Bab 10. Mendekam di Penjara

Rio menjalani harinya dengan biasa, beruntungnya si peneror sudah tak mengganggu kehidupan yang memang cukup damai.

Rio yang masih mengurus jualan Keripik Pisang Triple-R nya benar-benar nyaman, sistem sangat membantunya memberikan tujuan hidup selanjutnya, demi mencapai kekayaan dunia sesuai nama sistem dan juga demi mencari misteri tentang kematian kedua orangtuanya.

Di sekolah, sehari sejak dirinya menangkap si peneror, dia kembali bersekolah dengan damai, belajar bersama dan mencoba melupakan sementara kesedihan atas kehilangan kedua orangtuanya.

Rio memilih bangkit dari kesedihan agar tidak terlarut dalam kesuraman yang semakin merebak di dalam hati kecilnya.

Rio, pemuda yang biasa saja perlahan menjadi jutawan sekolah, pengusaha muda penjual Keripik Pisang Triple-R yang telah lintas kota karena proses panjang promosi akan Keripik Pisang miliknya dan dua sahabatnya serta kekasihnya.

Dirinya mulai berpenghasilan tetap bersama sahabatnya dan kekasihnya, memiliki sekitar lima pegawai tetap yang juga teman di sekolah, digaji sesuai kesepakatan, kerja di Triple-R Co. Adalah sebuah kesan tersendiri yang juga nyaman.

Triple-R Co. Akan menjadi penantang baru di dunia usaha, berbagai macam produk makanan yang membawa nama Triple-R perlahan dikenal oleh banyak orang di kota Jayakarta dan sekitarnya.

“Hei, Rio, pendapatan bersih kemarin sekitar Rp 1.250.000,00, naik beberapa ratus ribu dari minggu kemarin!” seru Liora.

“Baguslah, semoga minggu ini pendapatan kita berjalan naik, karena promosi dan juga beberapa produk lainnya telah kita lakukan dengan baik,” balas Rio.

“Bagaimana kalau kita pindah dari keripik, kita buat kue kering?” tanya Rendy.

“Boleh sih, Cuma kita harus survei pasar terlebih dahulu, kue kering itu katanya masih agak kurang,” balas Rian.

“Benar katamu, Ian, kita memang harus survei, terlalu banyak produk yang kurang, kita tidak akan profit,” tutur Rio.

“Keripik Pisang, Keripik Ubi, dan juga Keripik Tempe telah kita produksi, berbagai macam rasa, dan juga berbagai macam respons ditunjukkan oleh konsumen!” jelas Liora.

Liora membuka lembaran demi lembaran dari laporan koresponden yang menilai bagaimana baiknya produk dari Triple-R.

“Katanya konsumen pertama, dia lebih suka Keripik Ubi, kurang suka rasa Keripik Tempe,” jelas Liora. “Banyak yang mengatakan Keripik Tempe kurang garing,” lanjutnya.

Sementara itu, Rio, Rian dan Rendy sedang menyimak penjelasan Liora sambil meminum segelas kopi.

“Aku tau apa penyebabnya, memang garing ini yang bermasalah, tapi rasa dari tempe itu sendiri yang kurang! Kita perlu menambahkan rasa pedas atau bahkan … Manis?” ungkap Rio.

“Baguslah, itu sih yang seharusnya dikatakan CEO kita, yakan!” seru Rian.

“CEO? Alah! Nggak ada begituan, kita ini bersama mengelola Triple-R Co. Hingga dikenal masyarakat Jayakarta dan sekitarnya!” sanggah Rio dengan menepuk pundak Rian.

Keempatnya bercanda ria, benar-benar sahabat dan kekasih yang begitu harmonis menjalin kerja sama.

“Oke, kita harus fokus ke depannya, nasib Triple-R Co. Ada di tangan kita!” pekik Rian dengan bersemangat.

**

Di rumah milik Rio, saat ini rumah yang begitu gelap dengan kesuramannya tersendiri, Rio sendiri sedang mengerjakan tugas dari sekolah.

Dari pintu depan, sebuah ketukan pintu cukup cepat membuat Rio terkejut dan langsung segera buru-buru pergi ke ruang tamu.

Mengintip dari kaca bulat di tengah pintu, dua orang polisi sedang menunggu dengan memegang selembar kertas.

Rio yang agak bingung mencoba membuka pintu sedikit dan segera berkata, “Ada apa, ya?”

“Anda keluar terlebih dahulu!” titah seorang polisi di bet namanya tertulis Rezaldi.

