Rio yang saat ini mengurung diri di kamarnya hanya bisa terus memikirkan satu hal, pria bernama Romi Dewanto yang sepertinya adalah oknum yang mencoba membuatnya terlalu berpikir akan hal ini.
Rio yang mengembara begitu lama pada pikirannya menemukan satu titik terang yang menurutnya masuk akal, sepertinya kepolisian mencoba membuat Rio merasakan perasaan bersalah dan melakukan segala hal demi menjebaknya.
Rio juga berpikir bahwa ini pasti ada sangkut-pautnya dengan Mafia Garuda yang membahayakan hidupnya saat ini. Dia telah membuat Mafia Garuda bangkit dari tidurnya, menciptakan perasaan ketakutan amat mendalam pada benaknya.
“Sial, kenapa aku sekhawatir ini? Sahabat dan kekasihku apakah harus tahu? A–Aku sebenarnya banyak memiliki kesalahan!”
Rio menatap langit yang kelabu, hatinya begitu khawatir jika terjadi sesuatu pada sahabat maupun kekasihnya.
“Ke–Kenapa juga aku beritahu sistem? Apakah aku terlalu naif, percaya mereka? Tapi ‘kan mereka juga memercayaiku, proses timbal balik ini yang kupikirkan!”
Rio menunduk dalam posisi duduknya yang melihat lututnya ke arah dada dan memeluknya, Rio tenggelam dalam kekhawatiran atas sahabat dan kekasihnya yang sewaktu-waktu bisa saja dalam bahaya.
Bahaya terus mengintai dari balik bayang-bayang, Rio merasa bahwa semua yang dijelaskan kepada sahabat dan kekasihnya tentang sistem dan segala macam ini adalah yang membuat mereka akan dalam dekapan bahaya.
Penyesalan benar-benar selalu datang terakhir, Rio menyesali dirinya yang membongkar semua rahasia tentang sistem kepada sahabat maupun kekasihnya.
“Sialan! Aku … Maafkan aku!” pekik Rio dengan mengacak-acak rambutnya.
[Tuan harap tenang! Semua itu perlu proses!]
“Diam kau! A–Aku tidak ingin mendengar suaramu! Kau … Kau membuat hariku semakin kelam! Pe–Pergi kau!” Rio yang benar-benar tak terkendali mulai mengacak-acak kamarnya.
[Sistem Ai tercipta dari penyesalan Tuan yang tak dapat menjaga kedua orangtuanya! Sistem Ai adalah sebuah proses pendewasaan dari Tuan, Sistem Ai adalah jati diri Tuan sendiri!]
“Jati diri apa! Kau itu Cuma alat, alat yang membuat semua ini semakin rumit saja!” pekik Rio.
[Sistem Ai paham, paham akan kepribadian Tuan yang berubah sejak kematian orangtuanya Tuan! Sistem Ai datang demi membawa Tuan pada sebuah kesuksesan demi meraih tujuan Tuan!]
“Tujuan? Ya, tujuanku sekarang berubah! Aku … Ingin … Mati!”
[Jangan, Tuan! Sistem Ai akan terus membimbing Tuan menuju proses pendewasaan, sifat Tuan akan benar-benar berubah, sifat naif Tuan akan menghilang dengan sendirinya!]
“Jadi kau mengungkap kalau aku memang naif karena memberitahu tentang kau pada sahabat dan kekasihku?!”
[Menurut pendataan Sistem Ai, itu adalah proses di mana Tuan mencoba membela diri dari kesendirian, meski memiliki sahabat maupun kekasih, Tuan selalu saja diam-diam menyimpan beban berat di pundak!]
Rio pun menjadi tersadar dari amarahnya yang memuncak, dia yang awalnya mencoba menyimpulkan semua ini karena memang keberuntungannya sangat rendah, semalam saja dia beruntung mungkin saja itu adalah keberuntungan seumur hidupnya.
[Meski dalam pendataan, Tuan memiliki keberuntungan sangat rendah, Tuan bisa saja mengubah data itu menjadi beruntung tingkat tinggi! Semua dapat berubah seiring Tuan melangkahkan kakinya ke jalan takdir yang dipilih!]
“Sepertinya kau benar, Ai, aku terlalu tersulut emosi dan menjadi tidak berpikir rasional,” gumam Rio.
Rio yang membaringkan tubuhnya tiba-tiba terkejut ketika menyadari pintu keluar rumahnya berbunyi seperti sedang dibuka.
‘Pencuri?’ pikir Rio.
Rio yang tidak ingin kejadian penuduhan pada dirinya terjadi lagi, sekarang dia akan melakukan perekaman secara sembunyi-sembunyi agar jika terjadi hal seperti sebelumnya, pasti akan ada pembelaan.
Rio berjalan keluar dengan tongkat baseball di depan tubuh, mengintip, dirinya mendapati Rian, Rendy dan Liora sedang berdialog yang begitu terasa penting.
Rio membuka pintu kamarnya, dia segera menyapa sahabat dan kekasihnya dengan cukup ramah sambil melempar tongkat baseball ke atas kasurnya.
“Ka–Kalian!”
“Huh? Rio?!” seru serentak Rian, Rendy, dan juga Liora yang langsung menyergah Rio.
“Dari mana kau sih? Kau tau, kita ini khawatir, kami pikir kau diculik!” seru Liora sambil memeluk Rio dengan hangat dan menangis tersedu-sedu.
“Rio! Aku tanya jujur, kau dari mana?” ucap Rian dengan tegas.
“Emmm ….” Rio menjadi ragu, apakah ingin menceritakan semuanya atau tidak.
“Ayolah, Rio! Jangan ragu, kami ini sahabatmu sejak kecil, kami akan mempercayai semua perkataanmu, bahkan jika kau menyuruh kami tutup mulut, kami bisa!” seru Rendy setelah melihat keraguan dari mata Rio.
“Rio, aku memercayaimu, sebaliknya, percayalah sahabatmu ini, kami khawatir ketika kehilanganmu! Triple-R tanpamu terasa hampa!” jelas Rian sambil memegang pundak Rio.
Liora yang telah melepas pelukannya hanya bisa terdiam untuk saat ini, dia lebih memilih tiga sahabat ini yang saling berbicara dan melontarkan rahasia atau beban berat mereka.
“Rio, ada apa sebenarnya? Apa … Sistemmu menyuruhmu untuk mati?” celetuk Rian tanpa merasa bersalah.
“Heh, bodoh! Mana ada entitas yang ingin mencoba mengubah nasib Rio malah ingin Rio mati?!” seru Rendy langsung menjitak kepala Rian.
“Aku tahu kepercayaan kalian begitu tinggi padaku, aku juga memercayai kalian, tapi … Rasanya berat mengungkapkan hal ini pada kalian,” jelas Rio yang akhirnya buka suara.
“Ah! Aku tau masalahmu, apa jangan-jangan karena peneror waktu itu?!” seru Rian.
Rio hanya bisa terdiam, dirinya yang mencoba mengelak pun tak bisa karena firasat dari Rian selalu mampu menebak apa pun masalah baik dari Rio atau pun Rendy. Ini adalah firasat seorang sahabat yang sudah bertahun-tahun lamanya bersama.
“Rian, kau itu menyebalkan, tapi di satu sisi paling peka di antara kami berdua, semua masalah baik aku dan Rio, kau bisa tebak,” jelas Rendy.
Kemudian, Rian dan Rendy pun menatap penuh pertanyaan kepada Rio yang hanya terdiam. Akhirnya, Rian secara jelas menyimpulkan bahwa semua hal yang terjadi kepada Rio ada sangkut-pautnya terhadap peneror yang dibekuk oleh Rio.
“Rio, jelaskan, aku, Rendy dan Liora ingin tahu itu, kami … Kami akan mendukungmu dengan kepercayaan buta kami! Kepercayaan ini sudah sebuta itu padamu, masa kau tidak menjelaskannya!” jelas Rian sambil duduk di sofa dan memegangi kepalanya.
“Kalian ….” Rio menatap nanar kepada Rian, Rendy dan juga Liora.
Apa yang dirasakan oleh Rio adalah perasaan di mana ada fluktuasi emosi hangat yang mampu membawa Rio ingin segera menjelaskan semuanya kepada Rian, Rendy dan juga Liora.
“Begini, kau langsung mengungkap sistem itu tepat sekitar sehari atau kurang sejak kau mendapatkannya, kau sepercaya itu pada kami, ‘kan?” ucap Rian sambil menatap lekat ke arah Rio. “Bagaimana dengan ini? Apa kau sudah tak percaya kami?” lanjutnya.
“Kami bukan ingin menyudutkanmu, tapi itu karena kepercayaanmu saat itu benar-benar membuat kami terkesan, kita bertiga bertemu saat berusia enam tahun, mulai saat itu kita berbagi pengalaman dan keluh kesah anak-anak kecil dulu,” sahut Rendy.
“Aku tau, Rian, Rendy, tapi ini sebuah hal yang sulit aku katakan! Entah mengapa jika aku katakan, kalian semua dalam bahaya besar!” jelas Rio.
“Oke, baik jika kau tidak mau, tapi … Kami selalu terbuka untukmu, kami akan selalu memercayaimu, bagaimana pun keadaannya!” jelas Rian sambil membuka kedua tangannya menghadap Rio.
Rio pun maju dan segera kedua berpelukan, begitu hangat, ada kesan persahabatan yang kental di antaranya.
“Begini, Rio, kenapa kau percaya aku yang baru dua tahun bersamamu? Kau juga menjelaskannya padaku, ‘kan?” sahut Liora.
“Emm … Begitulah, aku waktu itu sangat naif, sekarang, aku mencoba untuk sekuat tenaga tak melibatkan kalian,” jelas Rio. “Jika terpaksa, aku akan mencoba perlahan menjelaskan masalah ini, tetapi akan ada waktunya!” lanjut Rio.
“Terserah padamu, Rio, kami selalu percaya dan mendukungmu!” seru Rian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments