Bab 8 Ziva Kah?

Netra cantik itu terbuka perlahan, dia membuka sedikit matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya karena sinar lampu. Terdengar suara tangisan seorang yang terdengar di indranya.

"Ra hiks... bangun dong, lo tidurnya kenapa lama banget." Terdengar suara tangisan seseorang disampingnya.

"Ra, plis bangun." Suara satu orang yang ada disamping kirinya, terdengar parau.

"Akh." Ringis Ara saat merasakan sakit di kepalanya.

Dua orang yang ada di dalam kamar Ara, langsung menolehkan kepalanya ke sumber suara.

"Ra, akhirnya lo sadar juga."

"Syukurlah."

Terdengar nada bahagia saat keduanya mengucapkan kata itu.

"Ra hiks... Lo pingsan lama banget. Gue jadi khawatir sama lo." Kata Dita parau.

"Lo pingsan karena nabrak tiang pas lari sama gue, gue kira lo udah udah..." Sambungnya dengan masih berlinang air mata.

Naya yang melihat itu langsung menepuk-nepuk bahu Dita untuk menenangkan. Dia tahu sahabatnya itu merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Ara.

"Gue gapapa Dit." Jawab Ara tersenyum. Dia tahu sahabarnya itu mengkhawatirkannya terlihat dari raut wajah keduanya.

"Lo pingsannya 2 hari Ra, gimana kita gak khawatir." Jelas Naya yang sama khawatirnya dengan Dita.

"Apa? " Kaget Ara.

Dua hari? Rasanya Ara hanya berbicara sebentar dengan Ara yang asli, tapi kenapa di dunia nyata dirinya mengalami pingsan selama itu? Aneh, pikirnya.

"Gue pingsan dua hari? Kok lama banget sih, perasaan pas gue ketemu cuman ngobrol bentar doang gak sampe semenit lagi." Gumamnya tapi masih bisa di dengar oleh kedua orang yang ada disana.

"Ketemu siapa Ra?" Tanya Naya penasaran.

"Eh, ngga gue cuman mimpi aja ketemu pangeran ganteng." Jawabnya sambil terkekeh.

"Beneran?" Naya yang memang pada dasarnya tidak percaya dengan omongan Ara kembali bertanya. Dia yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis di depannya ini.

"Iya Naya sayang, benerann." Ucap Ara serius agar Naya percaya kepadanya.

"Udah ah, yang penting Ara udah bangun. Gue takut tau." Kata Dita kemudian beranjak untuk mendekati Ara. Mereka bertiga kini berpelukan, melepas rasa takut itu. Dita dan Naya benar-benar bersyukur karena Ara sudah bangun dari pingsannya.

"Mama gue kemana?"

"Baru aja keluar tadi. Tante Farah khawatir banget sama lo." Jelas Naya saat melihat ibu Ara menangis waktu mereka sampai di rumah Ara.

"Maaf ya udah buat kalian semua khawatir." Ara juga tidak mau mengalami hal seperti ini, tapi takdirnya yang membuatnya begini.

Setelah itu mereka berbincang-bincang tentang apa saja yang dilewatkan Ara saat dia masih pingsan. Dita bilang Azka juga khawatir melihat kondisinya saat itu.

"Iya gue liat kak Azka kayak gak semangat gitu. Trus kemarin gue liat dia megang hp yang didalamnya tuh ada foto lo."

"Kak Azka khawatirin gue?" Gumam Ara, dia pikir Azka akan senang saat dirinya terbaring lemah seperti beberapa saat lalu, tapi dugaannya salah Azka ternyata peduli tentangnya.

"Iya Ra, dia sedih banget waktu tau lo pingsan trus gak sadar-sadar." Sambung Dita.

Aneh, kenapa kak Azka sekhawatir itu? Harusnya dia senang. Dia kan benci sama gue. Batin Ara kebingungan.

Drrtt.. Drtt...

Suara ponsel terdengar saat keadaan dalam kamar Ara hening. Naya pemilik ponsel itu.

"Halo mah"

".........."

"Iya Naya bakal kesana."

".........."

"Iya mama sayang."

Naya memang seperti itu, jika itu menyangkut tentang seseorang yang disayanginya maka sikapnya akan berubah menjadi lembut. Berbeda lagi jika diluar dia akan bersikap dingin, dan cuek ke orang lain.

"Ra, gue pulang dulu ya. Ada urusan." Pamitnya.

"Gue juga ya Ra." Dita ikut berdiri disamping Naya.

"Iya kalian berdua hati-hati pulangnya. Makasih buat semuanya. " jawab Ara tersenyum tulus.

"Iya lo cepat sembuh ya." Jawab Naya memeluk singkat tubuh Ara guna berpamitan.

"Iya Ra, lo harus cepat sembuh biar kita bisa jailin pak botak lagi." Kata Dita diselingi candaan.

"Dit." Naya memperingati. Bukan gimana tapi dia menjadi korban dari kenakalan kedua sahabatnya itu.

"Iya iya maafin bebeb Dita ya Naya sayang."

Naya hanya memutar bola matanya malas saat dibujuk seperti itu oleh Dita.

"Ya udah kita pulang ya Ra."

Setelah berpamitan dengan tuan rumah, keduanya keluar kamar dan meninggalkan Ara sendirian di dalam kamarnya.

"Jadi gue harus nemuin siapa pembunuh Ara sebenarnya?" Dia langsung memikirkan kejadian dimana dia bertemu Ara asli pada saat dia tidak sadarkan diri.

"Ara mati karena dibunuh? Tapi motifnya apa? Perasaan Ara orangnya baik." Jawabnya kepada diri sendiri.

"Apa jangan-jangan..." Dia mulai memikirkan siapa orang yang paling membenci Ara.

"Ziva?" Tebaknya, menerka-nerka pembunuh dari tubuh yang ditempatinya sekarang.

"Gak mungkin. Masa iya karena itu?"

Dia harus segera mencari tahu semua kebenarannya.

🍀🍀🍀

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Terpopuler

Comments

💝🦂⃟Fᷤiᷤqᷫrie MSFR🥀⃞Cinta 🦂

💝🦂⃟Fᷤiᷤqᷫrie MSFR🥀⃞Cinta 🦂

cepat di selidik

2023-03-07

0

Susilawati Rela

Susilawati Rela

misterius.....😉

2023-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!