Istri Lima Ratus Juta (S1) :Terpaksa Menikah
Hari ini seperti biasa, merupakan hari yang spesial. Hari nge- date untuk ke tiga ratus hari nya dalam tahun ini. Yang mana itu berarti hampir setiap hari nya sang gadis bertemu dengan pujaan hati.
Disisir nya rambut nya pelan – pelan dan dipoles make up tipis di pipi cabi nya. Ya, kini dia sedang sibuk berdandan di kamarnya.
Sesekali si gadis melihat ke arah ruang tengah, dimana ibu nya bak seorang penjaga sedang berjaga disana.
“Bisa gawat kalau ibu belum tidur juga.” Ujar nya dalam hati.
Sekali lagi diintipnya ibu yang sedang tiduran menjulur kan kaki di depan Televisi. Tangan wanita itu saat ini terlihat memang sedang memegang Remote TV, tapi sang gadis tidak bisa memastikan apakah ibu nya memang sedang menonton acara dangdut academi itu atau sedang tertidur? Sebab sedari tadi sang gadis tidak melihat ada pergerakan sama sekali.
“Ibu ini sedang nonton atau sudah tertidur sih?” gumam nya pelan.
“Aduh! Mana aku harus buru- buru ini!!” sambung nya pelan.
Karena waktu sudah mepet, maka mau tidak mau si gadis pun melangkah pelan dengan sangat hati- hati untuk mengecek keadaan di ruang tengah.
Sesampai nya di sana, diintip nya ibu nya dan lihat nya perlahan dengan sangat hati- hati.
“TV itu nyala namun mata ibu terpejam, itu arti nya....” Batin si gadis lalu tersenyum sendiri.
“Ternyata ibu sudah tertidur.” Sorak nya dalam hati sangat gembira. Sebab kalau ibu nya tidak tidur maka sang gadis tidak akan bisa keluar siang itu untuk bertemu dengan pujaan hati nya.
Bak tidak ingin membuang- buang kesempatan yang ada, secepat kilat sang gadis melangkah keluar.
Segera sebuah balasan pesan via whatsapp ia layangkan ke sang pacar.
"Ay, buruaan?!! Ibu sudah tidur!! Ingat, matikan sepeda motor kalau sudah dekat." lalu pesan itu pun terkirim selang beberapa waktu kemudian.
Dan tidak perlu menunggu lama, sebuah balasan pesan dari pria tampan yang memang telah menunggu tidak jauh dari rumah sang gadis pun mendarat sempurna.
“Biip..Bippppppp.”
"Iya, by . Ini langsung otw.” balasnya.
Dengan mengendap-endap sang gadis yang bernama Indira itu berjalan menyelinap melewati tembok seperti tokek yang merayap pelan. Ia benar- benar harus berhati- hati, jangan sampai ada suara yang membuat ibu nya terbangun. Begitu lah saking takut Indira ketahuan oleh sang ibu.
Dengan Adrenalin yang berpacu di dalam sana, Indira sampai di depan pintu keluar masuk rumah. Dia ingin melihat ke dalam, tapi dia takut.
Hanya saja karena dengkuran sang ibu masih terdengar sesekali, Indira pun akhir nya dengan yakin melangkah keluar rumah.
Jangan di kira hal ini tidak membuat jantung Indira squat jump, karena apa yang Indira rasakan saat ini walaupun telah terjadi setiap hari, tetap saja tidak mengurangi rasa tegang yang ada.
Jantung nya tetap berdegup tak karuan.
"By? Piye?" tanya Dikta dengan tatapan cemas setelah di lihat nya Indira sudah sampai di tepi pengkolan tempat biasa Indira muncul setiap kali Indira mengendap- endap keluar rumah.
Namun kecemasan Dikta langsung sirna begitu Indira memberikan kode dengan tangan nya yang pertanda kalau semua nya oke.
“Untung lah ibu nya sudah tidur.” Gumam Dikta pelan.
Dan tidak perlu menunggu lama, Indira yang sudah sampai di dekat Dikta langung naik ke atas motor DIkta. Dengan santai indira menjatuhkan tubuhnya di belakang motor Dikta. Kemudian bersama- sama mereka membelah jalan yang super duper panas siang itu.
Namun tentu saja rasa cinta yang ada pasangan ini menjadi kan panas nya siang itu terasa biasa- biasa saja.
"Apa anak- anak udah pada datang?" tanya Indira pada Dikta.
“Udah dari tadi. Tinggal kita doang yang belum sampai.” Jawab Dikta di balik helm nya.
“Kau gitu gas dong, ay!” Ujar Indira yang memang memanggil Dikta Ay yang arti nya ayang. Sedangkan Dikta memanggil Indira by yang arti nya baby.
Dikta pun mempercepat laju motor nya, membuat Indira menguatkan lingkarkan kedua tangan nya di tubuh Dikta. Dan seperti biasa tanpa ragu Indira menempelkan diri nya di pungguung sang kekasih.
Walaupun jarak mereka saat itu sangat dekat, tapi rasa rindu yang ada pad kedua nya, rasa nya tidak pernah berkurang sedikit pun.
Padahal hubungan mereka telah berlangsung selama tiga tahun lama nya. Apa yang dirasakan Indira saat ini tetap sama seperti apa yang dirasakan oleh Indira tiga tahun yang lalu, yakni sebuah rasa cinta yang begitu menggebu untuk Dikta.
Bahkan disaat sang ibu tidak menyetujui hubungan Indira dan Dikta, Indira tidak ambil pusing. Dia tidak peduli bagaimana ibu nya sangat tidak setuju hubungan nya dengan Dikta.
Indira tentu saja tahu alasan ibu nya tidak menyukai Dikta.
Di mata sang ibu, Dikta tidak lebih dari seorang anak jalanan yang miskin yang tak punya apa-apa, selain sepeda motor dengan knalpot cempreng yang bunyi nya dapat membangun warga satu RT saking bising nya.
Jika sepeda motor itu di jual maka tidaklah ada harta benda berharga yang Dikta miliki.
Masa depan? Itu apa lagi!! Dikta bahkan tidak melanjutkan kuliah nya karena uang kuliah nya mendek!
Betul sekali! Dikta tidak melanjukan kuliah nya karena Dikta tidak memiliki uang untuk bayar uang kuliah.
Padahal hal itu sangat lah di sayangkan, mengingat Dikta sudah nyusun dan tinggal sidang doang. Mana ini adalah semester terakhir nya di kampus. Kalau dia tidak juga menyelesaikan kuliah nya segera maka dapat di pastikan Dikta akan di Drop out alias DO.
Jadi wajar saja ibu nya Indira tidak setuju jika anak perempuanya berpacaran dengan Dikta. Karena Indira sebenarnya berada dari keluarga yang tidak terlalu berada.
Perekonomian keluarga Indira memang tidak terlalu di bawah dan namun tidak pula terlalu kaya. Tapi berada di posisi cukup dan bisa dikatakan lebih- sedikit. Ingat! Sedikit!
Ayah Indira memiliki pabrik kecil dan sejumlah karyawan yang bekerja untuk nya. Sehingga sehrus nya apa pun yang di butuhkan oleh keluarga Indira (Sebatas kebutuhan pokok) sebenarnya dapat- dapat saja terpenuhi dengan mudah.
Namun karena saudara Indira ini banyak jumlah nya maka nya ya tidak bisa juga bermewah- mewahan. Kalau hanya sebatas memenuhi kebutuhan pokok dan beli barang- barang untuk mengisi rumah masih bisa. Tapi kalau untuk beli barang – barang branded tentu saja tidak bisa. Karena ada banyak anak yang harus di sekolah kan.
Hal ini yang menyebabkan sang ibu punya impian yang tinggi untuk kedua putri nya. Indira dan kakak nya Indira, karena ibu hanya punya dua putri. Sedangkan empat anak ibu lain nya adalah laki- laki.
Ibu nya ingin Indira dan kakak Indira menikah dengan orang kaya. Dengan begitu Indira dan kakak nya dapat hidup sebagai orang kaya tanpa batas. Tidak perlu hidup susah seperti mereka. Andaikan tidak dapat menikah dengan pengusaha kaya sekali pun, dengan PNS pun jadi lah. Supaya ke depan ya terjamin. Tidak seperti nasib ibu saat ini. Tidak ada jaminan pabrik akan terus berproduksi selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Joko Doank
hai kak Upe masih ingat emak kah ...yg biasanya pengen nabok orang pake jeboooorrrrrr oooo/Facepalm/ gak jelas blas ya emak
2023-09-30
0
🎀❤️⃟Wᵃf𝐀⃝🥀MAMI🆁🅰🅹🅰❀∂я
mampir thor
2023-06-12
0
Tiana
istri mahal
2023-05-15
0