Raihan membulatkan matanya dan kemudian mengusap rambut Amelia dengan sangat sabar. Ia tersenyum lebar dan meletakkan dagunya di kepala Amelia.
"Tenanglah. Tidak akan terjadi apapun. Katakanlah, aku akan menjadi pendengar yang baik buat lo."
Amelia menangis tersedu-sedu dan lalu kemudian mengeratkan pelukannya pada Raihan. Seakan-akan wanita itu hanya bisa mendapatkan kenyamanan hanya dengan memeluk tubuh Raihan.
"Gue capek di rumah Raihan. Tadi gue denger lagi Ayah dan Bunda gue bertengkar. Bunda terluka di pipinya, dan itu benar-benar nyakitin hati gue Raihan. Mau sampai kapan bunda melindungi ayah dan menyembunyikan perselingkuhan ayah. Gue benci Ayah gue. Dia yang udah buat keluarga gue hancur."
Raihan paham dengan posisi Amelia saat ini. Untuk menenangkan wanita itu ia pun membawa Amelia ke sofa dan lalu kemudian terus memeluk tubuh wanita itu untuk memberikan rasa hangat dan kenyamanan kepada Amelia. Amelia tentunya merasa lebih baik setelah diperlakukan dengan penuh perhatian oleh Raihan.
Raihan mengusap rambut Amelia dengan lembut. Raihan membiarkan Amelia bercerita di dalam pelukannya. Terkadang laki-laki tersebut berusaha mengintip ke arah pipi Amelia yang memerah. Melihat betapa hancurnya Amelia saat ini membuat napasnya tersengal-sengal karena menahan amarahnya melihat Amelia seperti itu.
Laki-laki itu juga tanpa sadar ikut menitikkan air matanya. Namun, Amelia tak mengetahuinya.
"Keluarkanlah segala unek-unek yang ingin lo keluarin, gue pasti dengerin dan selalu berdiri di pihak lo."
Amelia menceritakan segala daya upayanya yang sudah sangat lemah. Sembari bercerita, Raihan menghapus air mata Amelia yang terus-terusan keluar.
"Jadi gue harus apa?"
"Kita tunggu aja orang tua lo nyadar. Atau lo kalau udah nggak kuat lagi, akui ke mereka kalau lu udah tahu semuanya. Lu juga nggak baik nyimpan ini sendirian."
Amelia menganggukkan kepalanya dan mengeratkan pelukannya pada tubuh Raihan.
Sedangkan di luar sana Fauzan baru saja datang kaget melihat ada sepeda Amelia di depan. Padahal kedatangannya ke sini hanya untuk membahas soal bersama Raihan dan tak tahu jika Amelia juga akan ke sini. Tapi tidak apa, malah itu akan lebih baik.
Sudah menjadi kebiasaannya jika setiap kali bertamu ke rumah Raihan ia langsung masuk begitu saja. Fauzan yang sedang tersenyum seketika merengut melihat Amelia dan Raihan berpelukan.
Hatinya benar-benar hancur melihat hal tersebut. Seketika keyakinannya luntur begitu saja dan tidak ada kata-kata yang bisa mendeskripsikan hatinya yang patah melihat kedekatan Raihan dan Amelia. Padahal itu adalah hal yang wajar dan mereka bersahabat.
Namun, ia tetap terlihat baik-baik saja karena memang mereka sudah siap dengan siapa yang akan tersakiti nantinya. Itu artinya mereka saling memahami perasaan masing-masing. Jadi Fauzan tidak bisa menyalakan Raihan maupun Amelia.
Ia masuk ke dalam rumah dan duduk begitu saja di samping Raihan membuat Amelia terkejut melihat kehadirannya.
"Lo udah datang?"
"Hm."
"Kalian janjian mau ketemuan? Kenapa nggak ajakin gue?"
"Gue mau bahas soal sama Raihan."
Amelia menganggukkan kepalanya dan lalu kemudian melepaskan pelukannya dari Raihan.
Fauzan langsung memperhatikan wajah Amelia yang memerah dan juga matanya sangat bengkak akibat banyak menangis. Fauzan melirik ke arah Raihan meminta jawaban dari pria tersebut.
"Biasa masalah keluarganya," ucap Raihan yang membuat Fauzan menarik napas dalam.
"Kenapa lagi?"
"Amelia mendengar pertengkaran orang tuanya lagi."
"Lain kali kalau udah gak sanggup bilang aja ke mereka kalau lo udah tau semuanya."
Sebenarnya Amelia ingin mengatakan hal tersebut. Tapi tampaknya ia tak bisa karena orang tuanya sengaja menyembunyikan pertengkaran itu dari dirinya dan oleh karena itu mereka tidak berpisah meskipun sebenarnya pernikahan mereka tak bisa tertolong lagi. Tapi, Amelia tidak ingin terjadi perceraian pada keluarganya.
_________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments