Flashback on
6 tahun yang lalu
Pyarr
Gucci itu langsung pecah saat membentur kepala pria yang telah berani mengambil kesucian nya lagi. Gadis itu sudah tidak tahan. Dia ingin segera bebas dari jeratan pria mengerikan seperti Arsen hingga benda keras itu berhasil melukai kepalanya.
“Ka-kau…” lirih Arsen berusaha menggapai tangan Almira yang semakin menjauh.
“A-apa ka-kau a-akan mati?” Almira yang ketakutan segera menjumputi pakaian nya kembali dan memakainya. Tangisnya semakin pecah kala melihat Arsen sudah menutup kedua matanya. Ia sangat yakin jika saat ini dia adalah seorang pembunuh.
“Di-dia mati…” Almira menutup mulutnya dengan kedua tangan nya. Ia sangat takut saat ini, namun mungkin inilah waktunya untuk pergi.
Namun saat ia mengendap-ngendap keluar dari ruangan tersebut, ia melihat sebuah kejadian yang tidak terduga. Hampir dirinya terjatuh saat melihat lantai dinding dan seluruh ruangan mansion tersebut rata dengan darah dan mayat tercecer.
“Roberto!!” teriak seorang pria berlari menemui pria yang sudah sekarat diatas lantai, membuat Almira yang dengar segera bersembunyi.
“Kau periksa keberadaan Arsen”
Deg
Almira membeku. Ia akan ketahuan membunuh Arsen jika pria itu datang kemari. Ia harus segera pergi dari tempat ini. Melalui apapun telah Almira lewati hingga dapat keluar dari tempat mengerikan itu.
Akan tetapi, saat ini ia tidak tahu harus kemana. Tubuhnya yang lemas sudah tidak mampu menopang dan harus istirahat sejenak. Almira duduk di tepian halte! Udara dingin ini akan menjadi selimut di malam hari.
‘Aku tidak bisa pulang ke rumah! Kedua orang tuaku akan kecewa dengan diriku… putrinya yang dikenal baik ini telah melakukan hal tidak senonoh dengan pria asing. Aku tidak bisa kembali’ monolog Almira dalam hati.
“Nak, kau mau kemana malam-malam begini? Tidak baik loh” tegur ibu-ibu yang baru saja duduk bergabung dengan nya. Dia merupakan wanita bercadar.
“Aku ingin pergi”
“Sendiri?”
“Tidak ada yang bisa aku ajak pergi” balas Almira masih memperlihatkan wajah dingin. kemudian, penampilan ibu-ibu itu menjadi pusat perhatian dirinya, “Nyonya, dimana kau menemukan pakaian hitam seperti itu?”
Ibu-ibu itu melihat dirinya sendiri, “Ini? Apa kau juga ingin memakai pakaian seperti ini?”
Tanpa berpikir panjang Almira mengangguk, “Aku juga ingin memakainya dan menutup diriku dari orang-orang yang mengenalku”
Ibu-ibu itu merasa kasian. Ia segera mengambil sesuatu didalam tas nya. Pakaian hitam seperti yang ia pakai.
“Ambillah! Aku baru membelinya tadi… kau bisa memakainya! Kebetulan juga udara malam ini sangat dingin” ibu itu mengulurkan bajunya dan Almira menerima.
“Terimakasih!”
Ibu itu mengangguk pelan. Tidak berselang lama datanglah busway yang membuat ibu itu bergegas ingin masuk.
“Kau tidak masuk nak?” tanya ibu-ibu itu dan Almira menggelengkan kepala, “Baiklah! Aku harus pergi! Jaga dirimu baik-baik dan jaga juga bayimu”
Almira termangu menatap punggung wanita itu yang sudah masuk kedalam bus dan kendaraan itu melaju begitu saja, meninggalkan Almira dalam kekaguman.
“Kenapa dia bisa tahu kalau aku sedang hamil ya?” Almira memegang perutnya bingung.
Saat ini Almira sudah memakai pakaian syar’i. Sekarang tidak akan ada yang mengenal diri nya lagi, bahkan tidak ada kerabat yang akan mengetahui Almira masih hidup.
Almira yang tidak punya apa-apa hanya terus berjalan dalam ketakutan. Tetapi ada rasa ketenangan saat pakaian ini membalut tubuhnya rata.
Tidak ada tempat yang paling indah dibanding tempat Allah yang memberi segalanya. Almira memutuskan untuk istirahat hingga tinggal disana.
Pagi harinya secara kebetulan masjid terebut tidak memiliki marbot. Dari itu Almira memutuskan untuk menjalani pekerjaan itu dan mengumpulkan uang yang diberi warga sebagai imbalannya selama ini.
Namun pekerjaan itu tidak berlangsung lama. Setelah kehamilannya sudah menginjak usia 7 bulan, Almira memilih meninggalkan. Ia pergi lagi mencari pekerjaan disaat perut nya yang besar.
“Pak, apa di toko bapak lagi buka lowongan pekerjaan?” tanya Almira didalam toko sembako.
Pemilik toko itu memandang hina Almira, “Kalau buka pun tidak akan aku berikan kepadamu! Lagi hamil besar gini masih aja cari kerja… suamimu dimana sih mbak! Masa iya nggak merhatiin”
“Nggak ada lowongan ya pak” Almira mengalihkan pembicaraan supaya tidak terlalu sakit hati.
“Nggak ada!! Pergi sana!!”
“Maaf pak! Ngganggu waktu bapak” sesal Almira menganggukan kepalanya lalu pergi.
Sepanjang perjalanan Almira terus mendapat tatapan hina dari warga-warga yang lewat. Memang, wanita hamil seperti nya harus perbanyak di rumah bukan di luar cari kerja.
Dperjalanan Almira melewati pemakaman warga. Disana, ia melihat ada satu keluarga yang sibuk membersihkan makam keluarganya.
“Aku bersih-bersih makam aja ya!” monolog Almira melangkah kesana.
Hari demi hari telah Almira lewati. Ia melakukan pekerjaan itu dengan teliti dan hati-hati. Tidak jarang ada yang memberikan Almira uang untuk dirinya.
“Terimakasih!”
Wanita ini tersenyum dibalik persembunyian nya. Cadar yang ia pakai hanyalah sebuah tameng untuk menyembunyikan identitas nya.
Flashback off
Almira masih bergetar memegang foto tersebut. Mereka nampak bahagia sementara Almira menangis merasakan luka.
“Dia tidak mati, dia koma, tuan Alex adalah sahabatnya!” Almira menaruh kembali foto itu ketempat semula, “Bagaimana jika Tuan Alex tahu tentang Ronald? Apa dia akan membawa Ronald menemui pria itu? Lalu, apa aku harus melarikan diri lagi? Berlari dan bersembunyi? Tidak, selagi tuan Alex tidak tahu aku mengandung anak sahabatnya, dia tidak akan membawa Ronald kemana-mana”
Almira kembali duduk diatas ranjang. Mata nya fokus menatap kosong ke tempat lain. Tak berselang lama ponselnya berbunyi.
Drett
Almira segera mengangkatnya, “Assalamualaikum Elma! Ada apa?”
“Al, dokter bilang sudah saatnya Ronald di operasi… kau harus datang sebagai wali nya” kata Elma dalam telpon.
“Baiklah! Aku akan kesana segera”
Setelah mengucapkan salam akhir, Almira segera bersiap lalu keluar kamar.
Sesampainya di rumah sakit, Almira langsung diminta untuk membaca surat persetujuan operasi Ronald sekaligus mennandatanganinya.
“Tolong lakukan yang terbaik untuk putra saya! Saya akan bayar berapapun untuk kesembuhan Ronald anak saya” ucap Almira dengan percaya diri.
“Baiklah! Tolong anda urus administrasi nya disana” perawat yang bertugas itu menunjuk meja kasir dan Almira segera kesana.
“Al” cegah Elma menahan lengan Almira, “Operasi Ronald membutuhkan biaya yang besar! Aku tahu kamu pasti belum punya cukup uang dan aku juga tidak bisa bantu banyak. Tadi aku habis dari bank buat ngambil uang. Jadi, aku kasih tabungan nikah aku ke kamu aja ya! Sepertinya kamu butuh banget uang ini”
Almira menolak amplop berisi uang itu, “Terimakasih El, kamu baik banget udah mau bantu aku. Tapi, aku nggak bisa nerima! Aku punya uang dan akan membayarnya”
“Tapi Al—"
“Saya ingin membayar semuanya! Termasuk tunggakan beberapa bulan-bulan yang lalu” kata Almira sudah sampai di kasir begitu cepat nya.
Perawat itu segera mentotal semuanya, “Totalnya 155,900,000”
Dengan gemetar Almira mengulurkan kartu kredit hasil transferan dari Alex. Akhirnya setelah mempertimbangkan keputusan nya, uang itu berguna juga. Sedikit munafik untuk putranya tidak menjadi masalah kan!.
‘Jangan memikirkan apapun Al! Tetapkan jika kau lakukan semua ini untuk anakmu. Anak mu akan sembuh dan bermain dipelukanmu lagi’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Esther
nodanya cuci paki pemutih
2023-03-27
0
Meanwhile ❤️
Oalah sayang berarti kamu pakai cadar bukan karena Allah ya, tapi karena ingin menutupi noda mu!
Ok semangat thor
2023-02-27
0