Membicarakan Ayah

Pagi harinya Alex merutuki dirinya sendiri. Ia sangat-sangat menyesal karena tidak bisa mengontrol diri menghadapi istrinya padahal Almira sudah menegurnya berkali-kali. Akibat kekesalan nya kepada Natania membuat dirinya seperti orang gila.

Akibat kejadian semalam membuat Almira membisu tidak mengajak bicara Alex bahkan menghindar darinya. Almira sangat marah!.

“Maaf untuk tadi malam. Sepertinya aku sudah keterlaluan” Alex mencoba meminta maaf. Siapa tahu wanita itu mau memaafkan dan mengajak berbicara.

Namun dugaan nya salah. Almira yang sudah bersiap ingin pergi hanya mengangguk saja bahkan tidak melihat kearahnya.

Alex menelan ludahnya susah, “Kau akan pergi?”

“Ya” jawab Almira singkat.

“Kau akan pergi dengan siapa? Aku punya mobil yang bagus dan mewah, tentu kau tidak akan kepanasan… Ac nya sangat sejuk dan jalan nya juga mulus tak bergeronjal. Melaju nya juga sangat teratur, pasti kau akan ketiduran saking nyaman nya”

“Tidak” tolak Almira singkat.

Kasihan sekali Alex! Bicaranya sudah seperti iklan mobil tapi Almira masih juga dingin.

“Kau mau aku transfer uang lagi? Mau aku belikan mobil baru, handphone baru, atau kau mau sebuah pulau?” tawar Alex.

Almira menghela nafasnya kesal atas sikap sombong pria ini. Mentang-mentang kaya dia bisa memberikan apapun kepada Almira.

“Aku pergi, Assalamualaikum” ucap Almira terdengar dingin sambil mencium punggung tangan Alex lalu pergi.

Selepas kepergian Almira, pria itu menatap punggung tangan nya seperti melihat sesuatu yang membekas. Padahal kan tidak ada apa-apa.

“Apa ini marahnya orang seperti Almira? Diam tapi masih bersikap baik kepada orang disekitarnya” monolog Alex langsung mengusap kasar wajah nya, “Arrrrr tapi dia tidak mengajakku bicara. Itu lebih menjengkelkan”

Alex langsung menendang kaki kasur dan merintih kesakitan.

_______

Rumah sakit

“Dokter, anak teman saya baik-baik saja kan?” tanya Irene kepada Dokter yang baru saja memeriksa Ronald.

“Alhamdulillah baik-baik saja. Pasien hanya menutup matanya, ia tidak pingsan… dia sengaja melakukan itu dan juga selalu menyebut ibunya. Mungkin saja pasien akan membuka mata jika ibunya sudah datang” ucap dokter tersebut.

“Iya dokter. Dari semalem dia memang menunggu ibunya datang” balas Irene dengan sendu, “Kalau begitu terimakasih dokter”

“Sama-sama, saya permisi dulu”

“Baik dokter” Irene memberikan anggukan hormat kepada dokter itu yang sudah pergi meninggalkan dirinya.

Membutuhkan beberapa menit setelah kepergian dokter tersebut, datanglah Almira yang terlihat berlarian menyusuri koridor rumah sakit. Ada rasa ketakutam dalam dirinya mengenai Ronald.

“Assalamualaikum, Irene gimana Ronald?”

“Walaikumsalam, ya Allah Al kamu ini kok baru datang sih? Kamu udah buat Ronald menunggu lama tauk nggak” omel Irene saat wanita itu bergegas menuntut kabar darinya.

“Ada sedikit hambatan tadi malam, sehingga aku tidak bisa datang dan menemui Ronald” alasan Almira lalu kembali ingat dengan Ronald, “Dimana Ronald?”

Irene menunjuk ruangan berisi Ronald, “Dia didalam… keknya dia marah dengan dirimu jadi pelan-pelan ya”

“Aku tahu sifat putraku” balas Almira percaya diri lalu memasuki ruangan tersebut.

“Dia udah nunggu dari tadi malam Al dan sampai sekarang dia nggak mau bicara” kata Irene lagi.

Mendengar kata itu Almira sudah memantapkan hati untuk segera menemui putranya. Ia tahu betul bagaimana sikap putranya jika kemauannya tidak dituruti, maka dia akan marah dan enggan untuk bicara.

Lihatlah sekarang ini!.

“Ronald” panggil Almira mendekati ranjang berisikan Ronald diatasnya, “Sayang ibu udah datang untuk Ronald. Maaf ya ibu tadi malam ada kendala jadi nggak bisa datang untuk menjenguk Ronald”

Namun bocah itu tidak memberikan reaksi apa-apa, hanya diam dan menutup kedua matanya. Akan tetapi bocah itu kurang pintar membohongi Almira dimana kedua tangan nya bergetar meremat selimut.

“Ibu tahu kok kalau Ronald itu nggak tidur” Almira duduk disamping ranjang Ronald, “Ronald hanya pura-pura tidur supaya ibu pergi, kan? Ibu sudah meminta maaf, masa Ronald nggak maafin ibu?”

“Ronald pernah berbohong dengan ibu, dan ibu mendiami Ronald satu hari penuh. Tapi, Ronald tidak bisa mendiami ibu terlalu lama” kata Ronald akhirnya membuka mata dan mau bicara.

Kedua mata Almira memanas. Wajah polos putranya begitu sangat ia damba hingga pelukan pun tercipta. Pelukan hangat dari ibu tunggal untuk putra tunggalnya.

“Ronald sudah memaafkan ibu?” tanya Almira disela-sela pelukannya.

Bocah itu melepaskannya dan menepis air mata Almira, “Kan Ronald sudah bilang, kalau tidak bisa mendiami ibu terlalu lama. Ronald terlalu saaaayang dengan ibu hingga untuk mendiami ibu sedetik saja Ronald tidak kuat”

Almira yang merasa terharu segera memeluknya kembali, membuat sepasang mata wanita yang lihat menjadi ikut terharu.

“Bagaimana dengan bibi?” tanya Irene dengan mulut manyun seakan iri minta di bujuk juga.

“Bibi selalu membantu ibu, tentu Ronald tidak akan melupakan bibi” kata Ronald tulus membuat kedua tangan Irene terbuka memeluk mereka. “Sayang kalian banyak-banyak”

Beberapa menit berlalu akhirnya mereka melepas pelukan nya. Almira meraih piring berisi makanan rumah sakit yang terasa hambar.

“Ronald belum makan? Nggak boleh gitu ya… nanti tuhan marah dan nggak mau lagi ngasih makanan buat Ronald” ucap Almira menakut-nakuti saja.

“Ups” Ronald menutup mulutnya dengan kedua tangan, “Maaf ibu… abisnya ibu tidak datang menyuapi Ronald”

“Apa ibu harus menyuapi Ronald setiap hari? Putra ibu ini sudah besar dan sudah tidak pantas di suapi. Bagaimana kalau ada temanmu yang lihat?” gurau Almira.

“Biarkan saja! Aku akan memperkenalkan ibu sekalian… setelah itu mereka akan merasa iri karena aku memiliki ibu sehabat ini” Ronald tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.

Almira segera mencubit pelan sebelah pipinya, “Anak nakal”

“Pasti seperti ayah” tebak Ronald dengan polos.

Deg

Raut wajah Almira berubah drastis, 90 derajat lebih sedih dari sebelumnya. Yakin hatinya kembali sakit namun tidak ia perlihatkan.

“Ronald buka mulutnya aak” Almira menyodorkan satu sendok ke mulut putranya yang segera menerima.

Tiba-tiba Ronald bertanya, “Apa ibu sering ke makam ayah saat Ronald sakit?"

"Sering" jawab Almira tanpa berkontak mata.

Almira terpaksa mengatakan ayahnya sudah tiada jika Ronald terus bertanya, karena ia pikir Arsen sudah tiada waktu itu. Lagipula ia sendiri juga tidak mau membiarkan Ronald tahu ayahnya.

"Kalau Ronald sudah boleh pulang, kita ke makam ayah ya Bu... Ronald ingin bercerita banyak dengan ayah" ucap Ronald dengan mulut penuh makanan.

"Iya sayang... tapi untuk sekarang sebaiknya makan dulu. Ibu kan sudah pernah bilang dengan Ronald kalau makan itu tidak boleh?"

"Berbicara" jawab Ronald dengan lantang. Lalu Almira mengusap pipinya.

"Pintar" celetuk Almira tersenyum dibalik cadarnya.

Irene yang menjadi saksi kebahagiaan kecil itu tidak berhenti mengusap air matanya yang jatuh.

"Ibu" panggil Ronald.

Almira menjawab, "Iya sayang"

"Saat operasi, Ronald melihat ayah"

To be continued

1 bab aja ya bebsss😘

Terpopuler

Comments

Meanwhile ❤️

Meanwhile ❤️

Kamu melihat siapa sayang? papah Alex ya? wkwkkw

2023-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!