Aku tidak tahu lagi harus menangis atau bagaimana. Karena saat ini, aku dihadapkan oleh situasi yang sangat sulit. Ingin rasanya berteriak keras. Ingin rasanya menangis kencang. ingin rasanya memakai. ingin rasanya aku berlari dari kenyataan pahit ini.
Aku memandang wajah pucat pasi dari tubuh yang tak bernyawa lagi. Jantungnya sudah tidak berdetak. Darah masih mengalir dan dokter bilang kalau Sherlin mengalami benturan yang keras sehingga beberapa pembuluh darah pecah.
Sahabatku kini pergi tanpa berpamitan. Kami yang kemarin menghabiskan waktu bersama seakan-akan sebagai pertanda perpisahan. Hanya saja kami tidak menyadarinya.
Tasya sahabatku juga belum sadarkan diri. Dokter bilang kalau Tasya mengalami syok berat dan sempat mengalami pingsan sebelum akhirnya sadar kembali dan kembali pingsan hingga lima jam sudah dia tidak kunjung bangun.
Tuhan, apa salah kami semua. Tuhan kenapa kau seperti sedang menghukum mereka. Pertama Noni yang pergi tanpa suara dan hanya terdengar kabar kepergiannya. Kepergian Noni saja masih sangat membekas di hati dan pikiran kami. ditambah lagi sekarang kepergian Sherlin yang mengenaskan. membuatku semakin menyimpan tanda tanya besar di benakku. Aku berharap Tasya siuman dan bisa menjelaskan kepada kami apa yang sebenarnya kembali. Dialah kunci jawaban dari keadaan ini. Dialah satu-satunya saksi mata dari kejadian yang menimpanya dan juga Sherlin.
Aku hanya bisa melihat Sherlin yang sudah tertutup kain kafan dan akan di masukkan ke dalam peti yang terbuat dari aluminium yang biasa di gunakan rumah sakit saat menunggu keluarga jenazah tiba. agar jenazah tetap terjaga.
Kini kita tidak lagi bisa mendengar suaranya. tidak lagi bisa bersenda gurau dengannya. Hatiku benar-benar hancur lebur. Aku tidak sanggup lagi. kakiku sudah lemas dan aku tak mampu menopang tubuhku. Seseorang menopang ku dengan segera dan itu adalah Leon.
"Jangan menangis lagi. Semua sudah takdir dan ketentuan dari tuhan. kita sekarang hanya bisa mendoakan Sherlin agar tenang dan damai di sana. begitu juga dengan Tasya. kita hanya bisa mendoakannya agak lekas sembuh." Leo menatapku intens.
Aku memeluk Leon dan menangis di dalam pelukannya. Aku tidak tahu lagi harus mencari siapa untuk menjadi tempatku bersandar saat ini.
Leon mengelus lembut rambutku dengan maksud agar aku berhenti menangis. Namun, Aku tidak bisa berhenti menangis ketika kedua sahabat yang dekat denganku mengalami hal tragis dan kehilangan nyawanya.
"Sekarang mendingan Lo ke kamar Tasya. temani dia. Biar saat dia bangun ada sahabatnya dan dia bisa lebih tenang." Leon memerintahkan aku untuk pergi ke kamar Tasya.
aku menuruti perkataan Leon. Aku pergi ke ruangan Tasya. Aku berharap di sana nanti Tasya bisa segera sadarkan diri. aku berharap Tasya bisa berkumpul lagi dengan kami. Jangan sampai hari ini dua orang yang ku sayang pergi menghadap Tuhan yang maha esa.
Aku sampai di depan pintu kamar perawatan Tasya.Namun, aku lihat bayangan orang bertubuh tinggi dan seperti pria di dalam.
Aku coba membuka pintu perlahan dan saat pintu terbuka. aku langsung berteriak kencang meminta bantuan.
Aku ingin mencoba menangkapnya, tapi sayang orang itu mendorongku dan berlari kencang. tak lama beberapa orang datang, tapi sudah terlambat. orang bertopeng itu sudah pergi. Aku lihat Tasya sedang memegang lehernya sendiri dan nafasnya seperti tercekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments