Sesekali pandangan Dikta berpindah ke rak lempengan hitam yang menjadi koleksi bang Ridwan, seolah sedang fokus melihat judul- judul lagu yang ada tertulis dia cover nya.
“Kalau kamu sudah melupakan apa yang terjadi, kenapa kamu tidak pernah pulang ke rumah mu Dikta? mami mu setiap hari menatap sedih foto mu yang terpampang di ruang keluarga. Setiap kali aku dan Ipeh datang berkunjung, aku lihat mami ada disana dan menatap mu dengan penuh kesedihan.” Ujar bang Ridwan tapi Dikta hanya diam.
Dia memang sudah memaafkan apa yang abang nya dan tunangan masa lalu Dikta lakukan. Tapi melupakan nya, seperti nya tidak akan pernah. Apalagi papi mereka memihak pada abang nya tersebut, dengan alasan karena tidak ingin masalah ini menjadi besar.
Padahal wanita yang abang nya nikahi itu adalah tunangan Dikta sejak kecil. Mungkin karena Dikta bukan lah anak kandung papi, melainkan anak mamy dari mendiang suami mami sebelum mami menikah dengan papi maka nya papi tega melakukan itu pada Dikta.
Maka nya papi lebih memihak pada bang Anggara. Jadi wajar jika Dikta mengatakan dia bukanlah seorang Sucipto. Hanya ada satu penerus Sucipto di rumah itu dan itu adalah Anggara Sucipto.
"hari ini, bang Annggara datang dari Jakarta. Dia meminta ku untuk memesankan kamar di hotel untuk mereka menginap," cerita Bang Ridwan.
"Kak Silvia juga?" tanya Dikta yang kini terpaksa memanggil mantan tunangan nya dengan sebutan kakak karena wanita itu memang telah menikah dengan kakak nya.
"Ya, mereka berdua." Jawab bang Ridwan kembali menghela nafas. Karena memang ini adalah sebuah fenomena yang membangongkan bagi nya.
Dimana seorang suami dengan rela menikah lagi dengan perempuan lain hanya demi mendapatkan seorang anak. Dan si istri sendiri juga ikut pergi bersama si suami mencari wanita yang tempat sebagai rahim pengganti nya. GELO kata orang sunda.
“Kedua – dua nya sudah gila.” Ujar Dikta.
“Ya! Tapi mau bagaimana lagi Dik, bang Anggara harus memiliki seorang keturunan. Kamu tidak kembali. Lantas siapa yang akan meneruskan keluarga Sucipto?” Sindir bang Ridwan.
“Abang lupa atau pura- pura lupa bang? Aku ini bukan anak papi.”Ucap Dikta sambil menelan rasa sakit.
Bagaimana Dikta tidak merasa sakit, sedari Dikta mengenal dunia yang Dikta tahu adalah Hermawan Sucipto adalah ayah nya. Hingga peristiwa lima tahun yang lalu itu terjadi, dan semua kebenaran pun terungkap. Sebuah kebenaran yang menyedihkan. Saking sedih nya membuat Dikta nekat pergi meninggalkan segala nya.
“Setahu abang, papi sangat menyayangi mu Dikta. Kalau amarah mu sudah reda, pulang lah. Suasana rumah hambar tanpa mu.” Ucap bang Ridwan pilu.
"Abang tidak memanggil ku hanya untuk hal ini bukan? Apapun yang terjadi pada rumah tangga bang Anggara dan kak Silvia itu sudah bukan merupakan urusan ku bang. Aku sudah tidak ada sangkut paut nya lagi. Biarlah mereka memutuskan apa yang terbaik untuk hidup mereka. Untuk rumah tangga mereka. Aku akan urusi urusan ku sendiri.?" Ujar Dikta lemah..
“Jadi begini. Hari bang Anggara dan kak Silvia datang dan mereka akan menuju rumah gadis yang akan bang Anggara nikahi. Setahu ku, bang Anggara dan gadis itu akan menikah keesokan hari nya juga dan setelah gadis itu akan di titipkan ke rumah ku beberapa hari karena bang Anggara akan mengantarkan kak Silvia pulang. Jadi aku dan Ipeh harus mempersiapkan segala sesuatu nya di rumah. Ya paling tidak kamar pengantin nya bang Anggara dan gadis itu. Mungkin saja mereka malam pertama dulu baru pergi ke Jakarta kan? Jadi untuk jaga- jaga aku dan ipeh memutuskan untuk mempersiapkan hal itu.
“Enak banget bang Anggara! Nikah dua kali. Aku? Satu kali aja susah nya rasa nya seperti mau manjat menara Eifil bang! Susah pakai banget!!” Seru Dikta sambil tertawa.
“Kamu sendiri yang bikin susah Dikta. Kalau kamu pulang dan baikan dengan papi dan mami mungkin masalah mu dan Indira sudah terselesaikan. Bukan nya ibu nya Indira mau nya uang?? Lah papi dan mami mu orang kaya. Puluhan juta?? Itu baru untuk bayar listrik di rumah kalian. Tidak ada arti nya.
“Tidak bang! Aku tidak mau! Apapun alasan nya aku tidak mau kembali ke rumah itu. Titik.” Jawab Dikta berkeras hati.
“Ya sudah kalau gitu. Nah aku langsung saja ke masalah yang aku ingin miinta tolong ke kamu. Jadi besok itu pengawas restoran datang. Aku ingin kamu yang menemani mereka. Kamu yang paling tahu tentang cafe ini Dik.” Ujar bang Ridwan.
“Aku? Yang benar aja bang! Aku ini cuma tahu nya pandai potong bawang dan sayuran bang! Soal begituan aku mana paham.” Tolak Dikta cepat.
“Kamu bisa ajak Bocil untuk temani kamu. Yang lain akan abang suruh libur dari pada buat kacau. Kamu tenang aja Dikta, pelajari semua SOP cafe kita," senyum Bang Ridwan menyemangati Dikta. Dia sebenarnya ingin langsung menemani pengawas restoran yang datang tapi tidak mungkin karena perkara si Anggara juga cukup serius..
“Oke?? Tenang saja! Si bocil mah paham itu semua nya?" lanjut Bang Ridwan.
Bocil adalah panggilan untuk Nandia, salah seorang koki juga cafe itu. Dia juga merupakan sahabat dekat Indira.
Bocil lah yang menjadi agen rahasia yang kerap bertugas membawa iNdira keluar rumah. Karena di mata ibu Indira, bocil adalah sahabat Indira yang dapat di percaya. Sehingga kalau Indira pergi keluar bersama bocil sudah pasti akan diizinkan.
Nah nanti di suatu tempat baru lah terjadi transaksi serah terima. Dimana Bocil menurunkan Indira dan Dikta yang mengambil Indira, sudah seperti transaksi benda- benda terlarang saja.
Tapi ya mungkin di mata ibu nya Indira, cinta Indira dan Dikta memang benda terlarang. Maka nya di larang nikah.
Setelah selesai bicara dengan bang Ridwan, Dikta pun kembali ke dapur cafe.
"Ay, bang Ridwan bilang apa?” tanya Indira ketika dilihatnya Dikta muncul dari balik pintu.
Dikta mengernyit, la mengambil posisi memanjangkan kaki Indira agar dirinya dapat tidur di paha kekasih nya itu. Karena kebetulan Indira sedang selojoran usai menyiapkan dua pesanan yang di berikan oleh bang Ridwan tadi. Kini posisi nya dia sedang duduk santai di atas karpet yang memang di peruntukan bagi koki yang butuh istirahat.
Seperti biasa, Indira pun membelai-belai rambut Dikta. Sesekali pandangan mereka bertemu. Itu membuat Dikta menarik tengkuk Indira agar lebih dekat lagi pandangan mereka.
"Ah, jangan Ay..." tolak Indira saat Dikta hendak mencium nya.
Ia menutup bibir Dikta dengan jari nya. Dikta tersenyum, ia membelai-belai wajah Indira yang masih sembab karena tangisan yang tadi.
"Huftf! Coba saja kita ini sudah menikah dan menjadi sepasang suami istri...." ucap Dikta yang malah jadi mengkhayal.
Indira tersenyum. Ia menangkap tangan Dikta lalu diciumnya dengan penuh cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Gustia Tia
kayaknya alurnya Anggara rebut tunangan Dikta trus nikah g bisa pnya anak trus mau beli Indri,karna indrinya di jual ama Mak nya pakbrik ayahnya bangkrut,jadi ntar Indri di rebut lagi dong Ama anggara thor buat nanem benih
2023-03-06
2
꧁🦋⃟⃟ ˢⁿ᭄𝔎𝔄𝔉𝔎𝔄𝔎꧂
miris kli nasib percintaan dikta
2023-02-23
1
Diank
Syukurlah peristiwa itu terjadi anggaplah Anggara menikung tunangannya Dikta yang membuat Dikta sakit hati dan memilih keluar dari rumah itu tapi hikmahnya kalau peristiwa itu terjadi bisa jadi kalau Dikta jadi menikah dengan Silvia ga bakalan punya anak dan ga bakalan nyari bini lagi untuk nanem benih 👌
2023-02-22
1