13. Berita

Barra membuka ponselnya sambil menunggu Banda yang mencari makanan untuk di santap. Tiba-tiba, sebuah informasi penting lewat di beranda Barra membuat anak itu terkejut setengah mati.

"Apa ini?" tanya Barra yang sampai bangkit dengan kedua bola mata terkejut.

"Apa, bang?" tanya Putri yang menoleh dengan menantap Barra bingung.

"Apa ada masalah lagi? Apa penyakit aneh itu semakin menyebar?" sahut Sindi yang bertanya.

Banda lalu datang sambil membawa empat buah kelapa muda untuk di santap. Dia melempar ke arah Barra yang sedang serius menatap layar ponselnya.

"Hei, tangkap!" ucap Banda memberi perintah.

Barra tidak bergerak dan tetap berdiam diri di tempatnya membuat Banda menjadi penasaran. Dia pun mengintip apa yang Barra lihat.

[Dua orang ilmuan kabur dari labotarium setelah membakar labotarium. Dari rekaman cctv ini, terlihat dua orang itu keluar di bantu oleh dua orang temannya lagi. Jika kalian melihat empat orang ini, segera laporkan ke kantor polisi. Mereka perlu di tindak lanjuti karena sudah merusak fasilitas para ilmuan.]

"Apa ini?" tanya Banda yang kaget sampai menarik ponsel Barra dari tangan pemiliknya.

"Aku belum selesai membacanya." ucap Barra yang merebut kembali.

[Ketua para ilmuan, Walvin mengatakan jika dia sangat menyayangkan kejadian ini. Terlebih, kedua ilmuan yang melakukan tindak kejahatan merupakan anak bawahannya. "Aku sangat bersedih setelah melihat beritanya. Beruntung para ilmuan lainnya belum datang untuk bekerja. Aku tidak tahu harus bilang apa kepada semua orang, aku hanya ingin agar mereka berempat segera di tangkap dan di hukum mati kalau perlu. Melihat kondisi dunia ini semakin darurat, mereka sampai tega membakar labotarium membuat semua para ilmuan tidak bisa bekerja lagi sampai labotarium selesai di bangun." ucap Walvin.]

"Dasar sialan, dasar ketua kampret, ketua tidak tahu diri, ketua bodoh. Tega sekali dia menuduh kita melakukannya." teriak Banda yang merasa kesal sampai marah-marah di hadapan Barra.

"Apa yang dia pikirkan?" tanya Barra yang di buat bingung.

"Apalagi? Mereka ingin agar kita di tangkap karena mengira jika kita yang membakarnya atau jangan-jangan ini semua rencana ketua jahannam itu. Dia ingin kita yang menjadi penebus kesalahannya." jelas Sindi yang ikut kesal.

"Kesalahan apa?" tanya Putri yang tidak tahu apapun.

"Ketua bisa saja menyadari kecerobohannya jika penyakit aneh ini muncul karena ulahnya. Apa yang dikatakan Barra sebelumnya terbukti. Makanya dia ingin melampiaskan semuanya pada kita." jelas Sindi dengan sangat yakin.

"Itu tidak mungkin. Aku pikir, dia orang baik." ucap Putri yang masih belum percaya Walvin seperti itu.

"Kita sebaiknya makan dan melanjutkan perjalanan. Kita harus mencari bunga Rosmarin secepatnya dan menjadikannya sebagai obat penyembuh." ucap Barra yang tidak mau terlalu memikirkannya.

Barra lalu mengeluarkan pisau dari dalam tasnya dan segera membelah kelapa yang di bawa Banda. Dia memberikannya pada Putri, Sindi, Banda dan untuk dirinya sendiri.

Setelah menikmati makan sederhana ini, Barra dan kawan-kawan melanjutkan langkah mereka. Sebelum sampai di tepi jalan, mereka memakai masker untuk menutupi dirinya agar mereka tidak di kenali.

"Boleh tumpang tidak bang, sampai ke desa sebelah saja!" ucap Barra pada pengemudi mobil yang berhasil dia berhentikan.

"Memangnya kalian siapa? Bukan perampok kan?" tanya sang pengemudi itu.

"Aman itu, Bang. Tenang saja!" sahut Barra sambil mengajukan jari jempolnya.

Barra lalu membantu Putri untuk naik karena mobil yang mereka tumpangi, mobil pik up. Banda membantu Sindi. Mereka semua lalu duduk dengan tenang sambil menikmati angin berhembus dan pemandangan gunung.

Setelah sampai di desa Barra, mereka semua lalu turun dan bergegas menuju Barra dengan waspada. Melihat ke kanan dan ke kiri, memastikan keadaan aman.

Tok.. Tok.. Tok..

"Bu, ini Barra!" teriak Barra sambil mengetuk pintu rumahnya dengan keras.

Dari dalam rumah, Ipul langsung turun mendengar seseorang mengetuk pintu. Setelah memastikan benar-benar ada orang di luar, Ipul bergegas memberitahu kbu Barra yang sedang sibuk menjahit pakaian.

"Bu, kita di serang lagi. Pasien aneh itu kembali datang!" adu Ipul sambil menarik tangan Ibu Barra.

"Masa sih? Ibu kan sudah mengusir mereka. Apa mereka tidak punya telinga? Sini, bawakan ibu air. Biar ibu siram mereka sekalian sampai kedinginan." ujar Ibu Barra dengan wajah memerah, kesal dengan tingkah aneh orang-orang.

Ipul lalu membawa ember yang penuh dengan air. Dari lantai atas, ibu Barra menyiram anak-anaknya tanpa memastikan terlebih dulu siapa yang datang dan menunggunya di depan pintu.

Syurr...

Semua orang kena, Barra, Putri, Sindi, dan Banda. Mereka basah kuyup sambil menoleh ke atas.

"Rasain kalian, cepat pergi dan jangan kembali lagi. Jika masih di sini, aku siram pakai air panas biar wajah kalian melepuh." teriak Ibu Barra yang bersembunyi.

Banda tertawa membuat tiga orang menatapnya dengan heran. "Aku anggap ini sebagai sambutan dari pemilik rumah. Ini sangat berharga, terlebih aku yang belum mandi tadi." sahut Banda memberi penjelasan.

"Ibu, ini Putri, bu!" teriak Putri dengan keras membuat ibu Barra yang sibuk bersembunyi segera keluar mengintip. Ipul juga ikut-ikutan.

"Itu benar Putri dan Barra, bu. Tapi, kok ada dua orang juga yang tidak kita kenal?" tanya Ipul sambil menunjuk dan memandang Sindi dan Banda bergantian.

"Bu, mereka teman Putri. Boleh tidak, ibu bukan pintunya. Takutnya nanti orang-orang aneh pada datang." ujar Putri memberi penjelasan pada ibunya.

Dari seberang lorong, orang-orang aneh sudah berkumpul mencari air. Ketika mereka melihat Putri yang basah kuyup, mereka semua lalu berlari, berlomba-lomba ingin meminum air itu.

"Serr...." suara mereka menyerang Putri.

"Bu, tolong, bu!" teriak Sindi yang mulai ketakutan melihat orang-orang seperti ingin memangsa mereka.

Ibu Barra berlari bersama Ipul, membuka pintu dengan cepat. Berhubung karena pintu di kunci sangat rapat membuat mereka lambat membuka pintu.

Keadaan di luar semakin panik melihat salah satu orang berhasil memanjat pagar dan menyerang mereka berempat.

"Akhh.." ucapnya sambil mengulurkan lidah.

"Barra, cepat tahan dia!" perintah Banda yang melihat Barra linglung.

"Abang, kenapa mereka menyerangku?" tanya Putri yang menepi bersandar di pintu.

"Dia pasti melihat air. Bajumu meneteskan air, Putri. Cepat keringkan." Sahut Sindi memberi jalan keluar.

"Akhh. Akhh.." sudah dua orang yang berhasil memanjat pagar. Barra pun berlari menghentikan orang aneh lainnya yang berusaha turun dari pagar.

Sindi memukul orang yang masuk dan Banda membawa mereka keluar kembali. Putri masih berdiri dengan penuh rasa ketakutan. Tiba-tiba dari samping rumah, orang aneh menariknya dan membawa Putri menjauh.

"Abang... Tolong aku!" teriak Putri yang di seret keluar. Orang aneh yang tadinya memanjat pagar, memilih melompat keluar dan segera mengejar Putri yang di seret.

"Putri!" teriak Ibu Barra tak kalah pintu terbuka dan melihat Putri di tarik paksa oleh orang aneh itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!