Ada rasa terkejut dalam diri Almira saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Alex, namun sepertinya ia bisa memanfaatkan situasi ini.
Almira mengangguk, “Seharusnya kita tidak boleh bersentuhan tuan!”
“Jadi ritual semalam itu sebenarnya tidak boleh dilakukan?”
“Tidak boleh” jawab Almira menggelengkan kepalanya pelan.
“Tapi kita sudah terlanjur melakukannya! Sudah terlanjur jadi tidak masalah” Alex memilih pasrah, lagian dia juga sudah sering melakukan itu. Lalu untuk apa ia menyesali.
Almira yang dengar hanya bisa menghela nafas kesal dan ngedumel dalam hati, ‘Kalau begitu untuk apa tadi bertanya. Pria ini memang benar-benar aneh… sabar Almira, kamu yang waras ngalah aja’
Drettt
Dering ponsel milik Alex menyela perbincangan mereka berdua. Saat itu juga sang pemilik segera mengambil dan mengangkatnya.
"Hallo, mah"
"Mamah mau bicara" ucap Vara diseberang telpon.
Alex terdiam sejenak, "Iya, Alex akan segera ke rumah"
Tut
Setelah mengatakan itu Vara segera menutup saluran telpon nya dengan sang putra, membuat Alex tahu maksud dari alasan Vara meminta.
"Kamu mau ke rumah nya mamah?" tanya Almira hanya basa-basi dan Alex juga hanya mengangguk. "Pulangnya kapan?"
Kening Alex mengernyit lalu menoleh kearah Almira dengan raut wajah tersenyum ngeri, "Tadi pagi kau marah dengan diriku dan sekarang kau tidak bisa jauh denganku?"
"Bukan itu maksudku. Hanya saja jika aku tahu kapan kau pulang, aku bisa memasak makanan untukmu" jawab Almira.
Memikirkan masakan Almira saja sudah cukup membuatnya ingin mual. Setelah ia mencicipi menu pertama yang Almira masak, ia sudah menetapkan itu masakan pertama dan terakhir.
"Tidak usah masak untukku. Mungkin aku akan makan di rumah mamah" balas Alex menolak tawaran Almira.
"Kenapa?" tanya Almira agak penasaran, lalu mengingat-ingat kejadian dimasa lalu. "Ah, apa kau takut aku memasak makanan sambal dan tahu goreng untuk mu lagi?"
"Mungkin saja" balas Alex membenarkan.
Almira terkikik, "Enggak akan selagi kau menghubungi diriku jika ingin pulang. Jadi, aku bisa menyiapkan yang lebih enak dari waktu itu"
Alex hanya diam dengan perhatian Almira. Rasanya aneh menerima perhatian ini begitu saja.
"Kau perhatian denganku, karena aku memiliki uang? Seperti bos dan bawahan! Kau akan bersikap baik supaya gajimu naik?"
"Apa bos dan bawahan juga melakukan hubungan badan?" tanya Almira dan Alex menggeleng. "Berarti perhatian ku bukan seperti bos dan bawahan"
Alex masih tidak paham, "Lalu, seperti apa?"
"Aku kan istrimu... perhatian yang aku berikan kepadamu itu karena kewajiban ku kepada sang suami" balas Almira membuat Alex tertegun.
"Suami?"
Almira mengangguk, "Aku terima semuanya karena kau adalah suami yang sudah menikahiku didepan khalayak ramai. Jadi, apapun yang aku lakukan itu memang sudah sepantasnya"
Alex yang sempat melihat kedua mata Almira itu segera menoleh kearah lain. Entah mengapa kedua matanya sempat berair.
Lagipula, dia sedang keadaan menyetir.
"Setelah mengantarmu aku akan ke rumah mamah" kata Alex kepada Almira yang segera mengangguk.
_______
Kediaman Hedwin yang super megah. Alex yang sudah mengantar Almira pulang itu sudah sampai dengan cepat di kediaman kedua orang tuanya.
Setelah memarkirkan mobilnya, ia masuk kedalam dan ikut bergabung bersama mereka.
"Sore mah" sapa Alex tidak dijawab Vara yang masih fokus dengan layar ponselnya.
Vara memperlihatkan layar ponselnya, menampilkan gembar dua orang pria dan wanita sedang duduk di satu meja yang sama. Itu Alex dan Beliana.
"Kau tadi bertemu dengan Beliana, kan?" tanya Vara dan Alex segera mengangguk. "Kau menghina Beliana?"
Alex langsung tertawa, "Mamah kan tahu. Alex tidak akan memukul jika mereka tidak memukul duluan"
"Alex, Beliana itu calon istri kamu!!" sentak Vara dengan lantang mengingatkan.
"Alex sudah memutuskan untuk tidak akan menikahi wanita seperti Beliana" kekeh Alex dengan wajah dingin menekan.
Vara menghela nafas, "Berapa kali mamah harus katakan kepa---"
"Cukup mah!!!" sentak Alex berani meninggikan nada suaranya. "Jangan katakan tentang perjodohan itu lagi karena Alex sudah menghubungi keluarga Victor untuk membatalkan perjodohan ini"
Vara tersentak, "Astaga Alex!!!! kamu ngambil keputusan ini secara sepihak ya?"
"Ini untuk kehidupan Alex dan tentunya Alex yang akan memutuskan" kata Alex masih terdengar menekan. "Jadi, tidak ada kata Beliana atau yang sejenisnya. Perjodohan? Alex tidak akan pernah setuju dengan perjodohan"
"Alex!!!"
"Alex permisi dulu" ucap Alex mengangguk hormat lalu pergi dari kediaman rumah keluarganya.
Vara yang melihat tidak berhenti berteriak dan memanggil nama putranya, tapi putranya itu sangat-sangat keras kepala.
_____
Bangunan mewah yang terletak di tengah-tengah kota, memiliki halaman yang indah dipenuhi dengan orang-orang sakit untuk menenangkan perasaan mereka.
Seperti pasien satu ini dimana ia duduk sendiri di kursi roda halaman rumah sakit. Pandangannya fokus melihat anak-anak sedang bermain-main.
Depan rumah sakit adalah taman kanak-kanak, anak itu bisa melihat anak seusianya berlarian disana.
Tiba-tiba ada seorang pria dewasa duduk di kursi samping kursi rodanya lalu menyapa, "Hai"
"Kau seorang muslim? Kenapa tidak mengucapkan salam?" tanya Ronald tampak heran.
"Oh aku lupa!" pria itu memegang kepalanya seakan memang lupa, lalu kembali bicara. "Apa aku perlu mengulanginya?"
"Tentu" jawab Ronald mengangguk.
Pria itu benar-benar mengulangi. Ia berlari dari kejauhan dan datang menemui Ronald lagi.
"Assalamu'alaikum" sapa Alex mencondongkan tubuhnya dan memberikan senyum lebar.
Ronald yang melihat pun segera tersenyum, "Walaikumsalam"
"Aku boleh duduk disebelahmu?" tanya Alex menunjuk kursi disebelah Ronald.
"Karena kau sudah menjawab salam, jadi aku bolehkan dirimu untuk duduk disebelah ku" jawab Ronald menerima.
Dengan perasaan bahagia Alex duduk disamping Ronald. Saat Alex duduk, anak itu malah kembali murung melihat kearah taman.
"Kau tahu tidak! Aku lelah menggunakan kedua kakiku" cerita Alex. Ia tahu Ronald ingin seperti anak-anak lain yang berlarian, tapi karena belum sembuh jadi tidak bisa.
"Aku ingin berjalan dan berlarian, tapi kau malah merasa lelah dengan kakimu" bantah Ronald memanyunkan bibirnya.
Alex mengangguk semangat, "Hem, aku ingin duduk di kursi roda seperti dirimu. Aku lelah! Aku harus berjalan untuk bekerja, berjalan mengambil makan, berjalan mengambil buku, berjalan membeli permen. Bukankah itu sangat melelahkan?"
"Kau tidak boleh seperti itu. Kau harus mensyukuri keadaan kakimu yang masih bisa berjalan ini. Itukan pemberian Allah" kata Ronald memberi nasihat.
"Itu berlaku juga untuk dirimu" ucap Alex membalikan perkataan Ronald, "Kau juga harus mensyukuri apapun keadaan dirimu. Itu kan juga pemberian tuhanmu kan"
"Bukan tuhanmu. Tapi Allah" bantah Ronald dibalas senyuman Alex.
Agak lama Alex menatap wajah polos anak ini. Ada rasa haru melihat wajah Ronald yang begitu tampan dan bijaksana.
Sangat mirip dengan ayahnya yang tampan dan gagah, membuat Alex sangat merindukan Arsen.
"Kau sangat mirip dengan ayahmu"
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Meanwhile ❤️
Nah Lo Alex tahu Ronal anaknya Almira, uhuyyyyy ayo Thor up lagi😘
2023-03-06
0
Yati Akhtar
lah kok tiba tiba Alex sudah tau
2023-03-05
0