Bab 11. Informasi

Dua hari sejak Rio mendekam di penjara, dirinya yang sesekali mengamuk mau tidak mau harus sering diborgol atau bahkan dimasukkan ke dalam ruang isolasi.

Dirinya tanpa bukti yang jelas di penjara selama kurang lebih satu bulan dengan kesempatan penambahan atau pengurangan hari tahanan.

Rio yang saat ini di dalam ruang isolasi, ruangan yang hanya ada warna putih tanpa benda apa pun, pakaiannya saja berwarna putih juga.

“Anjing! Kenapa kah? Aku ‘kan tidak salah! Capek aku dengan institusi kepolisian negara ini, terlalu gila!” seru Rio.

Dia hanya bisa tertunduk lesu, dirinya juga tak bisa bergerak banyak karena dalam ruangan ini memiliki empat buah kamera pengawas yang akan mengintai Rio dari segala arah.

Rio seperti seorang kriminalitas tinggi, tetapi satu hal yang pasti, Rio akan mencoba membongkar semua ain buruk dari kepolisian jika dia keluar nanti.

[Tuan harap tenang! Berpikir secara rasional adalah jalan keluarnya!]

“Aku tau, Ai, aku tau,” lirih Rio dengan semakin tertunduk lesu.

Tang!

“Waktunya makan!” seru petugas penjara.

Petugas penjara yang bernama Rama itu memberikan nampan makanan berisi nasi dan juga ikan asin serta beberapa lembar sayuran hijau.

“Saya buka, ya, borgolnya! Jangan macam-macam!” tutur Rama dengan tegas.

Sembari dibuka, Rio menatap sinis ke arah Rama tanpa ada pikiran untuk melarikan diri saat pintu ruang isolasi terbuka.

“Kalian semua brengsek,” gumam Rio.

Rama yang mendengarnya hanya tersenyum, kalimat itu sudah menjadi makanan tiga kali seharinya, setiap memberikan makan kepada Rio, dia selalu saja diberikan kalimat buruk.

“Makan, jangan sampai sakit, saya juga masih ada belas kasihan!” ungkap Rama dan langsung pergi ke pintu, keluar kemudian menutupnya.

“Alaah! Kalian semua saja sama, terlalu gelap mata dengan keadaan! Ini … Memenjarakan orang tanpa bukti yang jelas, bodoh!” seru Rio.

Namun, dirinya harus segera makan, dia juga tak ingin kekurangan energi tubuh. Perlahan tapi pasti, Rio melahap makanan itu dengan cukup baik dan cepat.

“Waktunya pindah sel,” seru Rama langsung datang membuka pintu ruangan isolasi.

Rio digiring dengan tangan diborgol menuju sel tempat para tahanan berada, di sebuah sel tepat diujung koridor, sel sebelah kanan dengan seorang pria di dalamnya.

“Masuk!” titah Rama.

Rio masuk, tanpa borgol, Rama dengan tegas memberikan perintah agar Rio jangan macam-macam lagi atau hukumannya akan bertambah berat.

“Hei, Bro! Kenapa semuda ini masuk bui?” tanya penghuni di dalam sel tersebut. “ Oh, iya, nama Gua Rafa, usia 27 tahun!” lanjutnya.

Duduk di pinggiran tempat tidur besi, Rio menjelaskan beberapa kejadian sebelum dirinya ditangkap karena sebuah tuduhan tak berdasar.

“Wah! Ternyata hampir sama,” ucap Rafa.

“Sama apanya?” tanya Rio.

“Kasusnya, Gua karena dituduh menganiaya nenek-nenek di jalanan, padahal mah Gua juga bagian dari korban, dan pelaku sebenarnya berjalan bebas di luar sana!” jelas Rafa.

Akhirnya Rio mampu menyimpulkan sesuatu, bahwa institusi kepolisian negara ini sudah sangat buruk bahkan sampai menangkap orang yang tak salah sama sekali dan membiarkan pelaku sebenarnya bergerak bebas.

“Yasudah, Bro, sabar saja!” ucap Rafa. “Oh, iya, siapa namanya?”

“Rio!”

Rafa mengangguk paham, sebelum dirinya membaringkan tubuh, Rio segera berkata sesuatu yang paling dibuang penasaran.

“Kalian tau Mafia Garuda?”

Bagai tersambar petir di siang bolong, sontak seisi koridor tahanan yang awalnya sepi langsung berseru keras.

“Wooooo!!!”

Seruan ini membuat beberapa petugas datang dan segera membuat suasana menjadi hening, bahkan suara napas sempat terdengar sayup-sayup.

“Sini, kata tahanan aneh lainnya di sini, Mafia Garuda itu terlalu berbahaya!” bisik Rafa.

Rio pun mendapatkan kesimpulan bahwa Mafia Garuda memang benar adanya dan terkenal di dunia bawah yang begitu kotor.

“Kira-kira apa saja yang berhubungan dengan Mafia Garuda?” tanya Rio dengan mengecilkan suaranya.

“Yaaa … Yang Gua penasaran, kenapa kau tau Mafia Garuda, tapi Gua kagak pedulikan.”

Rafa melirik ke luar sel, di mana para tahanan mulai tenang dan bergerak sesuai aktivitas mereka, bahkan ada yang main kartu bersama petugas, dengan tahanan di dalam sel dan petugas di luar sel.

“Gini, Mafia Garuda itu berbahaya, anak buahnya saja mereka bunuh tanpa segan, bahkan mereka mengorbankan anak buah mereka dengan mudahnya!”

Rafa sempat terhenti, mencoba menarik napas dalam, ini kemungkinan adalah situasi yang jangan sampai didengar oleh para petugas.

“Mafia Garuda, berada dibalik layar dari institusi pemerintahan dan pertahanan macam kepolisian atau militer!” jelas Rafa semakin mengecilkan suaranya.

“Bahkan institusi kepolisian dan militer? Anjirlah!” ucap Rio dengan terkejut.

Informasi dari sistem tak begitu lengkap, hanya menyebutkan Mafia Garuda berada dibalik layar pemerintahan.

“Emm … Kemudian mereka mengendalikan hukum di negara ini, menahan siapa pun tanpa bukti bisa mereka lakukan, intinya penguasa penjara dan hukum di negara ini,” jelas Rafa.

“Me–Mengendalikan hukum? A–Apa-apaan itu!” pekik Rio dengan keras.

“Apa itu, tahanan Rio?!!” seru petugas yang bermain kartu dengan tahanan lain

“Diam, Rio! Kau semuda ini terlalu cepat dikendalikan hukum Mafia Garuda, sayang masa depanmu akan buruk! Gua jamin dah, Gua saja malah ingin hidup selamanya di dalam penjara ini,” ungkap Rafa dengan memalingkan wajahnya.

“Ya, masa depanku akan buruk, memang bukan tak mungkin lagi, karena … Aku akan benar-benar berubah,” ungkap Rio dengan tatapan tegasnya.

“Baguslah, harapan hidupmu masih ada, Gua mah sudah begitu gelap,” jelas Rafa.

Akhirnya keduanya pun saling melempar senyuman pasrah, benar-benar hidup itu tak akan ada yang tahu, meski kalian berpikir hidup kalian telah berakhir dengan buruk, tetapi siapa yang tahu jika kelak garis takdir itu akan berubah seiring kalian mencari makna hidup itu sendiri.

Rio yang telah melewati hari-hari menyedihkan mulai perlahan berubah, meski dikatakan berubah, sekarang dirinya akan benar-benar mengubah sikap atas perlakuan selama ini.

Menurutnya juga, sahabatnya dan kekasihnya harus segera menyingkir dari permasalahan yang semakin rumit ini. Jangan sampai membahayakan mereka, karena Rio akan benar-benar menyesal nantinya.

“Gua mau tidur dulu, sudah terlalu malam!” ucap Rafa dan langsung naik ke kasur tingkat atas. “Kau di bawah saja, Gua di atas.”

Rio pun hanya bisa meresponsnya dengan anggukan kepala, hari semakin malam dan kesunyian gedung tahanan di markas besar kepolisian ini membawa kesuraman yang misterius di dalamnya.

“Semoga besok adalah hari keberuntunganku, sistem Ai terlalu diam, tidak ada misi yang jelas darinya!” gumam Rio.

[Meluncurkan misi! Dalam waktu 8 jam, misi itu akan terbuka besok hari!]

“Lah, baru juga dibilang, ya sudah, aku tunggu besok, sambil istirahat, aku sudah terlalu gila di ruang isolasi itu,” gumam Rio.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!