tempo hari suka ke sini. Dia meninggal dunia ya?" Salah satu penghuni kost yang kamarnya bersebrangan dengan kamar kost Sherlin bertanya.

"Iyah, Mba." Sherlin menjawabnya.

Kami berdua memang memanggil wanita itu dengan sebutan Mba. Dia memang lebih tua dari kami dan kebetulan dia tahu kalau Noni meninggal dari kantor. Ya wanita itu bekerja di kantor yang sama dengan Sherlin. Tepatnya Sherlin mendapatkan pekerjaan itu dari Mba Wulan saat ada lowongan pekerjaan.

" Kami masuk dulu, Mba."

Aku membuka pintu kamar kost Sherlin dan kami masuk secara bergantian. Kamar yang bersih dan tertata rapih. Sherlin memang orangnya sangat resik. Makanya aku suka ketika dulu diminta menginap di kosannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!