“Emm … Baik, Pak!”

Rio keluar, dia membuka lebar pintu rumah dan segera berdiri di hadapan dua orang polisi ini, di depan pintu pagar sendiri ada mobil polisi yang masih menyala.

“Ada apa, ya, Pak?” tanya Rio.

Petugas Rezaldi langsung membalikkan tubuh Rio dan menarik kedua tangannya ke belakang dengan cepat, memasangkan borgol dengan lihai.

“Hei, Pak! Ada apa nih?! Kenapa saya diborgol?!” seru Rio.

Sementara itu, polisi yang bernama Husni langsung menunjukkan lembaran kertas dengan kop surat resmi bahwa Rio ditahan atas penganiayaan dan pencemaran nama baik seorang pria.

“Heh! Apa maksudnya ini!” Rio langsung memberontak, tetapi dia lantas semakin ditahan oleh Petugas Rezaldi.

“Anda harus kooperatif, atau hukuman yang lebih tinggi akan menghampiri anda!”

Petugas Rezaldi membimbing jalan Rio, sementara itu Petugas Husni duduk di kursi kemudi, Petugas Rezaldi memasukkan Rio di bangku bagian tengah dan segera menjaganya.

“Apa-apaan ini? Saya salah apa, ‘kan peneror itu memang yang melakukan itu! Masa hanya diikat dan sempat dipukul saya dituduh penganiayaan!” seru Rio tak terima.

“Jelaskan itu dikantor!” balas Petugas Rezaldi dengan keras.

Rio pun hanya bisa terdiam, pikirannya mengembara ke dalam kegelapan, mendalami apa yang terjadi saat ini apakah ada sangkut pautnya dengan berbagai macam hal.

“Penyuapan?” gumam Rio.

“Diam saja anda!” seru Petugas Rezaldi.

Rio kemudian menutup matanya, mencoba menenangkan dirinya dari segala hal. Sekarang, dirinya setenang air, tetapi jika disentuh sedikit saja akan bergejolak begitu hebat.

“Uh ….”

Rio tiba-tiba merasakan tangannya kesemutan, ini perdana bagi dirinya diborgol dengan kencang hingga untuk berlari saja akan sulit atau bahkan berjalan karena tangan sebagai penyeimbang tidak berayun bebas.

Mobil berjalan ke kantor polisi, memarkirkannya di depan lobi, Rio segera digiring langsung masuk ke dalam ruangan interogasi untuk dimintai keterangan.

Di dalam ruangan interogasi, Rio dipertanyakan akan dirinya yang menahan peneror bernama Wijaya.

“Kenapa? Aku ‘kan menahannya karena dia membahayakanku duluan!” seru Rio.

“Jangan berbohong! Wijaya mengatakan dirinya ditahan karena hanya ingin bertamu!” ungkap Petugas Rezaldi dengan menunjuk Rio yang saat ini duduk.

“Anjing, ya! Sebodoh itu sekarang institusi kepolisian!” lirih Rio tak berdaya.

“Lebih baik kau mengaku! Ini sudah malam, saya malas berurusan dengan kau!” pekik Petugas Rezaldi.

“Saya bilang, saya hanya membela diri, apa salahnya membela diri jika dalam bahaya? Nanti saya mati baru kalian bergerak, gitu, hah?!! Polisi macam apa itu!!” Amarah Rio telah memuncak, hingga dirinya yang diborgol di meja interogasi menegang.

Tangannya hendak bergerak, Petugas Rezaldi sendiri agak terkejut dengan amarah Rio yang benar-benar memuncak, hingga dia segera memanggil petugas lain.

Datang Petugas Marhaban, dia segera membawa Rio dengan tubuhnya yang kekar untuk keluar ruangan dan membawanya langsung ke gedung penahanan yang mana dirinya langsung dimasukkan ke dalam ruang isolasi dengan borgol masih di tangannya.

“Bajingan kalian! Polisi gila, institusi gila! Semacam ini kah kalian memperlakukan terduga! Apa bukti kalian, sialan!” teriak Rio dengan begitu kesal.

Urat-urat di dahinya muncul, begitu menegang karena Rio sedang dalam amarah yang memuncak. Dirinya nyaris kehilangan akal sehat.

Rio yang kesal menghantam kepalanya ke pintu ruangan besi, pandangannya berkunang-kunang hingga akhirnya Rio kehilangan kesadaran.

“Brengsek … Kepolisian … Kalian ….”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!