Tok...tok...tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Ara segera beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu.
"Ayo makan." Ternyata ibunya yang mengetuk pintu.
Ara mengangguk dan mulai berjalan menuju ruang makan dengan ibu di sisi kanannya. Terlihat Ayahnya dan satu orang laki-laki yang duduk di sisi kiri sang Ayah. Ara mengernyitkan keningnya bingung, siapa laki-laki tersebut?
Ibunya mengambil posisi duduk di sebelah kanan dan Ara sendiri duduk di samping laki-laki itu karena suruhan ayahnya. Semuanya makan dengan tenang tidak ada yang membuka obrolan, hanya suara gesekan piring dan sendok saja yang terdengar. Beberapa menit semuanya telah selesai memakan makanannya.
"Ara, besok kamu mulai masuk sekolah. Kakak kamu yang bakal nganterin kamu." Ucap sang ayah bernama Reno.
"Pah, kok aku sih? Dia bisa berangkat sendiri." Jawab laki-laki di dekat Ara.
Sekarang Ara tahu, laki-laki di sampingnya ini ternyata kakak kandungnya.
"Kamu harus nganterin adik kamu, Azka."
"Kenapa Pah? Dia punya mobil sendiri, ngapain aku harus nganterin dia?" Jawab Azka dengan wajah datar.
"Azka." Tegur sang ayah. Dia tidak suka melihat kelakuan anaknya yang membangkang.
"Apa? Selama ini dia cuman mentingin diri sendiri, dia itu egois Pah. Bahkan pas kejadian itu dia ninggalin Ira sendirian. Apa jangan-jangan penyebab Ira hilang itu juga karena dia?" Azka berkata dengan nada kasar dan menatap sinis ke arah Ara.
"Azka cukup!!!" Bentak ayahnya, dia tidak menyangka putranya akan mengatakan hal seperti itu. Dia tidak bisa lagi menahan emosinya saat Azka berbicara mengenai hal yang terjadi di masa lalu.
"Papah gak mau tau, besok kamu harus anterin adik kamu ke sekolah." Putus sang ayah setelah sedikit meredamkan emosinya.
Mendengar itu, Azka langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menjauhi ruang makan. Saat melewati kursi Ara dia sengaja menabrakkan tubuhnya dan menatap sinis gadis itu.
Ara sendiri bingung mengapa kakaknya terlihat tidak menyukainya? Dia hanya diam saja, tidak mengerti dengan semua yang terjadi.
"Maafin kakak kamu ya sayang." Ibunya berkata dengan sorot mata yang sedih.
"Iya mah gapapa. Mama jangan nangis." Ucap Ara sambil menghapus air mata yang turun mengalir di pipi ibunya.
"Ngga, mama cuman kelilipan." Ibunya menghapus air mata sambil terkekeh kecil.
"Mama ke dapur dulu ya." Setelah mendapat anggukan dari sang putri, Farah langsung meninggalkan tempat makan.
Setelah ibunya pergi dan ayahnya juga beranjak pergi, hanya tersisa dirinya saja. Dia harus mengetahui apa yang terjadi sebelum dirinya bertransmigrasi ke tubuh ini. Mengapa kakaknya begitu membencinya? Apakah Ara yang dulu melakukan kesalahan hingga membuat sang kakak tidak menyukainya? "Bantu aku Ara." Ucapnya dalam hati. Dia tidak bisa mengetahui semua ini jika tidak mendapat bantuan dari pemilik asli tubuh ini.
Setelah makan, Ara kembali ke kamarnya. Dia tidak melakukan kegiatan apapun, dirinya mulai merasa bosan di dalam kamar terus. Ara segera memakai hoodie dan celana panjangnya.
"Aku mau jalan-jalan bentar ah. Bosen banget di rumah."
Mulai melangkah keluar kamar dan berjalan menuruni tangga karena kamarnya berada di lantai dua. Pada saat sampai di bawah, dia melihat kakaknya, Azka sedang berada di ruang tamu dengan beberapa remaja seumuran yang Ara tidak kenal.
"Ka, itu beneran Ara?" Tanya teman Azka yang memiliki bando diatas kepalanya.
"Iya." Jawab Azka singkat yang tidak tertarik dengan pembicaraan temannya.
"Kok beda ya? Biasanya pakaian dia tuh ketat ketat gitu. Trus juga biasanya make up dia tebal kayak tante-tante. Atau jangan-jangan dia kesambet? Atau udah dapat hidayah kali ya?" Tanya teman yang satunya yang memiliki tato di bagian kanan tangannya.
"Bisa jadi sih, Daf." Jawab teman yang bertanya tadi.
Dito mengalihkan wajahnya ke samping dan mendapati Dafri meminum kopinya.
"Heh, itu kopi gue Dafri." Katanya sambil merebut kembali tempat kopi itu.
"Hehehe lo liatin Ara sampe segitunya, dari pada kopinya nganggur mending gue minum aja." Jawab Dafri sambil cengengesan.
"Yeuyy itu mah enak di lo, kagak enak di gue. Mana sisa setengah lagi." Ketus Dito melihat gelas kopinya.
Azka dan satu temannya lagi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kedua sahabatnya. Selalu seperti itu jika keduanya bertemu, ada saja hal yang didebatkan jika tidak memperebutkan makanan, maka mereka akan bertengkar tidak jelas. Padahal bisa dikatakan jika keduanya itu dari keluarga yamg berada tapi kelakuannya seperti orang yang kesusahan.
"Maklum orang kaya, jadi numpang makan biar kekayaan gue gak berkurang," kata Dafri, aneh memang tapi begitulah kenyataannya.
🍀🍀🍀
*Bersambung.
Hai readers 😍, like dan komentarnya dong. Kasih hadiah berupa kopi atau bunga. Vote juga boleh lah.
Nikmati alurnya dan happy reading ya 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Mammeng
penasarannnn....🤣
2023-03-28
1
Cahaya yani
ada transmigrasi lngsung cuusss
2023-03-04
1
@🎻ⒻͬⒺͧⒷᷤⒷͧⓎͪ🥑⃟🎻
sudah mampir amanah Thor 🙏
2023-02-22
0