#6

B6

"Huftf! Coba saja kita ini sudah menikah dan menjadi sepasang suami istri...." ucap Dikta yang malah jadi mengkhayal.

Indira tersenyum. Ia menangkap tangan Dikta lalu diciumnya dengan penuh cinta.

“Kita kumpulin dulu uang puluhan juga....." jawab Indira menggoda. Ia tersenyum penuh arti. Yang kemudian dibalas Dikta dengan cubitan super mesra di hidung mancung Indira.

"Aduh... Sakit," rintih Indira manja sambil menutup hidungnya yang mulai terlihat kembang-kempis.

"Nakal," serang Indira dengan mencubit dada Dikta. Tentu saja, Indira tak benar-benar mencubit kekasih nya itu.

Mungkin lebih tepatnya cubitan dengan mesra.

Diperlakukan seperti itu oleh Indira, membuat Dikta menggelinjang kegelian. Ia menahan tangan Indira agar dapat menahan cubitan Indira berikutnya.

Tapi bukan Indira nama nya jika ia tidak punya segudang cara untuk membuat Dikta mati kutu.

Akhirnya terjadi pegang-pegangan di antara keduanya. Indira yang berusaha mencubit Dikta. Dan Dikta yang berusaha menangkap tangan Indira yang lincah.

"Ehhkm!! Bisa gak jangan bikin orang yang jomblo iini lelang diri untuk dapat jodoh di pasar?" kata Bocil yang tahu- tahu sudah ada di dalam dapur cafe.

Indira yang sempat terkejut dengan kedatangan Bocil yang tiba-tiba, langsung mengatur kembali keadaan pakaiannya yang huff sulit untuk di gambarkan setelah pergulatan kecilnya tadi dengan Dikta tadi.

"ya elah! Macam kali ini aja aku baru pergokin kalian berdua kayak gini?! " ujar Bocil santai, sesantai diri nya yang terus masuk lebih dalam ke dalam dapur cafe itu.

"kalian berdua ini ya, makin hari makin lengket aja kayak perangko! " puji Bocil yang lebih kedengran seperti ledekan itu.

Indira dan Dikta yang mendapatkan sindirian dari Bocil malah hanya senyum kuda, kedua nya saling lirik dan mengulum senyum mereka.

“Kalau masih ingin gelud ini, ini tolong di matiin. Bisa kering ni cerek!!” Ujar Bocil yang langsung mematikan kompor. “ Jangan di biarkan air di cerek ini habis!!.” Ujar nya.

“Lha? Memang nya cerek itu sudah bunyi? Kok gak dengar?” Seru Indira yang tidak menyangka ternyata dia bergelud dengan Dikta hingga air yang dimasak nya tadi mendidih.

“Kamu nanyak? Kamu bertanya- tanyak??” Gurau Bocil sambil duduk di kursi di dekat kulkas.

"Soo??????? By the way? Hubungan kalian berdua bagaimana? Sudah dapat lampu hijau? Atau apa perlu lampu hijau di simpang empat aku tanggalin satu?" tanya Bocil sambil bercanda.

Indira mengangkat bahu tanda tak tahu sambil tersenyum karena lelucon dari Bocil.

“ hhmmm ya sudah! Wes yang sabar aja jalani semua nya bro sis!! Kalau emang jodoh gak akan kemana! Bak kata petatah, gak kan lari monas di kejar," kikik Bocil.

"Eh, kamu sendiri dengan Riki gimana? Udah dapat lampu hijau? Atau apa perlu aku copotin lampu hijau di pengkolam???” Balas Indira sambil kode- kodean, cekikikan dengan Dikta.

"Aku dan Riki sudah end! END!" jawab Rara lesu plus dengan gerakan tangan.

"Lha? Cepat banget? Bukan nya kemarin kalian baru balikan?" Sela Dikta.

“Iya! Memang benar Baru kemarin kami balikan dan satu jam selang sesudah nya dia sudah selingkuh lagi. Kata hubungan kami tidak akan pernah ada ujung yang pasti. Dia lelah dan akhir nya dia putuskan untuk mulai mencari yang lain. Brengsek ya!” Seru Bocil jadi sedikit emosi.

"Udah yang sabar! Itu arti nya kamu gak perlu untuk ngejar monas!!” tutur DIkta mengutip kembali kalimat Bocil tadi untuk diri nya dan Indira..

Seketika meledaklah tawa mereka bertiga.

“memang teman lucknut lah kalian berdua!” Bocil langsung melempar kerta yang di pegang nya ke arah Dikta dan indira.

"Ntar setelah kerja keluar, yuk?" ajak Indira. Ia tidak betah jika jauh dari Dikta. Kalau bisa seharian dia ingin selalu bersama Dikta.

“oke! Ntar ya! Sekarang kalian berdua masak dulu! Ntar bang Ridwan marah.” Seru bocil. Melimpir keluar.

Indira dan Dikta pun kembali bekerja.

Dikta pun kembali memotong sayuran. Sedang Indira memeriksa pesanan yang masuk dan ready untuk memasak.

Dan setelah pesanan – pesanan para pembeli selesai, Indira berjalan ke arah Dikta.

"Ay..." panggil Indira manja sambil melingkarkan kedua lengannya di leher Dikta yang sedang duduk membaca SOP cafe.

Dikta mendongak walhasil pandangan mereka pun kembali bertemu.

Namun kali ini Dikta merasakan sesuatu yang berbeda. Dikta merasa Indira lebih agresif dari sebelum nya

Dan benar saja, tanpa ba bi bu, Indira langsung mendaratkan bibir tipis nya di kening Dikta.

Dengan penuh rasa cinta, Dikta merasakannya dengan menutup mata.

"Udah sana!!! Buruan nikah! Biar kita bisa makan soto!!”Soak Bang Ridwan yang tahu- tahu nya muncul dari balik pintu.

“HO oH! Udah cullik saja! Culik saja aku babaaaang!” Sorak bocil dari balik badan bang Ridwan.

Dan kedua nya kemudian tertawa bersama. Sedangkan Indira malah mencubit pinggang Dikta.

“Tuh dengar kata Bocil! Culik aja! Wong aku senang kok di culik!!” Ucap Indira sok- sok an bahasa Jawa padahal dia orang sunda.

"udah Cil! Gak usah di tantang! Si Ay takut!!” Sindiri Indira.

"Aku bukan nya takut by! tapi makhal.." goda Dikta.

"Uchh..." Indira kembali mencubit Dikta. Membuat Dikta kembali menggelinjang.

"Mudah kok solusi nya! Cari aja tespek terus serahkan ke Ibu nya Indira. Di jamin akan langsung di resmikan. Ijab qobul hari itu juga," usul Bang Ridwan sambil terkekeh.

Tentu saja tidak ada yang menerima usulan gila tersebut.

“SSstt.. diam semua! Ibu nelpon nih!” Seru Indira panik karena tiba- tiba ibu nya nelpon.

“ya di angkat lah!” Ujar Dikta.

“Takut!!” Balas Indira.

“Udah sini biar aku yang angkat!” Serru Dikta yang langsung dapat toyoran kepala dari bang Ridwan.

“Kebanyakan gaya!” Seru Bang Ridwan usai mentoyor pala Dikta. Dikta pun dan yang lain nya terkekeh.

“Eh! Ibu malah ngirim pesan ini.” Seru Indira lagi.

"Ibu bilang apa?" tanya Dikta.

Indira menyerahkan handphone nya pada Dikta. Pelan, Dikta membaca pesan di handphone itu dalam hati.

“KAMU DI MANA INDIRA?”

Kening Dikta berkerut sambil menekan tombol reply seolah dia sedang memikirkan jawaban untuk pesan dari ibu nya indira tadi.

"EH!! Ay!!!!!! kamu mau apa?" sontak Indira jadi panik melihat apa yang sedang Dikta lakukan.

"Izinkan Kakak yang balas ya, by?"

"Enggak, sini hp-nya.." rampas Indira tapi sayang nya Dikta lebih gesit.

"Ay! Balikin!!! " panggil Indira. Namun si Ay alias Dikta sudah berlari kabur keluar dari dapur cafe.

Bocil dan bang Ridwa tidak mau ketinggalan. Menyaksikan adegan-adegan kejar- kejaran ala Tom Gery ini memang merupakan hiburan tersendiri bagi mereka

Terpopuler

Comments

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

kasian indira kebelet kawin lari🤣🤣🤣🤣

2023-06-12

1

Diank

Diank

Maknya telephone suruh si Indira balik karena mau dinikahin kontrak sama Anggara krn Maknya bakalan dapat duit sejumlah 500 juta

2023-02-23

1

꧁🦋⃟‌⃟ ˢⁿ᭄𝔎𝔄𝔉𝔎𝔄𝔎꧂

꧁🦋⃟‌⃟ ˢⁿ᭄𝔎𝔄𝔉𝔎𝔄𝔎꧂

klh ntar mak nya Indira dengan 500juta 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️ sama aja ank nya di jual dengan harga segitu

2023-02-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!