Pernah Menjadi Ibu?

Teman Almira yang bernama Elma itu merasa sangat bingung dengan dia. Ia tahu wanita berstatus ibu ini orang yang tidak punya.

“Al kamu dapet uang darimana?” tanya Elma kebingungan.

“Kamu tenang aja! Ini uang halal kok…” jawab Almira lalu menyambungnya dalam hati, ‘Lagian uang suami uang istri juga kan’

“Aku nggak tanya ini uang halal atau uang haram! Aku hanya tanya ini uang darimana?” tekan Elma sekali lagi.

Teman nya satu ini memang belum tahu tentang hubungan nya dengan Alex. Ia hanya tahu jika dirinya single parent.

Almira menelan ludahnya sedikit kasar, “Uang suami aku! Aku sudah menikah, El”

“Menikah dengan siapa?”

Almira menghela nafas, bersiap membalas pertanyaan teman nya ini, “Intinya aku sudah menikah! Sekitar 2 minggu yang lalu”

“Kok kamu nggak ngasih tahu aku sih?” marah Elma menggeplak lengan teman nya.

“Maaf ya El…”

“Terus suami kamu gimana? Dia baik ke kamu, ke Ronald?” tanya Elma tidak rela jika teman nya ini mendapatkan suami yang tidak penyayang.

“Dia baik”

Elma menghela nafas lega, “Syukurlah”

Barulah kedua wanita ini duduk berdampingan di kursi koridor. Kedua nya nampak cemas menunggu dokter selesai mengoperasi Ronald. Tidak hanya mereka berdua, Irene yang sedang sibuk pun harus terpaksa merelakan urusannya.

Berjam-jam menunggu operasi Ronald, akhirnya dokter keluar juga. “Alhamdulillah, operasi pasien berjalan dengan lancar! Pasien akan segera dipindahkan ke ruang ICU dan menerima pemulihan… keluarga bisa menjenguk pasien setelah beberapa jam”

“Alhamdulillah Al… allah tidak membiarkan kau sendirian Al” Elma yang terharu segera memeluk sahabatnya, begitu juga dengan Irene.

Mereka bertiga saling memeluk syukur.

“Tolong tetap jaga interaksi dengan pasien terlebih dahulu, mengingat jika pasien baru saja melewati operasi. Juga, tolong batasi menjenguk pasien. Mungkin satu sampai dua orang saja sudah cukup”

“Baik dokter” Almira mengangguk atas ucapan dokter.

“Kalau begitu saya permisi dulu”

“Terimakasih dokter” mereka bertiga langsung mengangguk hormat mengiringi kepergian dokter itu melenggang dengan senyuman.

Tidak membutuhkan waktu lama setelah dokter itu pergi, Ronald keluar dibantu perawat yang mendorong ranjang nya. Mereka bertiga masih setia mengikuti kepergian Ronald sampai di ruangan.

______

Kembali ke villa. Kedua orang tua ini baru saja turun dari mobil pribadi yang menemaninya pergi keacara pertemuan dengan keluarga besar terkemuka.

“Pah! Kalau Alex udah pulang nanti… aku mau kenalin Alex sama Aurel. Keluarga kan udah setuju kalau putrinya nikah sama Alex. Mereka juga nunggu kabar perceraian Alex loh pah” ucap Vara begitu bahagia dengan pertemuan mereka tadi.

“Iya! papah setuju banget kalau Alex sama Aurel” dukung Stevano. “Anaknya Victor lebih cocok dengan Alex dibanding Almira itu”

Vara mengangguk setuju, “Mamah nggak mau punya menantu nggak jelas sepertinya”

Setelah berbicara semaunya, mereka masuk bersama-sama. Keduanya kembali ke villa milik Alex lagi karena ingin menyambut kedatangan putranya lagi.

“Burung gagak!!!” teriak Vara duduk diatas sofa. Ia sangat lelah sekali malam ini. “Burung gagak!!!”

“Kemana dia pergi?” Stevano yang kesal segera bangkit ingin mencari.

“Papah mau kemana?”

“Mau cari Almira dulu mah”

“Nggak usah” tolak Vara tahu jika ini hanya akal modus suaminya, “Kita panggil Kiran aja! KIRAN!!”

Berkali-kali Vara memanggil dan pekerja itu segera berlari menemui nyonya besar mereka. Membutuhkan waktu agak lama karena posisinya pekerja ini ada di dapur mengobrol dengan teman-teman nya.

“Iya nyonya?”

“Darimana aja kamu!!” omel Vara membuang muka, “Dimana burung gagak itu?”

Kiran mengernyitkan dahinya, “Burung gagak?”

Vara membuang nafas halus. Ia lupa jika julukan itu belum menyebar luas hingga ia akan berpikir untuk menebarkan julukan itu nanti.

“Wanita bercadar itu” jelas Vara.

“Aaa nyonya Almira” balas Kiran baru sadar. “Nyonya Almira sedang pergi sejak tadi siang nyonya”

“APA!!” pekik Vara membolakan kedua mata nya. “Wanita pembangkang yang menjelma menjadi menantuku itu memang suka sekali keluyuran”

“Jangan dibiarin mah! Telpon dia Kiran” kesal Stevano berkacak pinggang.

Kiran yang tidak mau dikatai pembangkang itu segera menelpon Almira. Tadi dia sempat meminta telpon wanita itu sebelum pergi.

“Hallo nyonya” ucap Kiran saat Almira mengangkat telponnya.

Almira yang tahu Kiran menelpon itu seketika keluar dari ruangan menemui Elma dan juga Irene disana, “Ada apa Kiran?”

“Anda diminta untuk segera pul—”

Srett

Kiran tidak melanjutkan ucapan nya kala Vara merampas ponselnya begitu saja. Tidak berani membantah membuat Kiran hanya diam menunduk.

“Hehh burung gagak” panggil vara dan Almira membalasnya.

“Ma-mamah”

“Cepat pulang!! Jangan keluyuran terus ya… suami mau pulang kok istri nggak nyambut malah di luaran rumah. Cepet pulang!!” omel Vara sudah menjadi kebiasaan.

“Iya mah. Setelah urusan Almira selesai, pasti akan langsung pulang” jawab Almira lembut.

“Kamu itu tuli ya!! kalau saya bilang pulang ya pulang!!!” sentak Vara membuat Kiran bergidik ngeri tidak berani apa-apa.

“Iya mah! Almira akan segera pulang” jawab Almira langsung menutup telponnya begitu saja.

Vara melotot menjauhkan ponsel Kiran dari telinga nya. Astaga, menantunya itu memang kurang ajar dengan menutup panggilannya begitu saja.

“Kurang ajar”

Sementara itu Almira yang ada di ruangan putranya sudah tidak bisa menemani Ronald lebih lama. Ia harus segera pulang supaya mertua nya tidak marah lagi.

“Aku---”

“Pergi dulu ya” potong Irene melanjutkan ucapan Almira. Ia tahu sahabatnya ini akan berkata demikian dan itu selalu membuat hati nya nyeri.

Almira menunduk malu, “Maaf ya! Aku merepotkan kalian”

“Ini bukan masalah merepotkan atau tidak Al!!!. kau sahabatku dan memang seharusnya seorang sahabat saling direpotkan. Tapi yang jadi masalah… kenapa disaat keaadaan lagi darurat kayak gini kamu malah pengen pergi! Seharusnya, dimasa ini peran ibu sangatlah penting untuk seorang anak. Dukungan yang penuh sangat Ronald inginkan Al… tapi kamu sibuk bekerja dan cari uang sementara Ronald tidak mau semua itu. Dia hanya butuh kamu Al… ” sentak Irene memijat pelipisnya menggeleng heran.

“Irene, kamu kan tahu keadaan aku!” ucap Almira mencoba membujuk Irene sahabatnya.

Irene yang mengalihkan pandangan nya kala ia menangis mengucapkan nya, “Kamu tahu, kenapa saat kau menjaga Ronald, dia tidak pernah bangun? Karena dia merasa kau tidak mengharapkan dirinya sadar!”

“Irene… “ Almira terduduk menangis disana.

Irene menggeleng, “Aku dah nggak tahu lagi… kalau kamu mau pergi, ya pergi saja! Toh urusan kamu lebih penting dari nyawa Ronald”

Nyeri sekali mendengar sahabatnya berkata demikian. Ia sadari jika selama ini kurang dekat dengan anak nya, hingga untuk tahu penyakit Ronald saja ia harus menjadi yang kedua setelah Irene sahabatnya.

Kedua tangan Almira meremat kuat pakaiannya, "Kau pernah menjadi ibu muda?"

To be continued

Terpopuler

Comments

Iin Parlina Malonda I

Iin Parlina Malonda I

Suka alur ceritanya,cuma tdk suka terlalu jahat orsng tuanya Alex

2023-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!