Bab 12. Misi Keempat, Melarikan Diri!

Malam yang begitu gelap, seisi gedung tahanan tak ada pencahayaan, mungkin ada pencahayaan, hanya saja sangat minim hingga nyamuk dengan mudahnya mengembara.

“Akh! Nyamuk, di ruang isolasi lebih terang!” gumam Rio.

“Woooeee! Aku mau masuk ruang isolasi!” pekik Rio yang langsung membangunkan beberapa tahanan lainnya.

“Diam, brengsek!” seru para tahanan.

Situasi menjadi kurang kondusif, alhasil seorang petugas segera mendatangi sel tempat Rio berada dan langsung menyeretnya menuju ruang isolasi karena telah membuat keributan.

“Kau! Anak muda yang gila,” hardik seorang petugas kepada Rio yang didorongnya ke dalam ruang isolasi.

“Nah! Ini ‘kan terang juga tidak ada nyamuk, meski aku agak gila saat ini karena keluar masuk ruang isolasi,” gumam Rio.

Rio pun tidur telentang, menatap langit-langit ruangan, pikirannya mengembara tanpa henti, mencoba mencari cara untuk cepat keluar dari penjara ini.

[Sistem Ai menerbitkan misi baru!]

Rio langsung bangun seketika, dia mengedarkan pandangannya, dengan perasaan terkejut karena ternyata yang berbicara itu adalah entitas di dalam tubuhnya.

“Bikin kaget!” seru Rio.

Rio pun menatap layar hologram di depannya, beberapa kalimat menutupi layar persegi panjang tersebut.

[Misi Baru!]

[Melarikan diri dari penjara pada malam hari tanpa diketahui oleh petugas!]

[Sistem Ai juga memberikan kemudahan karena akan meretas jaringan komputer sehingga kamera pengawas tentu akan dimatikan.]

[Tuan diharapkan untuk menyiapkan beberapa hal, demi menunjang melarikan diri dari penjara!]

[Hadiah ketika Tuan menyelesaikan misi adalah saham dari PLN sebesar 10%!]

Rio yang membacanya pun berbinar, dia tentu senang, tetapi di satu sisi merasa dibohongi oleh sistem.

“Katanya besok diluncurkan! Ini … Terlalu cepat, ada yang aneh!” gumam Rio.

[Sistem saat tadi mengalami kerusakan, hingga pembaharuan dalam setengah jam membuat Sistem Ai menerbitkan misi lebih cepat dari rencana!]

“Loh, kok? Bisa gitu juga, sistem eror!” celetuk Rio dengan senyuman tipisnya.

“Ya sudah, besok saja aku lakukan, sekarang mana bisa, ruang isolasi ini terlalu tertutup, dinding yang tebal, tentu sulit!” gumam Rio.

Rio pun memilih kembali berbaring dan mulai mengembara di alam mimpi, Rio telah tertidur pulas dalam waktu yang singkat.

**

Di sebuah rumah yang cukup ramai, terjadi perdebatan di sana yang mengakibatkan beberapa barang beterbangan.

“Rian! Sudahlah! Liora itu wanita!” seru Rendy yang mendorong Rian.

“Mau bagaimana lagi, aku jengkel dengan Liora, dia terlalu menganggap enteng Rio yang hilang dua hari ini!” seru Rian.

“Aku tahu, Rian! Aku tahu, tapi sekarang kita harus berpikir rasional, apalagi kau mau menyakiti kekasihnya Rio! Bisa mati kita, apalagi dengan ada sistem pada tubuhnya!” pekik Rendy dengan amarah yang memuncak.

“Hiks … A–Aku … A–Aku tidak menganggap enteng! Hiks … Kalian tahu, di dalam hatiku sangat khawatir!” Liora sembari tersedu-sedu, berdiri mengelap air matanya.

“Khawatir apa?! Kau Cuma asyik bermain dengan geng wanitamu itu!” pekik Rian sambil menunjuk Liora.

“Anjing, kau, Rian! Tenang! Tanpa berpikir rasional, kita malah menjadi terpecah belah! Aku khawatir, tapi tentu hidupku bukan hanya mengkhawatirkan Rio! Aku sahabatnya, aku memang khawatir saat ini, jadi tolong tenang saja!” jelas Rendy sambil meninju tembok di sampingnya, tak peduli tangannya terluka.

“Akh! Sialan, aku akan mencarinya tanpa henti!” seru Rian.

“Jangan, Rian! Jangan, lebih baik kita segera–”

“Segera melaporkannya ke kepolisian katamu, Ren? Kepolisian itu biadab, mereka Cuma tau uang dan apa yang kita minta tak akan dilakukan!” sela Rian yang memotong kalimat Rendy.

Ketiganya begitu emosi, ini adalah rumah milik Rio yang mereka acak-acakan tanpa memikirkan keadaannya lagi. Lagi pula ketiganya telah berperang adu mulut sejak sehari Rio hilang tak diketahui.

“Ya, kita juga tidak bisa ambil tindakan sendiri! Kalau Rio diculik, gimana?” Amarah Rian semakin memuncak, urat-urat di leher menegang.

“Cukup, cukup! Kalian berdua bersahabat! Cukup sudah, aku … Aku capek!” seru Liora dengan teriakkan melengking.

“Ta–Tapi, kan’, Liora! Rio itu sudah menghilang dua hari ini!” pekik Rian.

“Aarrghh! Cukup, Rian!” Rendy langsung menyergah Rian dan meninju sudut bibir dengan keras.

Rian jatuh tersungkur sambil memegangi mulutnya yang berdarah, dia meludahnya dan segera berdiri dengan gontai.

“Haaa … Ma–Maaf, aku … Ah … Terima kasih, Ren, sudah menyadarkanku!” lirih Rian sembari menunduk.

“Nantilah, sekarang kita harus membereskan kekacauan ini! Aku capek, jadi kalian berdua yang urus!” titah Liora dan langsung mengambil posisi duduk di sofa.

“Li–Liora … Kenapa?!” tanya serentak Rian dan Rendy.

“Kalian yang mengacaukannya, aku capek menangani kalian,” balas Liora tanpa berbelas kasihan.

Akhirnya, perdebatan di dalam rumah Rio berakhir dengan ketenangan yang tiada tara, begitu sepi tanpa sepatah kata pun, hanya bunyi perabotan yang diperbaiki posisinya.

***

Pagi yang cerah, awan saja sama sekali tak terlihat, di sebuah lembaga permasyarakatan, gedung utama para tahanan, mereka segera dibangunkan untuk melakukan aktivitas seperti berbaris untuk diberikan arahan.

Rio yang dikeluarkan dari ruang isolasi bernapas lega, pada hari ini adalah aksinya untuk menyelesaikan misi dari sistem.

Sebelumnya, Rio memiliki rencana untuk kabur, hanya saja kurang dukungan dari sistem, sekarang, sistem mendukungnya dengan meretas jaringan komputer sehingga kamera pengawas akan membeku seperti rekaman mati tanpa merekam Rio yang bergerak.

“Oke, aku akan beraksi, seharusnya ada peniti bisa kutemukan di ruang perpustakaan penjara, di sana pasti ada sesuatu yang berguna macam peniti,” gumam Rio.

Selesai melakukan aktivitas pagi, para tahanan diberikan waktu bebas selama satu jam, terserah mau melakukan apa, yang pasti jangan coba-coba mencari masalah.

Rio menuju perpustakaan, itu sebagai ruang hiburan para tahanan, di dalam perpustakaan yang sudah sangat berdebu ini, banyak buku-buku cerita penenang jiwa.

Rio menatap sudut-sudut kamera pengawas, menurutnya ada satu sisi yang dirinya tak akan terekam oleh kamera.

“Ini sudut yang pas, terlalu sudut dan tentu bagian buta dari kamera,” gumam Rio.

Dia segera melakukan aksinya, mencoba mencari benda yang menurutnya keras untuk dibuat sebuah kunci darurat, atau bahkan kunci itu sendiri bisa saja terselip di antara buku.

Lama mencari sekitar lima belas menit, Rio mendapatkan keberuntungannya, sebuah kunci usang yang menurutnya akan cocok dipakai pada ruangan selnya.

“Sistem Ai, kuharap kau membantuku sebentar malam!”

[Sistem Ai akan selalu membantu Tuan! Sistem ada berkat tekad dari Tuan!]

Rio tersenyum dan segera keluar dari perpustakaan, sebelumnya berpamitan pada seorang wanita tua penjaga perpustakaan.

“Pemuda sembrono, ya? Aku … Terlalu tua untuk bertindak, biarkan pemuda ini  mencari jalan takdirnya sendiri,” gumam wanita tua itu.

Rio yang sudah cukup bersemangat segera kembali ke ruang selnya dan menunggu malam hari.

***

Malam yang begitu gelap, sesosok bayangan bergerak cepat melewati tiap pintu yang terbuka, begitu lihai tanpa ketahuan siapa pun.

Sosok bayangan yang bergerak dalam kegelapan ini adalah Rio, dia yang telah menghafal seluk-beluk gedung tahanan dan area sekitarnya dengan mudah menuju salah satu tembok belakang.

“Huh! Kunci itu berhasil, nah, tembok usang dengan banyak celah ini akan aku manfaatkan untuk memanjatnya!”

Rio dengan lihai, menggunakan status dirinya yang terbilang lemah, beruntungnya dia memiliki tingkat keberuntungan tinggi yang membuat dirinya dengan sebuah kata beruntung mampu memanjat dinding.

“Ah! Mantap!” Rio mendarat dengan mulus, itu berkat keberuntungan tingginya.

“Lari!” serunya pelan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!