Hidup baru

Pagi menjelang, aku menggeliat ketika sinar mentari masuk melalui sela-sela horden jendela. Aku pun terbangun dan merenggangkan otot tanganku.

Aku melihat Mas Reyhan yang sudah tidak ada di atas ranjang. Bahkan sprei bekas darah sudah diganti. Tak ada lagi pakaian yang berserakan di lantai.

Tubuhku seperti remuk redam. Apa ini efek karena baru pertama kali melakukannya? Entahlah, sekarang perutku terasa sangat lapar. Aku pun segera mandi dan memakai pakaian yang disediakan di lemari.

Tak ku sangka Mbak Sera akan seperhatian ini padaku. Semua pakaian sudah disediakan olehnya dengan ukuran yang pas dan model yang kekinian. Tak bisa ku ungkapkan betapa baiknya wanita itu. Sayang sekali dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tidak bisa memiliki anak.

Setelah berganti baju, aku pun segera pergi ke ruang makan di mana pelayan sudah menyediakan makanan yang sangat enak untukku. Aku bahkan harus mengusap air biar ku yang mulai keluar karena baru pertama kali ini aku melihat banyak hidangan makanan lezat di hadapanku. Tak hanya itu, mereka juga menyediakan susu dan buah-buahan yang sudah dipotong. Jadi seperti ini rasanya menjadi orang kaya?

Aku mendapatkan makanan yang enak dan juga tempat tinggal yang nyaman. Sedangkan rumahku yang dulu menurutku sangat tidak nyaman karena lantai yang terbuat dari semen kasar dan banyak lubangnya. Genteng tua yang memiliki banyak lubang sehingga akan bocor setiap hujan.

Tak hanya itu, setiap siang yang terik, tubuhku pasti akan berkeringat karena panas yang membuat suhu di ruangan memuai. Dinding yang separuhnya terbuat dari papan, juga jendela kayu yang sudah mulai keropos.

Syukurlah sekarang orang tuaku sedang membangun rumah itu untuk menjadi hunian yang layak ketika aku kembali pada mereka. Jahatkah aku karena mensyukuri semuanya? Secara tidak langsung aku sudah menjual rahimku. Menjadi rahim pengganti seorang CEO karena istrinya tidak bisa hamil.

Dan siapkah aku berpisah dengan anakku nantinya? Apakah aku akan seperti Madu yang tetap mempertahankan anaknya karena semakin hari, kasih sayang itu mulai tumbuh hingga membuatnya ingin memilikinya.

"Nona."

Seorang pelayan pun membuyarkan lamunanku.

"Ya, ada apa, Mbak?" tanyaku padanya.

"Tadi saya mau tanya, apa ada makanan lain yang ingin Nona makan saat ini?"

"Oh, tidak, ini saja sudah cukup."

"Baik, Nona. Jika Anda memerlukan apa saja, silakan panggil kami. Nama saya Indi, dan nama rekan saya Elly. Tugas saya adalah memasak, dan tugas Elly membersihkan rumah."

Begitulah kedua pelayan itu memperkenalkan diri mereka kepadaku. Ku lihat wajah mereka yang sepertinya lebih tua beberapa tahun dariku. Mengapa harus memanggilku nona? Risih sekali rasanya. Ku utarakan saja, ya.

"Mbak, jangan panggil saya begitu, ya. Panggil saja Aira."

"Maaf, Nona, semua majikan akan kami panggil dengan sebutan Tuan dan Nyonya. Karena sebutan Nyonya untuk Bu Sera, maka anda kami panggil Nona."

"Oh, begitu. Baiklah, terima kasih. Kalau begitu, ayo, temani aku makan. Aku tidak terbiasa makan sendirian. Boleh, ya?" pintaku sambil memasang wajah penuh harap.

Kedua pelayan itu tampak berpikir dan sepertinya mereka mencoba mengingat apa pesan yang disampaikan oleh Mas Reyhan atau Mbak Sera pada mereka.

"Baik, Nona." Mereka pun mengangguk dan langsung duduk dan menemani aku makan. Tak disangka ternyata mereka mau melakukannya. Tapi aku jadi sangat senang.

Terpopuler

Comments

istripak@min

istripak@min

hemmm msik dipantau thor

2024-02-03

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

yg penting kehidupan org tuamu layak gk dikejar hutang lg aira... lagian kau melakukannya jg halal dinikahi jd istri kedua bukan simpanan

2023-03-07

0

Ayas Waty

Ayas Waty

nikmati saja dulu Aira sebelum masalah datang

2023-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!