"Oh ya, ini ada kebaya dan juga perhiasan yang akan kamu pakai saat akad nikah. Kalian akan menikah di tempat ini. Jadi, biarlah kebaya ini tetap ada di sini."
Mbak Sera menyerahkan sebuah kotak yang berisi sesetel kebaya berwarna putih beserta perhiasan emas yang sangat cantik.
"Iya, Mbak." Aku pun mengangguk setuju.
"Setelah ini, kamu pulang dan persiapkan dirimu. Oh ya, Mas Reyhan tidak suka wanita yang berambut kusut. Kalau bisa, perhatikan rambutmu. Agar malam pertama kalian nanti, dia tidak badmood."
Aku tahu, dibalik ucapan itu, tersimpan ribuan rasa sakit di dalam hatinya. Istri mana yang merelakan suaminya bersenggama dengan wanita lain? Tapi, Mbak Sera sangat mencintai Mas Reyhan. Tak heran jika dia akan melakukan hal gila ini demi mendapatkan restu dari ibu mertuanya.
Entahlah, sepanjang jalan aku banyak melamun hingga saat mobil mengantarkanku ke rumah, aku sampai tak sadar jika sudah sampai.
Namun, setelah aku turun dari mobil dan menuju ke rumah, aku bisa melihat para tetangga yang mengintip dari beranda rumah mereka. Tatapan itu! Mereka pasti sedang memikirkan yang macam-macam tentangku.
"Hai, Ai, darimana?" tanya Susi, anak tetangga yang baru saja pulang kuliah.
"Ada perlu tadi di kota," ucapku sesantai mungkin. Jangan sampai rasa gugupku membuatnya curiga.
"Wah, enak ya bisa naik mobil. Pasti mahal, memangnya kamu uang darimana? Gajimu aja pas-pasan buat makan," ucapnya dengan sengaja. Ku lihat dia sedang menahan tawa karena mengejekku. Dia dan ibunya sama saja. Selalu senang jika melihat kami kesusahan. Padahal, merekalah tetangga terdekat kami. Tapi malah mereka yang suka menebar gosip aneh-aneh tentang kami. Bahkan soal Bapak yang terlilit hutang, mereka juga tahu dan itu menjadikan gosip terpanas di sini. Untung saja peristiwa bunuh diri bapak yang gagal tidak tersebar. Kalau tersebar, pasti mereka akan semakin merajalela.
"Ya kenapa, Si? Aku juga naik taksi nggak minta uang kamu kok," ucapku menahan kesal.
"Ya nggak papa, aku cuma heran aja sama orang yang bisa-bisanya hidup santai kayak kamu padahal bapaknya kelilit hutang."
"Jadi mau kamu aku gimana? Nangis? Curhat di sosmed kayak mama kamu?" tanyaku sengaja menyindirnya. Mama Susi memang suka sekali curhat di sosial media mengenai masalah rumah tangganya. Bahkan masalah dengan tetangganya pun sering dia jabarkan di akun sosial media miliknya.
"Biarin yang penting mama aku banyak duit, nggak kayak kalian yang miskin. Udah miskin, malah bel...."
Ucapan Susi pun terhenti saat dia melihat halaman rumahku yang sudah dipenuhi orang-orang. Terlihat beberapa orang mengelilingi sebuah sepeda motor terbaru yang harganya puluhan juta.
Astaga, Bapak, pasti dia udah dapat transferan dari Mas Reyhan makanya langsung beli ini itu. Memang orang tuaku nggak pernah berubah.
Ku lihat beberapa orang yang ada di halaman rumahku adalah pada tetanggaku. Mereka terlihat sangat heran dengan sepeda motor yang dibeli bapak. Jelas saja, di sini, belum ada yang memiliki sepeda motor seperti itu.
"Pak, Ilham, kok bisa beli sepeda motor baru? Pasti ngutang di pinjol, ya? Aduh, nggak kapok, Pak, didatengin depkolektor lagi?" ucap Bu Dina yang merupakan ibunya Susi, yang aku bilang tadi, tetangga yang paling dekat dengan kami.
Aku bisa melihat dari raut wajahnya yang sepertinya tidak senang dengan sepeda motor baru bapak. Aku dan Susi pun segera berjalan mendekat untuk melihat sepeda motor itu lebih jelas lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Anonymous
cb
2023-08-19
0
վմղíα | HV💕
lanjuutt
2023-03-17
0
puputgendis
org tua nya Aira bner2 yaa ampun dah🤦🏻♀️🤦🏻♀️mn tetangga nya julid nya naujubila minjalik heemmm
2023-03-03
0