Di suatu malam pada jalanan yang sangat sepi, seorang pengendara motor dan seorang pemuda yang penuh luka sedang berkomunikasi sejenak dengan penuh kewaspadaan.
“Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya si pengendara motor.
Rio menatap pengendara itu dengan kilauan mata yang nampak gelap meski telah disinari cahaya lampu motor, rasanya Rio telah memiliki suatu kepribadian gelap.
“Hei, ayolah, jangan buat saya takut!” seru si pengendara motor tersebut sambil melihat sekitar.
Rio melangkah sejenak, perlahan membuka mulutnya dengan bergetar hendak berbicara.
“A–Aku … Diserang orang,” lirih Rio, mencoba sekuat tenaga untuk bersuara.
“Hah? Saya nggak dengar!”
Si pengendara motor itu mematikan motornya dan segera turun menghampiri Rio. Dia memegang kedua pundak Rio dan menatapnya dengan perasaan hangat.
“Hei, anak muda, saya Cipto, penjaga daerah terbengkalai ini, kamu ngapain di sini dan … Penuh luka?” ucap si pengendara motor yang bernama Cipto.
“A–Aku diserang orang,” lirih Rio, pandangan matanya perlahan memutih hingga kesadarannya pun menghilang.
Rio ambruk di pelukan Cipto, alhasil Cipto pun memapah Rio dan segera menaikkannya ke atas motor, mencoba menyandarkan tubuh Rio ke punggungnya saat dia mengendarai motor.
Cipto secara pelan melajukan motornya di tengah malam yang sunyi ini, cahaya rembulan yang sesekali muncul dari balik awan, menambah kesan bahwa malam ini akan benar-benar suram dengan kabut yang memenuhi kota.
Hal yang sangat jarang terjadi, hanya saja kondisi saat ini menjadi sebuah fenomena alam yang baru dirasakan oleh warga kota tersebut sehingga sebagian dari mereka hanya mengurung diri dengan ketakutan.
“Haaa … Anak muda ini kenapa, ya? Kenapa dia dari kompleks terbengkalai, apa tujuannya hingga menjadi penuh luka begini,” gumam Cipto sambil terus fokus ke jalanan.
“Hmm … Sialan, kenapa … Kenapa,” lirih Rio.
Cipto menjadi terkejut, dia segera menghentikan laju motornya dan menengok ke belakang untuk melihat kondisi Rio yang nampak mengigau.
“Anak ini … Kenapa dia? Apa yang terjadi sebenarnya, apa dia dipukuli hingga tenggelam dalam trauma? Bahaya, saya harus segera membawanya ke rumah sakit dan segera menghubungi kepolisian!” gumam Cipto.
Cipto segera melajukan motornya lebih cepat dari pada tadi, dia juga mengulurkan tangan kirinya ke belakang untuk menahan Rio jika sewaktu-waktu dia bergerak.
Sekitar 5 menit kemudian, Cipto akhirnya sampai di sebuah rumah sakit, dengan segera dia memanggil tim medis untuk membawakan tandu sorong dari dalam ruang Instalasi Gawat Darurat.
Tim dokter dan perawat pun segera meletakkan Rio di tandu sorong itu dan segera melakukan penanganan atas Rio yang nampak lemah dan kapan saja bisa putus napasnya.
“Saya langsung ke kantor polisi, anak ini kayaknya dipukuli, mohon dilakukan penanganan intensif!” jelas Cipto.
Dalam perjalanan, Cipto yang menuju kantor polisi terdekat tiba-tiba diikuti oleh sebuah mobil berwarna hitam.
Cipto pun memiliki firasat bahwa yang mengikutinya adalah orang yang juga melakukan kekerasan kepada Rio. Firasat itu benar-benar mengerikan dan mulai mengembara ke dalam pikiran mengerikan pula.
“Ugh, baiklah,” gumam Cipto.
Semakin berakselerasi, tetapi sayangnya kecepatannya nampak kalah dengan mobil yang membuntutinya, dalam sekejap mobil berwarna hitam itu langsung menabrakkannya kepada Cipto.
Cipto jatuh terpelanting dan terlempar sejauh sepuluh meter dari titik penabrakannya.
Seorang pengendara mobil turun, serba berpakaian hitam dengan corak berwarna emas. Pria ini menyalakan rokoknya sambil menggerutu.
“Dasar, Bos itu terlalu detail, tapi untungnya dia bisa segera dilenyapkan!” ucap pria itu sambil melempar rokoknya dengan mata memutar malas.
Dia mengambil pistol dari sakunya, dan langsung segera mengokangnya dan menodongkan moncongnya ke arah Cipto yang merangkak mencoba berdiri.
“Yap, selamat jalan!”
Dor!
***
Dua hari sejak kejadian Rio dianiaya di sebuah gedung terbengkalai, Rio yang saat ini melakukan rawat jalan di rumah saja pun hanya bisa duduk termenung sambil menatap seekor anak kucing di depannya.
“Oyen, sehari lalu aku temukan kau, saat itu masih kotor, beruntungnya kau bertemu aku,” ucap Rio dengan wajah datar.
“Entah siapa yang menyelamatkanku, tapi rasanya kepribadianku benar-benar berubah sekarang.”
Rio mengelus-elus anak kucing oranye tersebut, anak kucing itu menggeram imut membuat wajah datar Rio nyaris berubah, tetapi masih juga sulit untuk berubah tersenyum tipis saja.
[Ding! Sistem Ai menerbitkan misi!]
“Huh? Terserah,” celetuk Rio.
[Misi Berantai!]
[– Misi pertama, menolong nenek yang terkena penjambretan. –Hadiah sejumlah 200 juta dolar– Hukuman jika tak selesai : Pengurangan waktu satu jam kehidupan!]
[– Misi kedua, memainkan pasar saham, membeli saham yang menurutmu akan anjlok sekitar sehari setelahnya. –Hadiah sejumlah 1 miliar dolar– Hukuman jika tak selesaikan : Semua aset Tuan lenyap!]
[– Misi ketiga, memberikan satu juta dolar kepada pemerintahan dan menuliskan surat peringatan yang berbunyi tentang identitas Mafia Garuda. –Hadiah sejumlah 500 juta dolar– Hukuman jika tak selesai : Kehilangan identitas diri dan menjadi orang terasingkan!]
[– Misi keempat, mencari dua sahabat dan kekasih yang menghilang. –Hadiah sejumlah 150 juta dolar– Hukuman jika tak selesai : Sahabat dan Kekasih Tuan mati!]
[– Misi kelima, membantu dua sahabat dan kekasihnya dengan memberikan uang masing-masing satu juta dolar. –Hadiah sejumlah 150 juta dolar– Hukuman jika tak selesai : -]
[Lima misi selanjutnya jika telah menyelesaikan lima misi pertama!]
“Oh, begitu, ya?” gumam Rio.
Mata Rio hanya menatap datar kepada lima tampilan misi dari sistem, terlalu datar untuk sebuah ekspresi wajah, meski dengan hadiah dengan kurs dollar seperti sangat tidak penting bagi Rio.
Benar-benar perubahan yang sangat drastis untuk Rio. Sifatnya menjadi cenderung lebih dingin dan tak peduli dengan keadaan, tetapi masih cukup bertanggung jawab dan memilih untuk menyelesaikannya daripada menerima hukuman.
Hukuman paling parah ada kehilangan sahabat dan kekasihnya, itu adalah hal yang paling membuatnya mengamuk. Justru inilah nilai yang perlu dipikirkan olehnya.
“Nenek kena penjambretan? Di mana dia?”
Rio masih memikirkannya, dia tidak ingin membiarkan waktu sejam hidupnya menghilang sia-sia. Dia tak mengetahui kapan dirinya akan berakhir dengan semua beban yang ditanggungnya.
Rio berdiri dan segera mengambil hoodienya dan masker, langsung keluar sembari menunduk dan tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang merasa aneh.
“Nenek … Nenek … Nenek … Di mana kau?” gumam Rio.
Berjalan ke arah taman, Rio sama sekali tak menemukan seorang pun di sana, alhasil Rio putar otak dan berniat memilih pasar yang sejauh 20 menit dari tempatnya jika mengendarai motor.
Menurutnya, penjambretan terkadang terjadi di pasar, atau juga jalanan yang cukup sepi.
“Baiklah, aku akan menyelesaikannya demi mendapatkan uang untuk menunjang tujuan utamaku!” lirih Rio.
Rio pun kembali pulang ke rumah dan memilih mengendarai motornya menuju pasar terdekat untuk mencari maksud dari misi berantai misi pertama.
Dalam perjalanan juga, Rio sesekali melirik kanan kiri mencari yang menurutnya seorang nenek dan calon target penjambretan, apa lagi ini adalah jalanan yang cukup sepi di pagi hari seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments