Sudah seminggu sejak malam pertama orang tak dikenal meneror tiga orang sahabat dan juga seorang wanita kekasih salah satu pemuda, yaitu Rio.
Kejadian selama seminggu itu benar-benar mengganggu kehidupan keempatnya, mereka hidup penuh kewaspadaan akan bahaya yang kapan saja bisa terjadi.
Hal ini membuat Rio dan yang lainnya terkadang kurang fokus di sekolah, mereka lebih memfokuskan diri untuk menjaga diri agar terhindar dari marabahaya yang datang menjemput.
Pagi itu, Rio yang memainkan smartphone nya sambil menunggu penjual sayur lewat, teringat akan kedua orangtuanya yang sering membeli sayur pada seorang tukang sayur langganan bernama Baharudin.
“Mas Udin, apa kamu merindukan keluarga ini?” gumam Rio.
Dari kejauhan suara klakson Tukang Sayur Baharuddin langsung membangkitkan tenaga Rio untuk berlari sembari membawa uang pecahan lima ribuan sebanyak lima lembar.
Menunggu di pagar, Rio memanggil Tukang Sayur itu dengan lambaian tangan dan juga seruan.
“Mas!”
Baharuddin atau yang biasa dipanggil Mas Udin itu meminggirkan motornya dan segera turun untuk menghampiri Rio yang membuka pagar.
“Eh, Rio, sudah sangat lama tidak kelihatan,” celetuk Mas Udin. “Eh, mana Bang Deny sama Bu Citra nya, Rio?”
“Itu Mas, orangtuaku … Telah pergi meninggalkan dunia ini,” lirih Rio.
“Hah?!! Mas Udin baru tau!” Mas Udin yang berperawakan kurus itu terkejut hingga menyenggol motornya.
“Iya, Mas, sekitar tiga minggu kayaknya, mereka … Kata polisi bunuh diri dengan menggantung diri, tapi, Mas tau, aku ini anaknya tidak menelan mentah-mentah itu,” jelas Rio sambil memilih-milih sayuran akan dibelinya.
“Turut berduka cita, Rio, Mas Udin nggak bisa datang waktu pemakamannya!”
“Nggak apa, Mas, lagi pula keluarga dari pihak ayah dan ibu juga nggak begitu peduli tentang ini. Mereka menelantarkanku, beruntungnya aku masih bisa hidup dengan mengais rezeki menjual produk keripik pisang,” ungkap Rio.
Mas Udin, lantas berinisiatif menawarkan keripik pisang Rio untuk dijual olehnya.
“Gimana kalau keripik pisangmu, Mas bantu jualin, harganya pasti Rp 10.000,00 ‘kan? Nah, Mas Udin ambil untuk seribu aja deh, hehehe,” tutur Mas Udin.
Rio pun menatap berbinar kepada Mas Udin, seorang pria yang menurut Rio adalah ayah keduanya. Mas Udin yang tak memiliki istri dan anak itu juga menganggap Rio seorang putranya.
“Boleh, Mas! Aku malah berterima kasih banyak!” seru Rio.
Akhirnya keduanya pun melakukan transaksi jual beli sayuran, kemudian Rio memberikan lima bungkus keripik pisang miliknya untuk dijajakan oleh Mas Udin.
Sebenarnya bukan hanya Rio yang memegang sejumlah keripik pisang, dua sahabat dan kekasihnya juga memegangnya bahkan memproduksinya sesuai resep yang telah disepakati.
Masuk ke dalam rumah, Rio yang sudah menganggap hari ini akan damai tiba-tiba mendapatkan notifikasi yang mungkin akan dibenci olehnya ke depannya.
[Tuan~ Sistem Ai membuat misi untuk Tuan!]
“Lah! Suaramu agak … Manja gitu!” seru Rio.
[Lupakan, Tuan! Sistem Ai sebelumnya ingin meminta maaf!]
Rio yang bingung pun membuka panel misi yang mana misi itu adalah suatu hal memberatkannya.
[Misi Terbaru! Berikan pelajaran kepada peneror Tuan, lakukan atau tidak sama sekali!]
[Berhadiah mobil BWM edisi terbaru yang sedang diproduksi, serta juga mendapatkan hadiah tambahan, yaitu identitas organisasi dari sang peneror!]
[Batas waktu adalah satu bulan!]
[Hukuman jika tak menyelesaikan adalah kematian!]
Rio yang melihat itu pun hanya bisa terkapar di lantai tak berdaya, bagaimana bisa dia mendapatkan misi yang memang wajib dikerjakan olehnya, jika tidak maka hanya ada kematian yang menjemputnya.
Rio beranjak dan segera menuju ke ruangan kamarnya, di sana dia yang kesal hanya bisa membuat ruangannya berantakan.
“Sialan, kau Sistem! Pantas kau meminta maaf!”
[Maaf, Tuan! Sebenarnya Sistem Ai ingin menerbitkan misi tanpa hukuman itu, tetapi kesalahan program!]
Merasa sistem Ai yang sepertinya mulai menunjukkan tanda-tanda emosi untuk makhluk hidup, Rio menjadi tak tega melihat sistem Ai yang sebegitunya meminta maaf.
“Ya sudah, mending aku kerjakan saja, daripada aku mati toh!” tutur Rio.
Dia mengambil jaket hoodie bertudung dan segera pergi menggunakan motornya, dia memiliki rencana matang tanpa melibatkan sahabat dan kekasihnya terlebih dahulu.
Pergi menuju salah satu gedung terbengkalai di pinggir kota, Rio yang turun dari motornya dan segera masuk ke gedung itu tanpa takut.
“Aku rasa peneror itu sedang memata-mataiku, jadi dia sudah tak menunjukkan batang hidungnya, hanya saja tersisa rasa diikuti terus menerus pada benakku,” gumam Rio.
Rio mengedarkan pandangannya, mencoba mencari apakah akan ada sosok misterius itu menerkamnya dari belakang, tetapi lama menunggu sekitar sejam, tak dirasa ada yang bahaya, Rio pergi dari sana.
Sekarang, Rio memilih bersama sahabatnya dan kekasihnya untuk mencari sang peneror yang selama seminggu ini mengganggu aktivitas mereka.
Pergi pulang kembali ke rumahnya, Rio segera menghubungi sahabatnya dan kekasihnya, menyuruh mereka untuk segera datang karena ada yang mau dikatakan secepatnya dan harus memang dirahasiakan dari siapa pun.
Menunggu sekitar 30 menit, Rio akhirnya mengumpulkan Rian, Rendy dan Liora untuk membahas misi hidup mati miliknya ini.
Rio pun menjelaskan semuanya dengan dibukanya panel misi kepada ketiganya, lantas ketiganya hanya bisa terdiam tak berkutik.
Lagi pula ini adalah misi yang sepertinya akan sangat sulit dengan batas waktu sebulan saja.
“Benaran nih, Rio? Sebulan untuk mencari peneror itu? Nah peneror itu sudah mengendurkan kegiatannya pada kita, jadi kita lebih sulit lagi menemukannya!” ungkap Rendy.
“Aku tau, Ren, itu memang masuk akal, tapi mau gimana lagi!” balas Rio.
“Kerahkan kecerdasanmu, Rio!” ucap Rian sambil meminum jus jeruk kotak.
“Alah! Jangan Cuma aku, bantuin dong! Ini, bisa matek aku nih!” seru Rio yang agak frustrasi.
“Gimana kalau kita coba pancing dia, mungkin saja peneror itu akan terpancing!” sahut Liora yang sebelumnya sempat terdiam.
Lantas tiga bersahabat saling pandang, ada pikiran yang termasuk kotor tiba-tiba terbersit dalam otak mereka.
“Kalau peneror itu pria, mungkin saja tertarik pada wanita toh!” seru Rian.
“Heh! Kalian mau ngapain, hah? Mau gunakan aku untuk mancing peneror itu?!” seru Liora langsung berdiri.
“Wo, wo, wo! Tenang, Ra, tenang! Cuma bercanda kok! Yakali Puteri secantik kamu kami manfaatkan,” celetuk Rian.
Akhirnya keempatnya sepakat, akan menjadi seorang yang bejat, memanfaatkan wanita untuk kepentingan mereka bersama.
Setidaknya mereka akan mencari wanita malam untuk memancing peneror itu, lagi pula wanita malam sudah sangat kotor dan tak pantas untuk dipedulikan.
Lebih baik wanita malam yang sudah sekotor itu segera diberikan kepada peneror itu, entah mau dilakukan apa, keempatnya sudah tak peduli lagi.
Jadi, rencana mereka akan mencoba mencari wanita malam yang ingin melakukan hal Demikian, kemudian pancing salah satu peneror dari keempatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments