Aku menaiki tangga satu persatu dengan perasaan yang masih tidak percaya. Kami semua masuk ke dalam rumah sakit untuk menemui seseorang yang sejak tadi bersama menyiapkan persiapan acara reuni akbar.
Ku lihat satu persatu wajah teman-teman ku. Mereka semua memasang wajah penuh kesedihan.
Aku lihat sherlin melangkah lebih cepat. Dia menghampiri sebuah ruangan dan langsung masuk ke dalam. Dengan cepat aku dan teman lainnya mengikuti langkah Sherlin.
Kami lihat wajah pucat dan tubuh yang tak lagi bernyawa itu terbaring di atas ranjang. Di dalam ruangan yang di atas pintunya tertulis 'Ruang Jenazah'.
Noni teman kami, telah pergi menghadap sang ilahi. Noni yang tadi pamit pulang ternyata bukan pulang ke rumahnya melainkan pulang ke pangkuan sang pencipta.
Kami semua menangis di sisi ranjang sambil tak menyangka kalau Noni berumur pendek.
Menurut kesaksian pemilik taksi. Noni mengalami kejang dan kemudian tidak sadarkan diri.
"Ni, Noni. Bangun Ni. Jangan bercanda begini dong? Please Ni bangun."
Sherlin sudah sangat kehilangan. Terlihat jelas dari wajah teman ku satu itu. Sherlin memang sangat dekat dengan Noni. Mereka berdua juga dijuluki adik kakak oleh teman-teman semuanya.
"Lin, sabar. Noni sudah pergi ke akhirat. Jadi kita harus mengikhlaskan dia. Jangan seperti ini. Kita tidak boleh begini."
Aku memegang kedua bahu Sherlin dan memeluknya erat.
Sherlin sangat sedih dan terisak. Aku sendiri juga merasakan hal yang sama. Namun, tangisan kita tidak bisa lagi membuat Noni bangun dan bernyawa lagi. Jadi sekarang sebaiknya kita semua mendoakan Noni dan mengurus jenazahnya untuk di bawa pulang ke rumah duka.
Aku dan teman-teman keluar dari ruangan dan duduk di bangku tunggu depan ruang jenazah.
Aku mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi ke nomor telepon ibu Noni yaitu Tante Marisa.
"Noni."
Belum sempat aku menelepon ibunya Noni. Sekelompok orang berlarian masuk ke dalam ruang jenazah. Tante Marisa terlihat bersama mereka.
Itu pasti keluarga Noni. Mungkin pihak rumah sakit juga menghubungi mereka.
Aku kembali fokus kepada Sherlin yang masih menangis dan bersedih.
Kami semua bersahabat sejak awal masuk kuliah. Orientasi mahasiswa kami jalani bersama dengan suka duka. Noni adalah seorang teman yang paling panikan diantara kami semua. Namun, dia juga pintar, hanya saja saat panik dia akan terlihat kosong.
Keluarga Noni keluar dari ruang jenazah dan kami langsung menghampiri Tante Mariska.
"Sherlin. Ada apa dengan Noni? Bukannya kalian semua sedang bersama?" tanya Tante Marisa sambil menyeka air matanya.
"Noni tadi pamitan ingin pulang duluan, Tan." Aku menjawab pertanyaan yang dilontarkan dari Tante Marisa.
"Kenapa? Biasanya kalian akan pulang bersama. 'kan rumah kita satu arah." Tante Marisa sepertinya sangat bingung.
Aku mengerti perasaan Tante Marisa saat ini. Sudah pasti akan banyak pertanyaan yang melayang di kepalanya mengenai kepergian putrinya yang begitu mendadak.
"Aku kira, Tante yang memintanya pulang duluan. Karena saat aku lihat, wajah Noni seperti sedang panik jadi kami mengizinkan dia untuk pulang lebih dulu." Sesalku.
Harusnya kami bertanya kepadanya ada apa pulang terlebih dahulu. Karena kesibukan kami semua dalam persiapan acara reuni. Membuat kami juga kehilangan fokus. Aku menyadari wajah Noni yang panik pun tak sempat bertanya kepada temanku itu. Ada sesal yang membuat hatiku sedikit merasa bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments