"Ronald melihat ayah dimana?" tanya Almira terkejut.
"Waktu Ronald operasi. Ronald melihat ayah berdiri disamping Ronald dan mengusap pipi Ronald lembutttt sekali" kata Ronald berhalusinasi, membuat Almira semakin sedih campur marah.
"Tadi kan ibu sudah bilang untuk tidak bicara saat makan. Apa Ronald mencoba membantah nasihat ibu? Ronald tidak ingin patuh lagi?" omel Almira seakan menghisap keberanian Ronald.
"Maaf ibu" lirih Ronald menundukkan kepala. Anak ini tahu ibunya akan merasa sedih jika ia terus membicarakan ayah. "Maaf ibu, jangan marah lagi ya... Ronald tidak akan membicarakan tentang ayah lagi. Ronald janji"
Anak ini memperlihatkan jari kelingkingnya tepat di wajah Almira yang menahan haru. Putranya ini memang tahu perasaan Almira, lalu bagaimana dia bisa marah dengan putranya?.
Almira segera memeluk sayang Ronald, "Ibu tidak marah sayang. Ibu hanya merindukan ayah"
Sama sekali tidak terlintas dalam benak Almira merindukan sosok pria itu. Ucapan itu hanya formalitas saja supaya putranya juga tidak terlalu merasa bersalah.
'Ibu dan anak memang saling melengkapi. Mereka tidak mau salah satunya merasa sedih... semoga Allah menjaga keluarga kecil ini' monolog Irene dalam hati.
Beberapa menit berlalu setelah Ronald diminta untuk tidur, Almira dan Irene keluar dari ruangan. Mereka mengobrol bersama.
"Tadi malam kenapa kamu nggak jadi jenguk Ronald?" tanya Irene mengawali obrolan.
Almira mendengus kesal, "Ada hambatan yang tidak bisa aku selesaikan. Aku sudah berusaha tapi itu tidak merubah apa-apa"
"Ada apa Al? Bicara sama aku" tanya Irene khawatir.
"Ini masalah suami aku Irene. Aku nggak bisa ceritain ini ke kamu" lirih Subha menyesal.
"Eh iya udah Al, aku juga nggak mau maksa kamu buat cerita... tapi ini nggak masalah KDRT kan?" tanya Irene tiba-tiba khawatir.
Almira menggelengkan kepala, "Nggak kok Irene insyaallah bukan masalah KDRT"
Irene mengangguk mengerti. Ia juga tidak mau bertanya lebih jauh tentang suami sahabatnya ini.
Namun Irene ada pertanyaan sedikit, "Oh iya, kamu niatnya mau ngasih tahu Ronald tentang pernikahan ini atau tidak?"
"Entah!" Almira menaikan kedua bahunya bimbang. "Biarkan waktu yang menjawabnya"
Irene kembali mengangguk, "Apapun keputusan kamu itu aku tetap akan mendukungnya" mengangguk pelan dan memeluk wanita bercadar itu.
"Makasih ya Irene" ucap Almira balas memeluk.
Tidak lama Irene melepas pelukannya dan merubah suasana, "Al, kamu tahu nggak tadi itu aku takut banget kalau Ronald marah"
Almira tersenyum, "Putraku itu sangat menyayangi diriku. Dia tidak akan mendiamkan diriku terlalu lama, jadi kau tenang saja"
"Bagaimana aku bisa tenang kalau dari tadi malam Ronald nggak mau bicara, bahkan makan saja dia nggak mau Al. Anak mu itu memang menakutkan" gurau Irene menggeleng
"Itulah mengapa kita tidak boleh menjanjikan apapun kepada Ronald. Jika kita mengingkarinya, itu sama saja berbohong kan" kata Almira tiba-tiba sendu.
"Tenang, kamu itu nggak pernah bohong sama anakmu"
"Kayaknya enggak deh!" Almira berganti menatap tajam kearah Irene, "Kamu tahu nggak? Ayahnya Ronald ternyata koma Irene... dia masih hidup dan bisa sadar kapan aja"
"Masak sih Al?" terkejut Irene membulatkan kedua matanya. "Aku kira dia udah mati karena tadi Ronald bilang mau ke makam ayahnya"
"Aku juga baru tahu Irene. Aku jadi takut kalau dia datang dan mengambil Ronald" sendu Almira berkaca-kaca.
Irene yang tahu tentang itu segera mengusap punggung sahabatnya dan berkata, "Kau tenang saja Al... aku sebagai sahabatmu akan sebisanya membantu. Aku juga tidak akan rela jika pria tidak bertanggung jawab itu mengambil Ronald"
Almira tertawa haru, "Kau membuatku ingin menangis"
"Hahaha itu memang kebiasaanku" Irene juga membalas dengan tawa.
Almira tertawa sejenak lalu mengusap air matanya, "Oh iya Irene! Bagaimana kalau kita makan saja?"
"Hem, iya Al... aku juga udah laper banget ini dari semalam belum ngasih makan cacing-cacing dalam perutku" gurau Irene membuat Almira tertawa.
"Oh benarkah?" goda Almira memegang kedua belah pipi Irene yang mengangguk memanyunkan bibirnya. "Ok, kau mau makan dimana?"
"Dimana aja asal bersamamu aku suka" Jawab Irene memperlihatkan bibirnya yang semakin moncong ingin mencium.
"Ayolah kita makan" Almira segera menarik tangan Irene pergi tanpa meladeni ekspresi Irene yang menggelikan.
____
Tempat lain...
Asap rokok menyembul keluar dengan teratur dari mulut pria dewasa ber toxedo hitam lekat, memperlihatkan perilaku tidak sopan saat tumit kanan nya menumpu lutut kiri.
Sama sekali bukan gaya pria yang ingin menghargai wanita didepannya. Wanita cantik memakai aksesoris mewah di leher, serta polesan make up mahal di wajahnya. Sangat mencerminkan orang kaya dan terpandang dimana-mana.
Namun, wajah wanita itu terlihat tidak suka dengan perilaku pria itu yang mendiami dirinya lama.
"Sepertinya kau sangat suka polusi ya, tuan Alexo" sindir wanita itu menaruh kembali jus yang sempat ia minum.
Alex tersenyum miring, "Kau pandai menebak, nona Beliana Victor"
Beliana tertawa lirih lalu berkata, "Kalau begitu aku minta maaf! kedatanganku kesini bukan untuk mencicipi asap rokok bersamamu"
Beliana merampas cerutu di bibir Alex dengan berani dan membuangnya.
"Pelayan, matikan rokok itu" seru Beliana dengan mata yang tajam.
Alex mencondongkan tubuhnya seakan tertarik, "Lalu, tujuanmu datang kesini untuk apa? Melakukan kencan dengan diriku?"
"Tanyakan kepada dirimu sendiri. Untuk apa kau kemari dan datang menemui diriku?"
Alex menghela nafas halus setelah memijat pelipisnya, "Jangan terlalu sok cantik! Bahasa mu yang formal membuatku tidak tahan"
Beliana harus menahan amarahnya demi reputasi di cafe ini. Namun, perilaku Alex benar-benar membuatnya naik pitam.
"Jangan merokok"
"Kau siapa?" jawab Alex memandang rendah Beliana.
"Kau tidak ingat? Aku adalah wanita yang akan menjadi istrimu setelah kau ditetapkan duda" Beliana menghela nafas, "Sebenarnya aku tidak suka pria bekas. Tapi, aku ini anak tunggal dan harus menuruti kemauan orang tuaku supaya mereka memberikan hartanya kepadaku"
Alex kembali tersenyum, namun sangat sinis dibanding sebelumnya. Berani sekali wanita itu memanfaatkan dan menghina dirinya.
"Jadi, mari kita bekerja sama" ajak Beliana tersenyum miring sembari mengulurkan tangannya.
"Kau mengatai diriku apa tadi, bekas? Apa kau pikir masih virg1n?" sindir Alex dengan nada lantang hingga Beliana terkejut.
Ucapan Alex terlalu keras dan tentunya membuat seisi cafe ini dengar. Hal itu mengakibatkan para pengunjung menatap rendah kearah mereka.
Itu semua dikarenakan tidak ada seorang pun yang pernah meragukan kegadisan putri dari Victor Hansen penguasa tambang terbesar di Asia.
"Jaga bicaramu Alex!! Banyak orang dan bisa saja mereka merekam dan memasukannya kedalam media sosial"
"Oh, kau takut jika mereka berpikiran kau tidak perawan lagi?" hina Alex tersenyum miring. "Jika kau masih gadis! Kau tidak perlu sampai seterkejut ini. Santai saja"
Alex tidak peduli bahkan perilakunya masih santai. Salah siapa menghina duluan! Namun atensinya berganti melihat kearah dua wanita yang baru saja masuk kedalam cafe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Embun Kesiangan
like n fav 😍 ceritanya bagus 👍🌹
2023-03-03
0