Bab 05. Gangguan dari Denny

Sekitar seminggu sejak Rio membuat misi itu berjalan dengan baik-baik saja, dia sudah benar-benar untung besar, pesanan terus mengalir tiada henti yang membuat Rio dan sahabatnya kelimpungan.

“Pesanan besok dua kali lipat dari hari ini, enam puluh dua bungkus!” seru Liora sebagai staf segala hal yang berhubungan tentang uang dan ketenagakerjaan.

“Kita butuh orang!” lanjut Liora sambil mengetuk-ngetuk pulpennya ke meja.

“Ya! Kita jelas kelimpungan akhir-akhir ini, aku benar-benar lelah!” balas Rio.

Meski dirinya diberikan waktu oleh sistem untuk sementara belum diberikan misi lagi, tetapi rasanya akhir misi pertama ini untuk Rio dan sahabatnya serta kekasihnya dalam mencapai kesuksesan dari bawah.

“Kita nawarin lowongan kerja yok! Lagipula gedung kita bentar lagi selesai!” sahut Rian.

“Emm … Dua saja, ya? Gajinya per jam Rp 3.000,00, dalam sehari sepuluh jam, jadi dalam sebulan saja gaji seorang saja sekitar Rp 900.000,00, atau total dua orang ini Rp 1.800.000,00!” jelas Rio kepada Rian dan juga Liora.

“Bagus juga! Kalau begitu sekarang saja cari murid-murid yang ingin kerja sama!” sahut Rian.

Akhirnya ketiganya keluar dari kelas, lagi pula pembelajaran sudah berakhir sekitar tiga pulu menit lalu, tetapi karena masih ingin membahasnya, mereka langsung saja di kelas.

Untuk Rendy sendiri, dia ada kesibukan lain di rumahnya, jadi tak bisa berkumpul terlebih dahulu.

Rio dan Liora kemudian mengendarai motor menuju beberapa murid yang dikenalnya, begitu pun Rian juga yang sendirian.

Rio yang membonceng Liora menjadi semakin mendekat kepada Liora, lagi pula sudah sekitar tiga tahun mereka menjalin hubungan kekasih.

“Liora, kira-kira kita ke mana?”

“Denny Indrayana saja!” usul Liora.

“Denny? Siapa itu?”

“Teman SMP ku, dia juga bersekolah sama dengan kita, cuma dia di XII-D,” jawab Liora dengan cukup keras, karena angin yang kencang menghalangi rambatan suara mereka.

“Owh … Okelah, gas saja, arahin, ya!”

Keduanya pun meliukkan motor di tengah padatnya jalanan raya, seperti biasa, sore adalah jam pulang kerja, tentu jalanan akanp padat akan kendaraan bermesin.

Sekitar dua puluh menit, keduanya sampai di kompleks perumahan tempat Denny tinggal.

Memasuki kompleks, sedikit mengitarinya hingga menghentikan motor tepat di pojok jalan yang mana rumah Denny berada.

“Aku panggilkan!” ucap Liora dan langsung menuju pintu rumah Denny.

“Wah! Kompleksnya cukup minimalis, tetapi masih ada kesan modern juga,” gumam Rio sambil mengedarkan pandangan.

“Denny! Kenapa kau sih? Aku 'kan cuma nawarin!”

“Sudahlah, Liora! Cukup! Gua malas dengan anak bernama Rio itu, terlalu sombong.”

Rio yang melihat keduanya sedang panas-panasnya, langsung turun dari motor dan segera menghampiri Liora dan Denny.

Denny yang hendak memukul Liora langsung dihalangi oleh Rio, memakai tangannya dan dihempaskannya.

“Hei! Kau lelaki sejati, 'kan? Kenapa mukul wanita, hah?!” pekik Rio yang tersulut emosi.

“Cuih! Bodoh amat! Gua jengkel dengan perubahan Liora sejak berpacaran dengan Lu!” ungkap Denny sambil menunjuk Rio dengan kesal.

Rio hanya terdiam, sementara Liora terisak tangis sesenggukan, “A–Aku … Ke–Kenapa kau berubah, Denny?”

“Huh? Berubah? Kau, Liora, kau yang merubahku!”

Denny yang kesal langsung membanting pintu membuat Rio dan Liora terkejut akan sikap Denny yang begitu tempramental.

“Liora, kau salah tentangnya sepertinya, aku tau sifatnya seperti itu dari pertama kali aku lihat,” ungkap Rio sambil merangkul Liora.

“Ti–Tidak, Rio, tidak, aku tidak tau kenapa dia! Dia berubah!” tutur Liora yang masih terisak tangis.

“Yasudah, kau pulang saja, aku antarkan, nanti aku yang cari cara untuk pencarian tenaga kerja kita,” jelas Rio dan segera membawa Liora ke motor.

Keduanya pun pergi dari kompleks tersebut, menyisakan Denny yang menatap sinis dari balik jendela.

“Rio … Lu sudah nantangin Gua! Tunggu saja pembalasanku, produk Lu akan berakhir dengan cepat!” gumam Denny dengan berapi-api.

Dengan semangat untuk menjatuhkan Rio, Denny benar-benar akan mencoba segala cara baik itu secara halus maupun lembut, semuanya akan dicoba olehnya.

Di rumahnya Liora, Rio sudah menurunkan Liora dan pamit kepada orangtua Liora yang tersenyum pada Rio.

Rio kemudian menjalankan motornya menuju rumahnya untuk melakukan pengemasan, karena besoknya pesanan dari sekolah sangat banyak.

Pengemasan lebih awal cukup baik daripada tergesa-gesa saat pagi hari buta yang jelas itu tidak baik.

“Kedaluwarsa menurut beberapa kali aku teliti, sekitar dua minggu dari masa produksi, ini jelas tanpa pengawet,” gumam Rio.

Rio yang mengemas beberapa bungkus keripik pisang dengan bahagia, setelah sekitar dua jam, seluruhnya telah dikemas hingga terkumpul enam puluh dua bungkus.

“Mantap!” seru Rio senang dengan kebahagiaannya karena telah menyelesaikan pengemasan tersebut.

Keesokan harinya, Rio datang dengan bungkusan yang besar di motornya, baru masuk gerbang saja, beberapa murid sudah menunggu Rio, untuk langsung membeli apa yang mereka pesan.

“Anjir! Secepat itu kah kalian datang demi ini?!” seru Rio.

“Hehe! Habisnya enak, Rio!”

“Manis, kayak kamu!”

Rio hanya menanggapi anggukan kepala akan kehadiran beberapa fans yang mulai bermunculan terhadap dirinya.

“Alah! Cuma keripik pisang gitu doang! Gua bisa kali!” Sebuah suara yang menjengkelkan dari arah belakang datang.

“Denny!”

Rio menatap tegas Denny, dia tak ingin bisnisnya diobrak-abrik begitu saja oleh anak tempramental tersebut.

“Teman-teman!” Denny menyeru kepada beberapa murid yang berkumpul di gerbang tersebut.

“Ah! Njing kau, ya! Kau mencoba melakukan apa, huh? Kulaporin!”

“Jiaaah! Cemen, laporin!” pekik Denny dengan remeh. “Teman-teman, ambil sesuka kalian, ingat, jangan bayar!”

Rio yang mendengar itu langsung menarik gas hingga sempat menyerempet seorang murid.

“Ya! Bagus! Bagus, Rio! Gua akan terus gangguin Lu sampai puas!” pekik Denny dengan lantangnya.

Rio yang langsung masuk ke halaman sekolah menjadi merinding, dan segera memarkirkan motornya di tempat yang agak tersembunyi.

Setelahnya, Rio berlari untuk ke kelas, dia cukup takut menghadapi sebanyak itu, apalagi dia akan benar-benar rugi besar karena keberadaan murid-murid pengganggu.

“Haaa … Huu! Sialan, lah!” pekik Rio sambil mendudukkan dirinya ke kursi.

“Kenapa, Rio?” tanya Rian yang sudah datang lebih awal demi mengerjakan Pekerjaan Rumah.

“Itu, anak-anak kelas XII-D ingin mengambil semuanya dariku!” jawab Rio yang masih kesal.

“Huh?! Mereka macam-macam, ya!” gerutu Rian sambil menggebrak meja.

“Oh! Tenang, ada kami kok!” seru serentak anak-anak kelas XII-A yang memang datang lebih awal.

“Terima kasih kalian semua!”

“Emangnya siapa anak-anak kelas XII-D itu?” tanya Rian.

“Denny dan lainnya!”

“Heeeehh! Sejak kapan kau berurusan dengan anak gila itu kah?” seru Rian yang memang terkejut.

Rio pun memiringkan kepalanya, agak kebingungan, karena dia memang tak pernah mendengar apa-apa tentang Denny dan kawan-kawannya.

Rio orangnya cukup pendiam, orangnya malas keluar kelas dan membaur ke murid lain, jadi tak mengetahui apa-apa tentang Denny dan kawan-kawannya.

“Denny itu katanya anak pebisnis ulung di kota ini,” jelas Rian sambil sedikit berbisik.

“Waahh … Ancaman dari dia sih,” balas Rio.

Terpopuler

Comments

Otakunime

Otakunime

Mampir juga di novel ku

Saksikanlah Noveltoon : Cyberpunk ke Dunia Isekai.

2023-02-22

1

Otakunime

Otakunime

Tulisan mu kemas. Semangat thor

2023-02-22

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!