Suatu pagi yang cerah, empat murid sedang menjajakan hasil produksi keripik pisang milik mereka.
Mereka beberapa kali masuk ke kelas saat jam istirahat, hingga sekitar lima belas menit waktu istirahat, jualan berjumlah dua puluh bungkus itu ludes terjual.
Banyaknya konsumen membuat Rio, Rian, Rendy dan Liora agak kesulitan menerima berbagai permintaan lagi.
Mereka yang sudah merasa produk Triple-R langsung segera meminta produk itu lagi, Rio tentu senang, kedua sahabat dan juga kekasihnya pun tak kalah senang.
“Waaahh! Habis juga!” seru Rio begitu senang.
“Mantap sih! Ya, Cuma kembali modal, tapi ‘kan kalau kita buat total pesanan tiga puluh tujuh bungkus lagi, sudah untung sekali kita!” ungkap Liora dengan melompat senang.
Keempat murid ini ada di taman sekolah SMA Jayakusuma, mereka sedang membahas pesanan sebanyak tiga puluh tujuh bungkus.
“Kita perlu beli minyak, kemudian … Pisang dan juga gula sih untuk proses karamelnya!” jelas Rendy sambil mencatat.
“Minyak, Rp 15.500,00, kemudian pisang kita beli Rp 30.000,00, gulanya dua kilo seharga Rp 34.500,00.” Rio menjelaskannya. “Total Rp 80.000,00, terus berarti pendapatan bersih untuk tiga puluh tujuh pesanan besok itu sekitar Rp 290.000,00!”
“Mantap! Kita siap-siap dari sekarang aja yok!” seru Rian.
“Mana bisa! Ini masih sekolah cok!” pekik Rio.
Mereka pun tertawa bersama. Di tengah mereka sedang tertawa, Rio mendapatkan notifikasi dari sistem miliknya.
“Eh! Ges! Ada notif sistem!” ucap Rio.
Rio pun menunjukkan layar hologram itu pada dua sahabat dan kekasihnya tersebut. Mereka membacanya secara saksama.
[Misi selesai! Hadiah dari Sistem Kekayaan Dunia, sejumlah Rp 100.000.000,00!]
“N–Nolnya! Nolnya!” Rian berdiri, begitu gugup.
“Anjir! Se–Seratus juta!” Rendy berseru senang.
“Mantap! Aku traktir, ya!” ucap Rio.
Ketiganya pun berseru senang di tengah taman yang ada beberapa murid sedang bersantai di bawah pohon rindang.
“Kita dikira gila! Sudah, diam woy!” seru Rio.
Mereka berempat pun membubarkan diri.
Rio, Rian dan Liora bersama menuju kelas XII-A, sedangkan Rendy menuju kelas sebelah XII-B. Lagi pula waktu istirahat pun telah usai sekitar dua hingga tiga menit lalu.
“Pulang langsung ke rumahku!” ucap Rio kepada Rendy yang masuk ke kelas sebelah.
Sedangkan, Rio, Rian dan Liora pun masuk bersamaan ke dalam kelas. Di dalam, sudah menunggu Pak Guru Doni, salah satu guru Killer di sekolah SMA Jayakusuma.
“Euum … Siang, Pak!” ucap Rio cukup canggung.
“Terlambat dua menit empat puluh detik!” seru Pak Doni.
“Yaaa … Ini, Pak!” Rio menghampiri kursinya dan langsung mengambil sebungkus keripik pisang Triple-R.
Rupanya, Rio sudah membuat keripik pisang tambahan, jadi total dua puluh satu pagi tadi mereka produksi.
Rio memberinya kepada Pak Doni. Pak Doni yang mendapatkan sebungkus keripik pisang itu pun menatap tegas ke arah Rio.
“Mau menyogok kamu, ya?”
“Nggak, Pak! Anu … Itu sengaja saya sisihkan untuk Bapak! Produksi keripik pisang Triple-R kami bertiga, dengan Rendy di kelas sebelah!” jelas Rio.
“Wah! Jadi pelajaran Kewirausahaan dari saya sudah cukup kamu lakukan!” ucap Pak Doni.
“Bukan hanya saya, Pak! Ada Rian, Liora sama Rendy di kelas XII-B!”
“Iya, saya tahu!”
Akhirnya, Rio, Rian dan Liora dibebaskan dari hukuman terlambat sekian menit tersebut. Pak Doni juga sekitar lima menit menikmati keripik pisang itu, wajahnya begitu enak dilihat saat menikmati lezatnya Keripik Pisang Triple-R.
“Enak juga, ya! Besok Bapak pesan tiga bungkus!” tutur Pak Doni sambil segera berdiri dan hendak mengambil spidol.
“Hari ini kita belajar … Sejarah!”
***
Pelajaran yang cukup berat dilewati oleh murid-murid SMA Jayakusuma, meski begitu, banyak juga murid yang merasa senang karena mereka bisa melewati hari berat itu dengan cukup perjuangan.
“Ges! Kita ke rumahku!” ucap Rio.
Rian dan Liora menganggukkan kepalanya, mereka akan segera menyiapkan semuanya untuk besok.
Sementara itu, Rendy datang dan segera ikut serta dalam diskusi tersebut. Mereka berniat untuk segera mengolah pisang itu.
Semua itu dilakukan agar esok hari, tersisa proses penggorengannya dan juga pengemasan kedap udaranya yang terbilang 30 menit hingga 1 jam saja.
“Anu … Patenkan logo dan merek yok?” ucap Rio.
“Ah, iya! Kita harus patenkan!” sahut Rian dengan antusias.
“Langsung ke pengurusan Hak Kekayaan Intelektual sekolah!” ucap Liora.
Keempatnya pun pergi ke gedung HAKI Sekolah, yang mana mengurus beberapa hak cipta dari ciptaan murid-murid sekolah ini.
“Bayar loh! Kalau nggak salah dua ratus ribu!” jelas Rendy.
“Gampang! Kartu ATM dari sistem sudah muncul nih!” jelas Rio.
Rio menunjukkan kartu ATM berwarna perak yang tiba-tiba muncul di saku seragamnya.
“Wah! Main gesek-gesek neeeh!” celetuk Rian sambil merangkul Rio dengan manja.
“Oy! Lepasin, dikira kita berdua–”
“Cok! Ah! Aku juga ngeri kalau gitu!” Rian buru-buru melepas rangkulan manja miliknya.
Keempatnya dengan segera pergi ke gedung HAKI Sekolah, ketika sampai di sana, gedungnya terdapat beberapa murid yang sedang menunggu pendaftaran milik mereka.
Rio, Rian, Rendy dan juga Liora terpaksa menunggu sekitar satu hingga nyaris dua jam di sana untuk mengurus hak paten logo dan merek produk mereka.
Atas nama keempatnya, logo dan merek itu akhirnya selesai dan telah mendapatkan hak paten, jikalau sewaktu-waktu ada yang menirunya, maka sang peniru akan mendapatkan hukuman atas hak paten.
“Oke! Kita akan teruskan produksi, kalau bisa aku akan cari orang untuk bantu kita, atau bahkan buat gedungnya saja sih!” ucap Rio.
“Itu masih, jauh, Rio! Nanti aja, sekarang kita produksi pelan-pelan, batas maksimal pemesanan kita pakai lima puluh bungkus saja kalau misalkan kesusahan!” jelas Rian.
“Oke kalau begitu!”
Keempatnya pun bersama menuju rumahnya Rio. Mereka di sana akan membahas berbagai macam masalah tentang produk yang akan mereka teruskan demi membuat perusahaan dengan nama brand Triple-R terbesar.
Di rumahnya Rio, keempatnya dengan segera membahas yang memang harus mereka bahas. Seperti berbagai macam bahan untuk kombinasi atau beberapa hal menyangkut pemasaran.
“Besok, kalian datang juga jam lima pagi!”
“Aman! Yang penting mah ada cuan ngalir!” celetuk Rian.
“Cuan, cuan, cuan! Pwe! Mikir aja terus cuan!”
“Aelah! Nggak cuan, nggak hidup, bro! Gini-gini, hidup juga butuh cuan, yakali kagak!” balas Rian dari tanggapan Rio sebelumnya.
“Ada cuan, tapi kalau hidup tidak berbagi ke sesama mah apa daya!” sahut Liora.
Keempatnya saling melempar tanggapan, di tengah situasi yang semakin panas, tetapi tetap saja mereka masih bisa solid tanpa saling merendahkan satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments