B9
Ibu Indira berjalan mendekat pada Indira yang sedang duduk di tepian tempat tidur." Ndira! Percaya sama ibu!! Kamu pasti akan bahagia! Buka mata mu lebar- lebar dan lihat apa yang nak Anggara berikan hanya untuk meminangmu, mengambilmu dari Ibu! Dia sampai rela mengeluarkan uang hingga lima ratus juta. Kurang bertanggungjawab apalagi sih Nak? Tolong pikirkan juga masa depanmu?! Dan juga masa depan keluarga kita!! Pabrik ayah mu sudah pasti tertolong dengan uang lima ratus juta itu! Adik – adik mu juga bisa terus sekolah dengan uang itu! Kakak mu juga tidak perlu bekerja berlebihan"
"Lalu bagaimana dengan Indira bu? Masa depan indah seperti apa yang ibu katakan akan ada bagi Indira setelah ini?? Ibu tahu kan kalau yang Indira cintai itu hanya kak Dikta seorang ! Indira nggak akan pernah bisa bahagia kalau menikah dengan laki-laki yang tidak DIra cintai?" Akhir nya gembok mulut Indira terbuka sudah.
"Apa kamu bilang?? cinta?!! Berani kamu memojokan keputusan ini dengan mengatasnama kan cinta, ndira!!? Kamu pikir cinta bisa mengisi perutmu saat kau kelapaaran!! ? Kamu pikir cinta bisa membuatmu keluar dari kemelaratan hah, seperti keadaaan kita saat ini!? Tidak Ndira! Tidak! Lihat lah keadaan kita! Karena ibu dulu bodoh dan memilih cinta, maka nya hidup ibu melarat seperti ini! Maka nya anak- anak ibu sampai kesulitan! Semua itu karena perasaan tidak nyata yang nama nya cinta! Setelah kamu tidak bisa makan apapun nanti baru kau akan paham apa yang ibu katakan ini.” Bentak ibu nya Indira.
“Tapi bu-“ Indira masih saja mencoba memberikan pengertian nya pada sang itu.
“Ah! Sudah! Makan tuh cinta!!" bentak sang ibu tak mau kalah.
"Bu! Indira mohon bu! Tolong dengarkan Indira kali ini bu!! Bu! Laki- laki itu sudah beristri. Dan istri nya juga datang kan bu kemarin!! Dira nggak mau jadi istri kedua, bu! Hidup Dira akan hancur bu!” Tangis Dira kembali pecah.
“Memang nya apa yang salah menjadi istri kedua Indira! Toh dia datang baik- baik! Istri nya juga merestui rencana pernikahan kalian! Omongan orang? Kau khawatir omongan orang karena kau menjadi istri kedua? Hei! Indira! Dengarkan ibu! Jangan pernah kau dengarkan omongan orang! Sebab omongan orang tidak akan membantu saat ekonomi mu sulit! Jangan kan memberikan uang secara percuma, ngutang di kedai nya di tolak!” cemmoooh ibu nya ndiri.
Indira akhir nya sampai pada batasan kesabaran yang dimiliki nya. Dan akhir nya kata- kata itu pun keluar dari mulut Indira! “Lebih baik DIra lari dengan kak Dikta!" ujar Indira memberanikan diri.
"Apa? Dikta? Berani nya kamu mengatakan akan lari dengan laki- laki miskini itu??? Sana? Lari! Pergi dengan laki- laki miskin itu. Tapi ingat Indira! jangan pernah kamu panggil aku ibumu lagi. Lupakan kalau kau punya ibu dan ayah serta saudara! Sekali kamu keluar dari rumah ini maka selama-lamanya kau tidak usah kembali lagi. Karena begitu kau pergi kau bukan anakku lagi!!!" bentak ibu Indira dneagn suara yang kali ini lebih lantang dari sebelum nya.
Hal itu sukses membuat Indira benar- benar bungkam! la benar- benar merasa sedang berada dalam sebuah dilema.
Di Satu sisi, ia tak ingin putus hubungan dengan keluar nya. Tapi di sisi yang lain, ia pun tidak bisa kehilangan Dikta- cinta nya.
Mengurut pelan dada nya. Jujur saja, saat ini terlalu berat ia rasa beban yang ada di hati dan pikiran nya.
Benar memang pilihan saat ini ada di tangannya. Tapi permasalahan nya adalah, yang ada di tangan nya saat ini tidak ubah nya bagiakan buah simalakama, dimakan salah, tidak di makan juga saalah.
Sebuah tragedi dalam hidup nya yang benar-benar menyakitkan dan menguras energi walau sekadar hanya untuk memikirkannya.
Setelah sang ibu keluar dari kamar nya, Indira pun menengadah memandang langit-langit kamar nya. Resah jiwa seakan erat bergelanyut di gadis muda itu.
"Kenapa harus seperti ini, oh Tuhan? Haruskah aku menjadi istri dari laki- laki yang tidak kucintai?" isak Indira masih dalam duka hati yang tertanggungkan. la masih enggan berlepas dari isak yang mengikat diri nya.
Indira memejam kan mata nya namun sebuah suara klakson mobil membuat Indira terpaksa membuka kedua mata nya kembali. Ia sangat tahu suara klakson mobil apa itu!
Itu sudah pasti adalah mobil lelaki yang pinangan nya telah di terima oleh sang ibu.
Tidak perlu menunggu lama. Pintu kamar Indira pun kembali terbuka lalu terlihat ibu nya kembali dengan Senyum yang kembali terkembang seperti hari kemarin. Tapi kali ini tidak hanya sang ibu yang terlihat disana, melaikan ada tas besar di tangan sang ibu. Dan Indira sangat yakin, tas besar itu pasti lah berisi uang.
"Lihat ini Indira! Ini adalah uang yang ibu cairkan di bank bersama nak Anggara tadi. Ibu sengaja tidak membawa nya langsung pulang, ibu ingin nak Anggara yang membawa nya lalu menyerahkan tas yang berisi uang itu di depan para tetangga yang selama ini memandang rendah pada kita.”
“Ibu benar Indira! Tugas perempuan itu memang harus menunggu. Dan biarkan Tuhan yang akan mengatur semua nya maka jodohmu akan datang sendiri. Ini buktinya," Kakak tertua Indira berucap dengan begitu mudah nya sambil membuka tas berisi uang seratus ribuan yang tersusun rapi di dalam tas yang ada di tangan kanan dan kiri ibu Indira.
Indira hanya menelan rasa jengkel nya dengan sikap sang kakak. Ucapan ibu dan kakak Indira sebenarnya memang tak ada yang salah. Seorang wanita itu memang hanya perlua menunggu. Tapi bukan seperti ini yang Indira mau. Bukan dengan menjual diri Indira pada laki-laki yang sudah beristri. Sekali lagi, bukannya bahagia yang ada Indira malah akan terjebak dalam sebuah kehidupan yang bagaikan neraka.
"Sana temui calon suamimu, hari ini juga kamu harus ikut dengan nya pulang." perintah itu membuat dunia Indira yang gelap menjadi semakin gelap.
“Apa yang ibu katakan? Pu-pulang? Bukankah di sini rumah Dira, bu?!" Tanya Indira tergugu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
ngeri punya ibu kayak gitu
2023-06-12
0
꧁🦋⃟⃟ ˢⁿ᭄𝔎𝔄𝔉𝔎𝔄𝔎꧂
indung na kok mirip indung aero ya kurang ajar banget, knp gk kk nya Indira aja yng di jual dengan harga 5rtus juta nya knp harus Indira cb
2023-03-05
1
Vyrne S W
yg sabar y indira
2023-03-01
1