Amelia menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Hari ini ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan saat pertama kali ia memasuki rumahnya, orang tuanya sudah menunggu dirinya dengan tatapan hangat.
Amelia tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Walaupun mereka sesekali menjenguk dirinya di rumah sakit tapi mereka tidak pernah benar-benar mengingat karena banyak pekerjaan. Hari ini mereka menyambut kedatangan Amerika yang pulang dari rumah sakit dan sudah menyajikan makanan yang cukup sehat.
"Ayah! Bunda!" Ayah dan ibunya menghampiri Amelia dan kemudian mengambil tas ransel milik wanita itu. Lalu kemudian mereka menyampirkannya dan memeluk tubuh Amelia dengan sangat erat.
"Jangan pernah membuat kami khawatir lagi Amelia. Kamu pasti akan sehat Nak. Tidak perlu khawatir."
Pun ayahnya melakukan hal yang sama memeluk tubuhnya. Kehangatan yang tidak pernah didapatkannya, dan hari ini ia diperlakukan sangat baik oleh orang tuanya.
Amelia menitikkan air matanya. Karena ini semua terlalu penuh kebohongan. Dia masih mengira bahwa orang tuanya melakukan akting.
"Amelia capek. Amelia ke atas saja. Satu lagi, apakah kalian tidak memiliki uang sehingga harus orang lain yang membayar biaya rumah sakit ku?" tanya Amelia sebelum menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.
"Tapi kita benar-benar tidak memiliki uang Amelia. Jika kita memiliki uang, aku sudah pasti membayar rumah sakit mu."
Amelia yang mendengarnya hanya tertawa sinis. Entah kenapa ia tidak mempercayai kata-kata itu, mereka terlalu memiliki banyak drama. Dia tahu orang tuanya tidak ingin kehabisan uang karena hanya membiayai rumah sakitnya.
"Apakah aku anak pungut? Kalian benar-benar tidak memprioritaskan aku. Berhenti berakting di depan ku," ucap Amelia dan lalu kemudian menaiki tangga dengan cepat.
Dia menangis bersatu-satu karena pada akhirnya ia bisa mengatakan apa yang selama ini ingin dikatakan olehnya. Memang rasanya sangat berat, dan Amelia tidak sanggup menanggung reaksi mereka kepadanya.
"Aku sudah berhasil mengatakannya," ucap Amelia menatap ke arah foto keluarganya.
Di samping toko keluarga, ada foto dirinya bersama dua sahabatnya.
"Aku berharap jika kita selalu menjadi sahabat. Kalian lebih baik dari orang tuaku."
Tiba-tiba ketukan pintu terdengar dari luar kamarnya. Amelia menghampiri mereka dan lalu kemudian membuka pintu tersebut.
"Ada apa?"
"Maafkan kami. Kami akan berusaha berbaikan, kami juga terlalu bodoh karena tidak menyadari jika kau tahu semuanya."
Amelia pada akhirnya memeluk tubuh kedua orang tuanya. Semoga saja orang tuanya bisa merubah sikap mereka dan kembali menjadi keluarga harmonis seperti dulu.
"Terima kasih kalian mau menurunkan ego masing-masing."
Sang ayah mengusap kepala Amalia dengan sayang. Semua sumber masalahnya berada pada sang ayah yang membuat Amelia seperti ini. Amelia menahan nafasnya, ia harus menerima keberadaan ayahnya dan memaafkan kesalahan sang ayah. Lagi pula ayahnya sudah berniat ingin menjadi orang yang lebih baik.
"Terima kasih Ayah. Minggu depan mungkin aku sudah akan melakukan operasi, apakah kalian bisa menemaniku?"
Ibu dan ayahnya menganggukkan kepala. Mereka bersedia untuk menemani Sang Putri menjalankan operasi.
"Kami sebagai orang tua akan mendukungmu. Tidak usah khawatir Amelia, kau adalah segalanya buat kami."
Amelia pun tersenyum lebar dan menghapus air matanya. Dia sudah sangat tak sabar menceritakan apa yang terjadi pada keluarganya kepada kedua sahabatnya itu.
____________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments