Ara segera menuju loker untuk mengambil baju salinannya. Dia masih sangat kesal dengan kejadian tadi. Setelah itu, segera saja dia kembali ke toilet tadi. Sebenarnya dia masih malas bertemu dengan kakak kelasnya itu. Semoga aja tuh tante-tante udah pergi, batinnya kesal.
Sampai di depan toilet dia melihat Ziva baru saja keluar dengan seragam baru yang dikenakannya, sama seperti dirinya yang ingin mengganti dengan seragam yang baru.
Ara hanya melihat sekilas wajah Ziva kemudian berlalu begitu saja. Sedangkan Ziva memperhatikan Ara dengan tatapan sinis nya. Tunggu pembalasan gue, batinnya marah.
Setelah mengganti baju dan melihat dirinya sudah bersih, Ara keluar dari toilet dan langsung menuju kantin. Dia merasa bersalah dengan sahabatnya karena meninggalkannya terlalu lama.
“Maaf ya gue agak lama," ucapnya saat sampai dihadapan sahabatnya.
“Lama banget Ra, ngapain sih?” tanya Dita dengan wajah kesalnya.
“Ohh itu tadi...itu pintu toiletnya susah dibuka jadi gue agak lama," balasnya dengan kekehan kecil untuk menutupi kegugupannya karena sudah berbohong.
“Beneran?” Kali ini giliran Naya yang bertanya dengan tatapan seriusnya. Dia yakin ada yang disembunyikan dari sahabatnya itu.
“Iya beneran. Tadi gue udah tarik-tarik pintunya susah banget tapi syukur deh bisa kebuka, hehehehe," ucap Ara meyakinkan, dalam hati dia terus mengucapkan kata maaf karena sudah berbohong.
“Lain kali kalo ada apa-apa telpon kita," ucap Naya mengangguk walaupun dirinya masih tidak percaya dengan cerita Ara.
“Ya udah lanjut makan gih.” Ucap Ara untuk mengalihkan pembicaraan.
Saat ini ketiganya berjalan untuk kembali ke kelas. Dita dan Ara yang tidak bisa diam terus saja mengeluarkan celotehan tidak jelas, Naya yang melihat itu, hanya menggelengkan kepada melihat tingkah keduanya.
“Ikan, ikan apa yang bisa terbang?” Tanya Dita.
“Apaan tuh?” Tanya Ara penasaran.
“Mau tau aja atau mau tau banget?”
“Mau tau banget dong.”
“Kasih tau gak ya?”
“Iiihh kasih tau Dita.” Ara mulai kesal karena belum mendapatkan jawaban.
“Jawabannya ikan Indosari.”
Tawa keduanya pecah setelah Dita mengatakan itu, Naya hanya tersenyum kecil melihat itu. Dia senang mempunyai sahabat seperti keduanya.
Walaupun tingkahnya agak aneh dan sering membuatnya kesal tapi Naya sayang keduanya. Dia sangat beruntung memiliki sahabat seperti Ara dan Dita.
“Mau lagi gak, mau lagi gak?” Ternyata stok Dita belum habis.
“Mau dong.”Seru Ara bersemangat.
“Tau gak, kenapa pak Rudi dikatain pak botak?”
“Kenapa tuch?” Tanya Ara mendramatisir.
“Kamu nanyeak? Kamu bertanya-tanya?” Jawab Dita meniru suara yang lagi viral.
Ara hanya mengangguk menahan tawa.
“Ya udah aku kasih tau ya, jawabannya karena pak botak gak punya rambut.”
Tawa keduanya pecah seketika, mereka kini jadi sorotan karena tertawa di tengah koridor sekolah.
“Hahaha... kepalanya kinclong banget.” Tambah Dita yang masih tertawa.
“Iya, sampai mata gue sakit liat tuh kepala karena saking kinclongnya hahahah.” Keduanya tertawa tanpa henti.
Naya ikut tertawa kecil mendengar candaan Dita tapi tawa itu tidak lama saat dia melihat siapa yang ada di belakang keduanya sahabatnya. Dia berdehem keras untuk memberita kode, dia juga melirikkan matanya ke arah belakang Ara dan Dita. Tapi sepertinya kedua sahabatnya itu tidak mengerti dengan kode yang diberikannya.
“Lo kenapa Na? Mata lo sakit?” Tanya Dita yang masih tidak berhenti tertawa.
“Iya, kayaknya Naya sakit deh, dia batuk-batuk terus itu.” Ara menimpali, karena melihat Naya berdehem.
“Ekhem.”
Tawa keduanya perlahan menghilang saat mendengar deheman lagi, tapi kali ini bukan Naya yang melakukannya tapi seseorang yang saat ini sudah berada di belakangnya entah sejak kapan. Bagai gerakan yang diperlambat keduanya perlahan menoleh. Matanya membulat saat tahu siapa yang ada dihadapannya sekarang.
“Eh pak botak... eh maksud saya pak Rudi.” Dita merutuki mulutnya yang asal ceplos.
“Bapak apa kabar? Sehat pak?” Tanya Ara untuk mengalihkan amarah pak Rudi.
Sekarang pak Rudi terlihat seperti menahan emosi saat mendengar ucapan keduanya.
“Ngomong apa kamu tadi?” Tanya pak Rudi dengan nada kesal.
“Ngga pak, kita gak ngomong apa-apa. Iya kan Ra?” Jawab Dita sambil menyenggol pelan lengan Ara.
“I-iya pak kita gak ngomong apa-apa kok.” Kikuk Ara.
Mereka berdua merutuki diri masing-masing karena ketahuan oleh pak Rudi.
“Bapak gak tuli. Kamu berdua tadi ngomongin bapak kan?”
Melirik ekor matanya untuk mengkode Ara, bermaksud ingin kabur dari hadapan guru botaknya.
“Ra.” Panggilnya pelan.
Ara hanya mengangguk, mengerti maksud kode yang diberikan Dita.
“SEKARANG!!!”
Keduanya langsung berlari meninggalkan Pak botak dan Naya.
“MAAFIN KITA PAK. JANJI GAK GITU LAGI.” Teriaknya karena dia sudah berlari menjauhi pak Rudi.
“IYA PAK GAK LAGI DEH.” Keduanya mulai tertawa kembali, seolah-olah tidak melakukan kesalahan apapun.
Sementara Naya, dia hanya menatap cengo keduanya, dirinya ditinggal? Benar-benar teman gak ada akhlak, pikirnya.
“Kamu ikut ke ruangan saya.”
Naya hanya bisa menghela napas saat dirinya yang jadi sasaran dari kelakuan kedua sahabatnya.
🍀🍀🍀
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
yusuf syaifullah
jd ingat waktu sma
2024-01-26
1
☠ Bala🦂Dewa 𝐀⃝🥀
teman gk ada akhlak
2023-03-05
0
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
tampol nay biar gk gitu lagi sahabatmu... hihihi
2023-03-03
0