Suatu pagi yang kelabu, bagai hati seorang pemuda yang terus mengitari jalanan kompleks demi menenangkan diri dari pikiran yang memberatkan tubuhnya.
Sekitar tiga puluh menit tanpa henti, Rio menghentikan motornya di taman kompleks, memilih menenangkan diri sembari melihat pepohonan yang bergoyang tertiup angin.
Duduk di bangku taman, Rio merentangkan kedua tangannya sembari bersandar ke sandaran bangku, kepalanya mendongak ke atas, melihat burung yang sedang membuat sarangnya di dahan pohon.
“Moga kalian aman, ya, burung-burung kecil!”
Menghembuskan napas yang panjang, Rio hanya bisa berperilaku seakan memiliki banyaknya beban di pundak. Perubahan itu sulit diterima olehnya.
“Rio! Ternyata kau di sini!” Sebuah suara keras membuat Rio merespons.
Rio menengok ke kanan, dari sana Rian dan Rendy sedang berjalan memakai pakaian olahraga, keduanya kemungkinan akan berolahraga di taman.
“Kau belum masuk sekolah hari ini?” tanya Rian.
“Begitulah, aku masih malas, terlalu berat menerimanya,” jelas Rio.
Rian pun langsung memasang tempat duduk di samping Rio, sementara itu Rendy tetap berdiri di depan keduanya.
“Gini, Rio! Aku punya saran, coba tenang dan lupakan sejenak agar bebannya bisa perlahan hilang!” ungkap Rian.
“Nggak bisa, Rian! Nggak bisa, aku benar-benar berat! Lagi pula anak mana yang tak sedih orangtuanya tewas gantung diri gitu!” pekik Rio.
“Kau tahu! Aku rasa ada yang janggal! Orangtuaku itu peneliti di laboratorium, mungkin saja karena penelitiannya yang berbahaya, mereka diperintahkan bunuh diri!” lanjut Rio sambil berdiri.
Posisinya tampak frustrasi, mengacak-acak rambutnya. Kondisi ini membuat Rian dan Rendy hanya bisa terdiam sembari menunduk lesu. Sahabat keduanya telah benar-benar sulit untuk menerima kondisi ini.
“Anu … Tapi aku ada sesuatu yang harus dikatakan! Panggil Liora, ke rumahku kita!”
Rio dengan cepat mengambil smartphone nya dari sakunya, menelepon Liora dan segera memerintahkannya untuk ke rumah.
“Bagus! Ayo cepat!” Rio menjadi tergesa-gesa.
Dalam perjalanan menggunakan motornya diikuti Rian dan Rendy yang berboncengan, Rio tiba-tiba di hadapannya muncul layar hologram yang mengejutkan dirinya hingga mengerem mendadak.
“Woy, Rio! Hati-hati, jangan mengerem mendadak!” pekik Rian.
“Alah! Diam saja kau! Akan aku jelaskan kejadian rem mendadak ini ke rumah!”
Sekitar lima menit kemudian, Rio dan dua sahabatnya ini telah sampai. Rumah yang baru ditinggal sehari seperti berubah untuk auranya, terasa berat.
“Masuk! Ke kamarku langsung!” titah Rio, sembari memarkirkan motornya.
Rian dan Rendy masuk, mereka secara refleks mengusap tengkuk.
“Apa? Merinding? Sudah, biarkan saja, mereka jagain itu!” ucap Rio mencoba untuk tak peduli dengan perasaan tersebut.
Ketiganya masuk ke kamar Rio yang berada di bawah tangga menuju lantai dua. Rio mengambil kursi dan menyuruh sahabatnya duduk.
“Tungguin Liora, capek jelasin lagi ke dia,” jelas Rio.
Menunggu sekitar tiga puluh menit, Liora yang ditunggu-tunggu akhirnya datang.
“Masuk, Ra! Langsung ke kamar, ada Rian sama Rendy ini!”
Berkumpul di kamar Rio, semuanya menatap tegang ke arah Rio yang duduk di pinggiran kasur.
“Jelasin maksudmu, Rio!” seru Rian tak sabar.
“Gini, kalian percaya hal yang terasa mustahil?”
“Mustahil? Maksudmu gimana?” tanya Rendy, dan langsung berdiri.
“Yaaa … Semacam kekuatan gitu?” ucap Rio dengan memalingkan wajahnya. “Kalian pernah baca novel di platform biru itu? Ada judul novel tentang sistem-sistem gitu!”
Rian dan Rendy langsung berpandangan. Raut wajah mereka ada kesan aneh, antara terkejut atau bahkan canggung dengan keadaan ini.
Sementara itu, Liora hanya memiringkan kepalanya, tentu bingung apa maksud tiga bersahabat ini. Liora adalah gadis yang tidak terlalu suka membaca novel aneh, begitulah dia.
“Jangan-jangan …” ucap Rian.
“Benar, sistem yang bernama Sistem Kekayaan Dunia tiba-tiba muncul saat aku mau bunuh diri karena begitu depresi saat melihat orangtuaku tewas tergantung!”
Rio menjelaskan semuanya, sistem ini juga secara jelas menunjukkan wujudnya kepada ketiganya.
Sementara itu, misi pertama telah diluncurkan. Hal ini yang membuat Rio terkejut saat perjalanan menuju ke rumah.
[Misi Perdana diluncurkan!]
[Tuan diminta membuat suatu produk demi menunjang bagaimana performa Tuan, dan menjadi tolak ukur dalam sistem memberikan misi ke depannya!]
[Semakin berambisi, semakin banyak berubah misinya nanti!]
[Hadiah akan diungkap jika Tuan telah menyelesaikan pembuatan produk yang dapat diterima oleh masyarakat khususnya teman sekolah Tuan!]
“Wah! Itu, ya! Yang buat kau mengerem mendadak tadi!” seru Rian.
Mereka berempat berpikir cara penyelesaian misi ini, lagi pula keempatnya masih awam tentang sistem, jadi setidaknya bekerja sama demi mencapai kesuksesan besar.
“Keripik,” celetuk Rendy. “Ah! Iya, gimana kalau keripik pisang! Itu ‘kan lagi hangat-hangatnya di teman sekolah! Kantin saja kehabisan stok keripik pisang!” lanjut Rendy sambil duduk secara cepat.
Pikiran tiga orang lainnya pun terbuka, lantas ide yang dicetuskan oleh Rendy langsung segera dibuat dan dirangkai.
Pertama, dari jenis keripik pisang yang bagaimana diproduksi, kemudian yang paling utama adalah rasa yang disuguhkan.
Setelahnya, desain bentuk keripik pisang, entah itu bulat atau segitiga atau bahkan persegi. Semuanya diperhitungkan agar menarik minat pembeli.
Selesai berbicara tentang makanannya, keempatnya berbicara tentang kemasan yang akan dibentuk bagaimana.
Untuk sementara membeli dari toko, kemudian diberikan logo yang Rio buat segera menggunakan laptop miliknya.
Desain logo, karena akan memperbesar tiga serangkai, maka Triple-R dengan beberapa produk makanan hingga barang melayang di sekitar logo futuristik disematkan.
“Liora, ini nggak ada tentang kau, nggak apa?” tanya Rio.
“Hm … Tak apa,” jawab Liora sembari memalingkan wajah.
“Bahaya! Kode merah! Wanita yang badmood!” seru Rian.
Lantas Rio langsung mengedit logonya dengan gambar dua dimensi dari Liora, dibuat kesan seperti animasi kartun yang memegang tulisan Triple-R.
Setelah masalah logo selesai, sekarang ada pencarian bahan.
Dua hari penuh keempatnya bekerja sama dalam mencari bahan yang akan digunakan dalam produksi keripik pisang rumahan mereka.
Dalam dua hari penuh itu, koordinasi dari mereka perlu dipikirkan, jangan sampai ada yang terlewat atau bahkan kelebihan karena akan rugi.
Uang sebesar Rp 200.000,00 ludes demi mencari segala bahan untuk kepentingan produk.
Hari ketiga, keempatnya langsung segera memproduksi keripik pisang dengan memotong tipis-tipis pisang dan dibentuk segitiga, persegi dan juga bentuk hati demi menarik minat pembeli.
Dilumuri dengan sedikit gula dan garam, dimarinasi beberapa menit, keripik itu digoreng hingga kecokelatan.
Dalam jumlah besar, cairan karamel yang telah disediakan segera dilumurkan kepada keripik pisang tersebut.
Tunggu dingin, proses pengemasan dilakukan, setiap bungkus seberat 150 gram, hingga terkumpul sebanyak 20 bungkus yang akan dihargai Rp 10.000,00.
“Wah sebanyak ini, ya! Yok! Ke sekolah, dah jam 06.29!” seru Rendy.
Proses itu dari pukul 04.00, benar-benar sulit keempatnya demi mengumpulkan kesuksesan tersebut.
“Gas! Sekolah!” pekik Rian sambil membawa bungkusan plastik yang berisi lima kemasan keripik pisang.
“Masing-masing megang lima, tawarkan ke siapa pun!” jelas Rio.
“Aku tawarin ke geng para wanita, hehe~ siapa tahu suka!” ungkap Liora.
[Misi 80% selesai. Tersisa persentase untuk penjualan!]
“Ayah, ibu, Rio akan mencoba menyisihkan kesedihan tentang kalian, ini lebih penting untuk menunjang kehidupanku selanjutnya!” gumam Rio dengan tekad yang perlahan terbentuk untuk menyisihkan masalah kesedihan tentang kedua orangtuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
????
naif..sepercaya nya pada orang juga ada saat nya sesuatu yg ga boleh di ceritain
2023-02-28
1
glanter
lanjutkan....jgn terlalu lama up....
2023-02-18
5