Sehari berlalu sejak pertarungan terakhir terjadi.Indra, Malika, dan Stella sedang berada di depan makam Roger yang telah mereka buat sambil berdoa di depan makamnya.
Indra yang melihat hal itu merasakan kesedihan yang sangat mendalam, namun Indra juga tahu bahwa kesedihan milik Malika dan Stella jauh lebih mendalam dari nya.Karena itu dengan tekad didalam hatinya ia akan terus berjuang untuk melindungi mereka semua dan menetapkan tujuan hanya untuk mereka berdua.
Setelah pemakan tersebut mereka mulai pergi dari tempat itu, dengan perasaan yang hampa.Didepan sana terlihat Flare yang sedang menunggu mereka dalam wujud mobilnya.
“Hoi apa kalian sudah selesai.”
Saat ini mereka mulai membuka sebuah peta dan sedang mencari tempat tujuan.
“Kali ini kemana tujuan kita ?” tanya Indra.
“Aku berencana pergi menuju ke kota Numeron City.Disana dikatakan tempat yang aman dari bahaya monster” ucap Malika.
“Numeron City kah”.
Indra tiba-tiba teringat dalam cerita novel dimana terdapat event kejadian dimana kota itu dihancurkan oleh ribuan monster hingga luruh lantah tidak bersisa dan hal itu yang mengawali cerita pertama dari tokoh utama untuk bangkit melawan monster, namun Indra tersadar satu hal.
“Eh tunggu, jangan-jangan aku terkirim sebelum cerita utama dimulai” ucap Satria dalam hati terkejut.
“Tapi tunggu dulu, bukankah ini bagus.Mungkin saja aku bisa menghentikan kejadian tragis yang dialami oleh toko utama. Yosh akan aku lakukan, lagi pula orang jas putih itu gak pernah melarang untuk merusak cerita hehehehehe” Satria tertawa dalam hati.
Kali ini mereka memulai pemberangkatan menuju kota Numeron City dengan Malika yang menjadi supir pemngemudi.Dijalan mereka berbincang sebentar.
“Malika kali ini jalan apa yang akan kita lewati untuk menuju kesana” tanya Indra.
“Tentu jalan tercepat.Kali ini kita akan melewati sebuah desa yang bernama desa Karakuri” ucap Malika.
“Jalan tercepatkah, apakah jalan itu beneran aman.Mungkin itu adalah jalan yang sangat berbahaya.” Ucap Flare mengejek.
“Apa maksudmu. Jalan sangat aman tahu, lagipula kami pernah melewatinya beberapa minggu yang lalu” ucap Malika kesal.
Sebenarnya apa yang dikatakan Flare tidak ada salahnya karena dalam novel yang harus diwaspadai bukan monster saja, namun banyak bahaya seperti bandit, psikopat dan sekte pemuja sesat dalam novel ini.Namun hal itulah yang keseruan tersendiri yang bahkan menyebabkan Indra sendiri harus bergadang semalaman hanya karena terhipnotis oleh ceritanya.
Saat mereka sedang berbicara. Indra melihat kebelakang untuk melihat Stella.
“Stella apa kamu baik saja” tanya Indra.
Namun hal yang mengejutkan terjadi dimana mata Stella menatap langsung ke arah Indra.
“Heh” terkejut.
“Berhati-hatilah si putih itu tidak bisa dipercaya”.
Indra terkejut mendengar hal itu dan ia tersadar bahwa waktu tiba-tiba berhenti.
“Jangan percaya kepada siapun selain kepada temanmu sendiri.Lakukan itu sampai kau berhasil ke tempat tujuan” ucap Stella.
“Apa maksudmu ?”.
Tiba-tiba waktu mulai berputar kembali dan terlihat Stella sedang tidur di sofa mobil.
”Ada apa ?” tanya Malika.
“Tidak, tidak terjadi apa-apa” jawab Indra.
Indra berkeringat dan mulai mengingat kejadi sebelumnya.
“Apa tadi cuman mimpi, tapi itu terlalu nyata.Dan apa maksdunya dengan si putih, apa ada hubunganya dengan orang yang mengirimkanku ke dunia ini” tanya Indra dalam hati.
Indra mencoba memikirkannya, namun ia tidak menemukan jawabannya.
2 jam kemudian
Mereka telah sampai ke sebuah desa karakuri dimana Malika dan lainnya dulu pernah singgah kesini, namun entah kenapa kondisi desa tersebut sangat kosong.
“Kayaknya firasatku benar, kita datang ke tempat yang gak wajar” ucap Flare.
“Apa maksudmu ? Mungkin saja mereka semua sedang tidur” ucap Malika.
Meskipun Malika berkata seperti itu, namun Malika juga menyadarinya bahwa kondisi desa ini sangat berbeda jauh dengan mereka yang terakhir datnag kesini.
Suasana desa sangatlah sunyi seakan-akan desa yang mereka lewati adalah desa mati.Perasaan horror mulai terasa lalu tiba-tiba muncul tangan yang langsung menempel pada kaca bagian luar.
“Kyaaaaaa” teriak
Malika terkejut ketakutan, namun Indra langsung menyadarkan Malika kembali.
“Hoi, itu bukan hantu, tapi manusia”.
“Heh, manusia ?”.
Malika melihat seorang seorang lelaki yang berumur sekitar 40 tahun dan lagi Malika menyadari siapa orang tersebut.
“Pak Dunan rupanya apa kabar pak saya terkejut” ucap Malika.
Malika segera keluar dari mobil dan langsung menyapanya.
“Oh Malika, ternyata kamu ke sini lagi” ucap pak Dunan.
“Iya, aku kanget banget sama desa ini.Tapi pak kenapa rasanya desanya sunyi sekali ya” tanya Malika.
“Oh itu kamu gak usah khawatir, hari ini kebetulan lagi orang-orang lagi ada di dalam rumah” ucap pak Dunan.
Indra melihat ke sekitar atau lebih tepatnya ke arah rumah warga.Terlihat rasanya meleka sedang diawasi dari kejauhan.
“Ini mencurigakan” ucap Flare telepati.
“Benar rasanya seperti hal buruk akan terjadi” ucap Indra telepati.
“Kalau begitu suruh gadis itu untuk pergi dari tempat ini sekarang” ucap Flare telepati.
“Itu tidak mungkin.Aku takut akan menghancurkan perasaanya” ” ucap Indra telepati.
Tiba-tiba Stella memegang kaki dari Indra sambil menatap tajam ke arah sekitar.
“Lihat, bahkan anak kecil pun tahu kalau tempat ini tidak wajar” ucap Flare.
Malika tiba-tiba menghampiri Indra dan Stella.
“Hai Indra,Stella. Pak Dunan mengizinkan kita untuk menginap dirumahnya malam ini, lebih kita istirahat disini dulu untuk sementara” ucap Malika dengan bahagia.
“Menginap disini ?” terkejut.
Dalam hati Indra ia merasa bahwa hal itu bukanlah pilihan yang baik.Indra mencoba menjelaskan.
“Maaf Malika, tapi mugkin lebih kita lanjutkan perjalanan saja menuju kota.Ada pepatah lebih cepat lebih baik” ucap Satria dengan niat mengelak.
“Tapi pak Dunan sendiri yang menawarkan sendiri, aku taku menyakiti hatinya” ucap Malika.
“Hoi apa kau waras ? Apa tidak merasa aneh dengan pria tua itu” ucap telepati Flare dengan kasar.
“Apa maksudmu dengan gaya bicaramu ? Dia bukan pria tua tapi dia pak Dunan” balas Malika kesal.
“Dasar bodoh, dia bahkan tidak terlihat seperti manusia” balas Flare
“Diam lah, jangan pernah bicara dengaku lagi” ucap Malika dengan kesal.
Kali ini Malika dibuat benar-benar kesal oleh Flare sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain selain menginap semalam di desa ini berharap bahwa prasangka buruk mereka tidak akan pernah terjadi.
Di sore harinya mereka menginap di rumah pak Dunan dan terlihat sudah tersedia banyak makanan di lantai.
“Pak, Anda menyediakan ini untuk kami ya terima kasih” ucap Malika dengan bahagia.
‘Tidak apa-apa bapak sudah sediakan ini untuk kalian bertiga jadi makanlah” ucap pak Dunan.
Perasaan di ruangan itu terlihat sangat hangat, hal itu tidak berlangsung lama.
“Tunggu sebentar sebenarnya bagaimana bapak tahu kalau kami akan datang” tanya Indra dengan serius.
“Maksudnya”.
“Ini aneh bapak sudah menyiapkan makanan ini untuk kita bertiga, tapi bagaimana bapak tahu kalau kami akan datang” tanya Indra.
Pak Dunan mulai terdiam setelah pertanyaan yang dilontarkan oleh Indra.Malika yang mendengar hal itu marah.
“Indra apa maksdud dari pertanyaanmu itu ? Kenapa kamu mencurigai pak Duna seakan-akan ia adalah penjahat.
Ketengan mulai terasa pada ruangan tersebut sedangkan pak Dunan masih terdiam begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments