Sistem Kekayaan Dunia

Sistem Kekayaan Dunia

Bab 01. Hari yang Sial

Pagi yang cerah dengan awan bergelombang begitu tebal bagai kapas.

Pagi ini, orang-orang pergi bekerja, beraktivitas sesuai apa yang mereka tuju nantinya. Ada yang kesal, ada yang senang, berbagai macam sikap ditunjukkan oleh mereka.

Pagi ini juga, seorang pemuda yang memakai seragam sekolah hendak berjalan keluar rumah demi mengendarai motor.

“Bu! Rio pergi dulu, mau terlambat nih!” seru pemuda itu yang bernama Rio Dewantara.

Rio, pemuda tinggi tegap dengan rambut hitam acak-acakan, mata yang segelap malam, wajah tampan dengan alis tipis, mata yang tak begitu besar, mulut yang tipis menyulam senyum pesona.

Seragamnya yang berwarna putih dengan blazer hitam, celana hitam, memakai dasi panjang. Begitu rapi, sikap dari anak teladan yang memang harus dicontoh oleh banyak pemuda di luar sana.

Dari dalam rumah, sepasang suami istri yang tampak serasi memakai seragam laboratorium mengiringi keberangkatan Rio menuju sekolah.

“Hati-hati bawa motornya, batas kecepatan 50 Km/h!” seru pria yang bernama Deny Dewantara.

“Iya, Ayah!” jawab Rio kemudian menaiki motornya.

Motor matic keluaran beberapa tahun lama digebernya dengan kencang demi memanasi mesin agar bisa lebih baik performanya nanti.

Memundurkan motor, Rio berputar dan segera menekan klakson, setelahnya melajukan motor di tengah jalanan kompleks yang mulai ramai dengan kegiatan masyarakat.

Rio melaju hingga tembus ke jalan raya, meninggalkan kompleks perumahannya. Angin sepoi-sepoi menghantam wajahnya, karena helm miliknya tak memiliki kaca pelindung.

“Waah … Sudah jam 06.50, bentar lagi ditutup gerbang!” gumam Rio sembari melihat jam tangannya.

Rio menambah kecepatan hingga menyentuh angka 50 Km/h, bahkan melewatinya dengan cepat. Membuat Rio meliuk-liuk di antara kendaraan bermesin lainnya yang mulai memadati jalanan.

Sementara itu, di rumah keluarga Rio, kedua orangtuanya sedang bersiap menuju laboratorium swasta demi melanjutkan eksperimen yang mereka ciptakan.

“Bunda, Ayah kamar kecil sebentar!”

“Aiish! Kebiasaan deh! Buang air besar mulu!”

Meninggalkan sepasang suami yang berdebat tak henti-hentinya, Rio yang saat ini tak lama lagi sampai di sekolahnya harus merasa aneh dengan jalanan yang semakin lengang.

“Hari Senin, masa’ sepi gini?” Rio bermonolog.

Memiliki pikiran yang seharusnya mengganggu, Rio memilih untuk semakin melajukan motornya demi memperkecil jarak dengan sekolahnya juga semakin cepat.

Hingga sekitar 3 menit dari melajukan motornya yang menyentuh angka 70 Km/h, akhirnya Rio sampai tepat pukul 06.59.

Pintu pagar yang siap-siap ditutup langsung diterobos oleh Rio, sang satpam hanya menggelengkan kepalanya dengan kecewa.

“Ayolah, Rio! Kau selalu saja mepet sekali waktunya!” pekik si satpam bernama Udin, sembari bertolak pinggang.

Sementara itu, Rio yang ditegur hanya bisa menghentikan motornya dan mengangguk paham akan tegurannya tersebut.

“Maaf, Pak Udin!”

Rio pun melajukan motornya dengan pelan menuju parkiran yang sudah padat dengan kendaraan roda dua atau bahkan roda empat.

Memarkirkannya dengan aman, Rio segera berlari menuju kelasnya yang berada di gedung kedua dari kiri parkiran, tepat di lantai dua kelas XII-A.

Sampai di kelas, Rio menghantam daun pintu hingga terjatuh.

“Argh!”

Seisi kelas hanya bisa diam sembari menahan tawa, itu karena guru killer sedang duduk di kursinya, Pak Guru Doni.

“Ma–Maaf, Pak!” ucap Rio yang setelah berdiri, kemudian menunduk sejenak.

“Alah! Kebiasaan! Hampir saja namamu terlewat! Baru sampai Putra, bentar lagi Rio, kalau tidak alpa kamu!” seru Pak Doni.

Rio dengan tulus meminta maaf, sungguh sial hari ini. Meski biasa agak terlambat, tetapi tak terlambat hingga seperti ini.

Duduk di kursinya yang paling belakang di dekat jendela, teman atau bahkan sahabatnya, Rian, menarik seragam Rio untuk berbisik.

“Katanya janji udah nggak mau terlambat,” celetuk Rian, tubuhnya tinggi tegap, seperti Rio, hanya saja sedikit lebih berisi.

“Hehe~” Rio menggaruk kepalanya dengan canggung, tersenyum kikuk.

Sementara itu, Rio melirik ke kanan yang mana, pacarnya, atau bahkan sudah masuk kata kekasihnya hanya terkekeh geli melihat Rio.

“Ugh … Bahkan Liora saja gitu,” gumam Rio.

Meninggalkan kejadian yang baru saja terjadi, pelajaran dari Pak Doni dimulai, seisi kelas dengan cermat mengamati apa yang dijelaskan oleh Pak Doni tanpa satu pun yang tertinggal.

Pelajaran dari Pak Doni telah usai setelah dua jam tanpa henti, benar-benar melelahkan, tetapi di satu sisi menambah ilmu yang semakin banyak dan menguntungkan mereka.

“Rian! Ada rencana kagak?” tanya Rio ketika Pak Doni keluar.

Rian yang ditanyai hanya menengok sejenak, memberi tanggapan menjulurkan lidah yang membuat Rio terpancing emosi.

“Aiish! Ditanya malah melet!” celetuk Rio kemudian melempar gulungan kertas ke kepala Rian. “Headshot!”

“Woy! aku masih kerjain tugas dari Pak Doni!”

“Nih, lihat aku punya, salin aja!” balas Rio sembari menyodorkan bukunya.

Akhirnya, Rian menerimanya dan keduanya langsung pergi menuju atap gedung yang mana di sana adalah tempat paling nyaman untuk mencari angin ataupun ketenangan.

“Ey, yo! Rendy!” sapa Rio sembari merangkul sahabatnya yang satunya lagi, Rendy saat ini menyandarkan tubuhnya pada pembatas pagar.

“Hm ….” Rendy hanya berdehem, seperti ada yang dipikirkan.

Tiga Serangkai, atau Triple-R, tiga sahabat yang selalu bersama dari TK hingga SMA, bersama dan menerima segala macam tantangan serta ujian, menyelesaikannya dengan bergotong royong.

Sahabat yang sudah tak dapat dipisahkan, adalah istilah yang tepat kepada Tiga Serangkai Gen-Z, atau generasi milenium.

Hari sekolah berakhir, Rio yang mengendarai motor dengan santai pun sampai di rumahnya. Sesaat memasuki rumah, pintunya tak terkunci bahkan lampu yang dari pagi hari tak dinyalakan.

Rio berteriak, “Halo? Ayah, Ibu?”

Tak ada jawaban, hal ini menambah kecurigaannya. Apalagi dengan mobil orangtuanya yang masih berada di halaman.

Rio pun langsung menaiki tangga menuju lantai dua yang mana kamar orangtuanya ada di sana, demi mengecek apakah ada keberadaannya.

Ketika Rio membuka pintu kamar, dia terbelalak tak percaya, orangtuanya sedang tergantung dengan tali yang melilit kencang leher.

“I–Ibu? A–Ayah …?”

Rio langsung datang menyergah dan segera mengangkat kedua orangtuanya satu persatu.

Melepas ikatan di lehernya dengan mengguntingnya yang diambilnya dengan tergesa-gesa, napasnya yang memburu menjadikan keadaan semakin panik.

Membaringkan orangtuanya di lantai, Rio menggoyangkan tubuh keduanya yang sudah kaku dan menandakan pucat seperti sudah tak bernyawa.

“ARRRGHH!!”

Teriakannya menggelegar, air mata tanpa henti terus mengalir deras yang membuat suasana semakin kelam.

“Sial, sial, sial! Kenapa?!! Hah?! Kenapa kalian berdua bunuh diri?!” teriaknya dengan cepat.

“Ah! Bukan! Tak mungkin kalian semudah itu bunuh diri!!!”

Rio pingsan karena tak tahan dengan keadaan. Dirinya benar-benar tersungkur tak berdaya di samping mayat kedua orangtuanya.

***

Dua hari kemudian, sejak Rio terbangun dan segera melakukan semua hal yang dia bisa, kedua orangtuanya telah disemayamkan secara damai.

Rio menjadi teringat, matanya menatap kosong ke depan, sudah tiga hari ini juga dirinya tak sekolah.

“Apakah aku mengikuti mereka saja?” ucap Rio dengan datar. “Aku sudah tak tahu harus berbuat apa!” teriaknya lanjut.

Napasnya memburu, perasaannya pun digelapkan sebuah kabut hingga dia benar-benar ingin segera mengakhiri hidupnya.

‘Mati jatuh dari ketinggian adalah yang pas, tak merasakan sakit dan langsung tewas begitu saja’ pikir Rio.

Berjalan mengambil kunci motor, Rio berniat pergi menuju gedung pencakar langit yang berada di wilayah kompleks miliknya.

Setelah melajukan motor, Rio sampai dan langsung segera memasuki gedung dan menuju tangganya.

Sesampainya Rio di atas, dia mengedarkan sejauh mata memandang, hamparan perumahan yang padat akan penduduk.

“Ayah, ibu … Rio datang!”

[Sistem Kekayaan Dunia menemukan pemuda malang nasibnya.]

[Hari Yang Sial bagi pemuda ini akan menjadi titik balik sang pemuda.]

Hendak melompat, Rio mendengar suara yang aneh, monoton, terlalu datar. Dia mengurungkan niatnya dan mencoba mencari asal suara.

Terpopuler

Comments

AsSekop

AsSekop

keren. mampir jg Thor di novelku "Menantu Benalu Ini Ternyata Hacker Jenius". terimakasih 🙏

2023-03-31

1

Eno Retno

Eno Retno

semangat

2023-02-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!