Part 13

"Amelia!" tegur ibunya saat melihat Amelia berjalan mengendap-endap seperti sedang berusah menghindari orang rumah. Ia melirik ke arah jam dan menghela napas panjang karena ternyata anaknya pulang tengah malam.

Amelia terkejut ketika aksinya diketahui oleh sang ibu. Ia kontan langsung berhenti berjalan dan menyengir tak berdosa ke arah ibunya tersebut.

"Habis dari mana, hah?" tanya ibunya sembari memutar kuping Amelia. Amelia mengeluh kesakitan dan memohon-mohon agar ibunya melepaskannya. "Kamu benar-benar anak nakal," ucap sang ibu kesal.

"Maaf Bunda. Amelia cuman tidur di rumah Raihan nemenin Raihan dan Fauzan bahas soal."

"Kamu juga ikut bahas soal?"

Dengan bodohnya Amelia mengatakan, "enggak."

Mendengar jawaban itu sang Ibu langsung memutar telinga Amelia lebih kencang lagi. Bukannya ikut belajar seperti teman-temannya, Amelia malah menjadi penonton.

"Kenapa gak ikut Raihan dan Fauzan bahas soal? Kamu tahu kan kalau kedua sahabat kamu itu pintar kenapa kamu tidak bisa memanfaatkan untuk mencari ilmu dari mereka."

Amelia adalah tipikal anak yang sangat malas untuk mengerjakan soal. Wanita itu mendesis dan lalu kemudian melepaskan tangan ibunya dari telinganya.

"Amelia nggak akan ngerti Bunda. Pembahasan mereka terlalu tinggi dan tidak cocok buat Amelia yang tidak mengerti apapun."

Sang Ibu menarik napas pasrah. Baiklah jika anaknya tersebut sudah sangat lelah dengan kehidupannya sendiri.

"Kamu jangan memalu-malukan keluarga kita. Ayah dan ibu ini adalah orang yang pintar, masa kamunya enggak. Gimana mau menjadi penerus keluarga kita."

"Hm."

Amelia menatap ke arah luka memar dari ibunya yang bertambah lagi. Amelia menyentuh luka tersebut dan menatap ke arah sang Ibu dan menuntut jawabannya. Kali ini ia lelah berpura-pura seperti orang bodoh.

"Bunda, Kenapa dengan wajah Bunda? Kemarin wajah bunda tidak seperti ini."

Sang Ibu pun menyentuh pipinya yang memar. Entah kenapa mendengar pertanyaan lembut dari Amelia membuatnya tak sanggup untuk berakting.

"Bunda lagi-lagi terjatuh, sayang. Kamar mandi kita emang sangat licin."

Amelia menganggukkan kepalanya seolah ia tak tahu apapun. Amelia membawa ibunya ke kamarnya dan lalu kemudian membersihkan luka memar sang ibu dan juga mengobatinya.

Bunda Amelia itu tak bisa berkata-kata dan hanya menangis terisak-isak. Amelia juga tak ingin bertanya karena pasti akan memberikan tekanan batin kepada ibunya.

"Bunda sudah Amelia obati dan pasti sudah tidak sakit lagi. Jangan menangis Bunda, kamu adalah orang hebat dan aku bangga kepada Bunda."

Sang ibunda pun memeluk tubuh Amelia dengan sangat kencang. Ia mengusap surai Amelia karena sudah memberikan perhatiannya kepada dirinya.

"Terima kasih kamu sudah mau mengobati luka Bunda."

"Ini bukan hal yang besar dan Amelia lebih tenang jika ibu telah diobati."

Sang Ibu pun menganggukan kepalanya dan lalu kemudian mengacak rambut Amelia. Ia keluar dari dalam kamar Amelia dan menuju ke dalam kamarnya.

"Bunda! Di mana Ayah? Kenapa dia tidak terlihat?"

Ibunya tampak terlihat sangat gugup. Amelia pun sudah merasakan kakinya sangat lemas. Pasti ayahnya akan menemui selingkuhannya itu.

"Ayah mu pergi keluar sebentar."

"Oh."

Ibunya lalu kemudian pergi dan meninggalkan Amelia di dalam kamar itu yang baru saja berani meneteskan air matanya. Kakinya sudah sangat lemah membuatnya terduduk di atas kasur sembari menahan suara tangis di kedapnya malam.

"Ayah, kenapa kau mengkhianati kepercayaan ku," ucap Amelia dan lalu kemudian masuk ke dalam selimut dan menceritakan nasibnya yang buruk itu kepada angin.

_________

TBC

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!