#16

Penolakan Indira membuat Anggara marah. Harga diri nya terluka. "Kenapa kamu menolakku?" tanyanya dengan tatapan tajam pada Indira di dalam kamar yang di sinar remang nya cahaya bulan yang masuk ke dalam kamar itu..

Indira yang tidak tahu harus menjawab apa mengkatup mulut nya rapat. Dia takut jawab yang dia berikan malah membuat suami nya ini semakin marah.

“Jawab aku!” Sentak Anggara yang kini merasa kan tubuh nya sedikit lain.

“Ada apa dengan ku ? Aku merasa diri ku –“ Anggara semakin sulit untuk menahan apa yang di dalam sana yang semakin bergejolak.

"Ak-aku belum siap bang.." jawab Indira jujur.

"Siap? Aku dan Silvia tidak bisa menunggu kesiapan mu Indira. Kau masih belum sadar atau kau memang bodoh, hah? Kau ini sekarang sudah jadi istriku. Siap tidak siap kau harus melayani aku. Kapan pun aku mau.” Ucap Anggara sambil membuang muka nya.

“Ingat!! aku sudah membelimu dengan uang lima ratus juta. Semua kemewahan pun sudah aku berikan. Sekarang giliran mu!!!" bentak Anggara persis di depan muka Indira.

Indira meremas seprei yang dia pegang dengan sangat erat. Buliran air mata kembali jatuh di pipi nya saat Anggara kembali mengingat kan diri nya kalau dia adalah istri lima ratus juta.

“Ibu, sangat indah kehidupan rumah tangga yang kau berikan pada ku? Aku sungguh bahagia ibu! Aku sungguh bahagia! Semoga uang lima ratus juta itu juga membawa kebahagian untuk ibu.” Gumam Indira dalam hati sambil memejamkan kedua mata nya hingga lelehan air mata itu kembali menggalir di pipi nya.

"Aku paling tidak suka ditolak, apalagi oleh sesuatu yang telah aku bayar dengan tunai!! Indira!! Sekali lagi aku peringatkan, jangan pernah berani menolakku atau kau akan terima akibatnya. Kau dengar itu!"

Indira menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap kemarahan Anggara. Degup jantungnya semakin tidak karuan.

"Hei!! Kenapa kau diam?!!! Kau tidak tuli kan?" kali ini tangan Anggara merengkuh dagu panjang milik Indira. Dengan kasarnya ia tekan dagu istrinya hingga mulutnya menganga. Indira menganggukan kepala tanda ia mengerti yang dikatakan suaminya.

Anggara melepasakan kasar pegangannya. “Malam ini aku jadi tidak bernafsu untuk menyentuh mu! Persiapkan diri mu dengan baik besok malam. Jangan buat amarah ku naik lagi Indira.”

Usai mengatakan itu bang Anggara keluar dari kamar Indira dan meninggalkan Indira yang meringkuk ketakutan. Tangis nya pecah tanpa suara. Dia takut! Sungguh saat ini dia takut. Anggara yang seperti malam ini tidak pernah Indira lihat sebelum nya.

Indira memukul- mukul dada nya agar sesak yang dia rasa kan sedikit berkurang. Kata – kata yang keluar dari mulut Anggara membuat Inidra bagaikan tidak punya harga diri. Hatinya kian teriris tiap kali mengingat penghinaan yang selalu keluar dari mulut suaminya. Fix!! Indira merasa bagaikan di neraka.

Pagi hari nya, Indira turun untuk ikut sarapan bersama keluarga besar Anggara. Pagi itu, Indira tidak melihat ayah mertua nya. Seperti nya ayah mertua nya ada tugas luar maka nya ayah mertua nya tidak ada di tempat.

“Bagamana malam pertama kalian?” Tanya ibu mertua Indira entah pada siapa. Indira tidak tahu kepada siapa pertanyaan itu di arahkan. Pada diri nya kah ? Atau pada bang Anggara suami nya? Karena memang saja segitu saja kata- kata yang keluar dari mulut ibu mertua nya itu.

“Indira, mama nanyain kamu tuh! Kamu jangan diam saja. “ Ujar Silvia yang masih berusaha menjadi istri pertam yang baik dan ikhlas di depan semua orang.

Indira langsung melirik ke Anggara yang malah terlihat cuek padahal kan pertanyaan ini adalah sangkut paut nya dengan diri nya. Tapi dia terlihat cuek dan melahap sarapan nya dengan tampang cuek sok gak kena sama sekali.

“Indira! Kamu ini di tanya sama orang tua kok diam aja sih? Apa ini ajaran ibu dan bapak mu di rumah?” Tiba- tiba suara wanita itu naik satu oktaf. Dia marah pada Indira yang masih bungkam perihal malam pertama Indira dan Anggara.

“Maka nya mama kan sudah bilang! Kalau kamu itu harus cari istri kedua yang berbobot sedikit lah Anggara! Sudah lah istri pertama kamu ini mandul, sekarang istri kedua kamu pun tidak berpendidikan. Sungguh menantu- menantu yang tidak bisa di banggakan. Anggara!! Silvia!! Kalau selama gadis miskin ini belum hamil, mama tidak ingat melihat wajah nya! Kalian bawa saja dia kemana! Asal jangan di sini! Tekanan darah mama jadi naik melihat wajah nya! Wajah kamu juga sebenar nya mama sebal Silvia! Jangan sering- sering perlihatkan wajah mu jika dia belum mengandung anak nya Anggara! ” Ibu mertua Indira menyentak kasar sendok dan garpu di piring nya lalu meninggalkan Indira, Silvia dan Anggara bertiga di ruangan itu.

“Sayang, tolong kamu bawa dia lusa ke rumah nya bang Ridwan. Dan tinggalkan di sana. Aku akan menyelesaikan apa yang tertunda tadi malam, lusa. Hari ini dan besok aku ada rapat penting dengan klien. Aku tidak mau mama terus- terusan menyinggung soal kamu yang tidak bisa punya anak hanya karena gadis ini.” Ujar Anggara dengan sangat dingin lalu mengelap mulut nya kemudian pergi. Ya! Pria itu pergi usai mengatakan hal yang menyakitkan itu.

#Di rumah bang Ridwan.

“Ipeh pergi dulu ya bang. Abang baik- baik di rumah. Ipeh gak akan lama di rumah ibuk dan ayah di kampung. Setelah ayah baikan, ipeh akan segera pulang.” Ujar kak Ipeh ke bang Ridwan.

Bang Ridwan mengangguk lalu mencium kening Kak Ipeh di depan pintu grab yang akan mengantarkan kak Ipeh ke terminal baru dari terminal kak Ipeh akan lanjut dengan bis ke rumah orang tua kak Ipeh.

Ada sedikit kerisauan yang tidak biasa yang bang Ridwan rasakan saat melepaskan kepergian kak Ipeh kali ini. Tapi hal itu coba dia tepis agar hati nya dapat tenang. Sebenarnya bang Ridwan ingin sekali menemani kak Ipeh ke rumah ayah dan ibuk kak Ipeh tapi kesibukan di cafe membuat Bang Ridwan tak dapat melakukan itu. Terlebih lagi setelah sepeninggalan Dikta. Pekerjaan di cafe sungguh tidak terhandle oleh nya. Apa lagi pada pembeli yang bisa memesan masakan Dikta, pusing sudah bang Ridwan jika kembali mengingat nya.

"Hati-hati ya, sayang. Kalau sudah sampai di rumah langsung telepon aku. Sampaikan salamku pada ayah dan ibu, semoga ayah cepat sembuh," ucap nya berat.

Kak Ipeh menggangguk dan terlihat berat melangkah masuk ke dalam grab nya. Tangannya seolah tak mau melepas genggaman Bang Ridwan. Entah apa yang sebenarnya akan terjadi tapi bang Ridwan menangkap rasa sedih yang terpancar di wajah kak Ipeh.

“Hei kenapa?” Tanya bang Ridwan ke kak Ipeh karena kak Ipeh kembai dan memeluk rat Bang Ridwan seolah ia tak akan bertemu suaminya lagi.

“Aku gak ingin pisah aja rasa nya.” Ucap Kak Ipeh lalu tertawa dengan mulut manyun nya dan kembali ke dalam gra.

***

Dua jam sudah bang Ridwan sibuk dengan segala urusan di cafe nya. Kesibukan nya membuat nya tidak melihat handphone nya sama sekali dua jam ini.

“Bang! Handphone abang bunyi terus tu!” Ujar Bocil pada bang Ridwan.

Bang Ridwan terhentak ketika bunyi telepon selulernya berdering nyaring sekali. “Siapa yang menelpon berulang- ulang sih?”

"Hallo!" sapanya begitu panggilan itu tersambung.

"Selamat siang pak. Bisa bicara dengan Bapak Ridwan?" jawab suara di telepon.

"Ya benar, saya sendiri."

"Maaf Pak, kami dari kepolisian ingin memberitahukan bapak kalau bus yang ditumpangi Ibu Ipeh mengalami kecelakaan dua jam yang lalu."

Bang Ridwan tertegun dengan berita yang baru saja didengarnya. Tanpa banyak bertanya- tanya dia segera berkemas menuju rumah sakit di mana istrinya berada.

Perasaannya terus berkecamuk antara cemas, khawatir dan ketakutan akan keselamatan istrinya.

Inikah firasat yang dilihatnya sewaktu melepas Kak Ipeh pergi? Dirinya pun saat itu rasanya tak ingin melepas pelukan Kak Ipeh. Kalau saja kondisi yang tak mendesak pastilah ia tak akan ijinkan Kak Ipeh pergi sendirian.

Dalam perjalanan tak henti Bang Ridwan memanjatkan doa untuk istrinya. Semoga hanya luka ringan yang dialami Ipeh. Semoga tak ada yang serius dengan kondisinya.

“Ya Tuhan!! Tolong selamatkan istriku. Jangan sampai terjadi hal yang tak diiinginkan terjadi!”Mulut bang Ridwan tidak henti- henti nya memanjatkan doa pada sang pencipta.

Sesampainya di rumah sakit, sayang nya takdi berkendak lain. Kak Ipeh terluka parah. Dalam kecelakaan itu kepala Kak Ipeh terbentur besi penghalang di belakang sopir.

Air mata bang Ridwan pun jatuh saat sang istri tidak dapat di selamatkan lagi. Bang Ridwan membawa pulang jenazah istri nya ke rumah ibuk dan bapak istri nya.

Akhir nya bang Ridwan jua yang mengantarkan sang istri pulang kerumah ibuk dan ayah istri nya.

Terpopuler

Comments

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

sedih banget cerita nya😭😭😭

2023-06-12

1

꧁🦋⃟‌⃟ ˢⁿ᭄𝔎𝔄𝔉𝔎𝔄𝔎꧂

꧁🦋⃟‌⃟ ˢⁿ᭄𝔎𝔄𝔉𝔎𝔄𝔎꧂

ya Alloh ipeh bnr bnr kameo cmn bntar mmpir di cerita ini, bang ridwan jadi duda ank satu aja

2023-03-05

1

Apit Latif

Apit Latif

lanjut kak

2023-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!