20. Rencana Dari Awal

Di sebuah tempat dimana para ilmuan bekerja untuk sementara, Walvin tengah menunggu tamu penting yang akan hadir menemuinya. Walvin sudah menyiapkan makanan enak untuk menyambut orang itu.

"Pak, mereka sudah datang!" ucap Aron, asisten Walvin yang membawa tiga pria berjas masuk ke dalam tempat Walvin, dimana Walvin sudah menunggunya.

"Bagaimana hasil rencana kita? Apa membuahkan hasil?" ucap satu pria yang terkenal dengan sebutan Wan.

"Tentu saja, pak Wan. Anda tidak salah memilih para ilmuan. Aku sudah mengusahkan yang terbaik untuk rencana kita ke depannya." jawab Walvin dengan santai.

"Lalu, kapan rencana kita bisa dijalankan pak Walvin? Kita sudah lama menunggu dan anda selalu mengatakan untuk menunggu waktu yang tepat. Kapan waktu yang tepat itu?" tanya pria yang bernama Shark.

"Pak Shark, anda kenal diriku sejak lama. Mana mungkin aku membuat anda kelelahan menunggu. Hari ini juga adalah waktu yang tepat. Semua ramuan yang kita butuhkan untuk melumpuhkan manusia di kota ini sudah siap. Aku sangat yakin, kita bisa merebut kota ini secepat mungkin." jelas Walvin dengan perasaan senang.

"Bagus. Aku akan menyuruh anak buah kita untuk menyebarkan manusia aneh itu biar mereka bisa menyerang sesama mereka. Tangan kita tidak perlu kotor melakukannya." jelas Biir yang mengibas tangannya seketika.

"Baiklah, para manusia aneh juga sudah selesai di ganaskan. Kalian tidak menjalankannya saja. Aku jamin semuanya berjalan lancar." ucap Walvin yang penuh rasa percaya diri.

"Tetapi pak Walvin, apa ada ilmuan yang berusaha membuat obat untuk mengobati manusia aneh kita? Bagaimana jika mereka berhasil, terlebih yang aku dengar mereka belum tertangkap juga?" tanya Wan yang merasa khawatir.

"Mereka sudah aku lenyapkan. Jadi tidak perlu mencemaskannya." titah Walvin yang terus membujuk rekan kerjanya untuk tidak memikirkannya.

Semua orang pun mengangguk dan mereka lalu keluar mengerjakan misi yang sudah menunggunya. Sepuluh orang manusia aneh yang haus dengan darah berontak-rontak ketika melihat para ilmuan memindahkan mereka. Mereka bukan lagi manusia, melainkan monster yang akan menghancurkan dunia dan di buat oleh para ilmuan, kepercayaan semua orang.

"Lempar mereka di tiap desa dan lepaskan mereka agar bisa memangsa manusia yang masih hidup." perintah Walvin kepada sang pilot yang sudah siap terbang.

Wan, Shark, dan Biir merasa senang. Dia lalu pulang dan menunggu hasil pekerjaan Walvin.

Sementara itu di hutan, empat orang masih berkemah di sana dan belum keluar lagi ke kota menampakkan diri. Mereka sedang menunggu hasil autopsi dari letnan tentara.

"Kenapa mereka belum datang juga memberi kita kabar? Apa sudah mati karena terserang penyakit aneh?" sahut Banda memulai pembicaraan. Sindi lalu bangkit dan memukul kepala Banda dengan keras membuat orang itu kesakitan.

"Aduh! Kenapa kau memukulku?" ucap Banda yang tidak terima.

"Mulutmu tidak bisa di kontrol. Setiap kali bicara selalu menyebutkan kata mati. Apa kau tidak sadar atau bagaimana?" tanya Sindi yang memasang wajah kesal. Banda hanya mengulurkan lidahnya, terus mendapat protes dari Sindi.

Tidak berselang lama, letnan datang sambil membawa kertas selambar dengan wajah panik. Empat orang yang sedang menunggu pun bangkit menyambutnya.

"Gawat, masalah besar terjadi di kota!" titah Letnan sambil menatap empat temannya bergantian.

"Masalah besar apa?" tanya Barra yang penasaran. Sementara Banda lebih memilih menarik kertas yang di bawa letnan dan melihat hasil tesnya.

"Entah darimana asal manusia aneh itu, tetapi mereka menyerang tiap orang yang mereka lihat. Para polisi dan tentara sudah menembak mereka berkali-kali, mereka tetap tidak bisa mati." jelas Letnan.

"Apa?" ucap Barra yang tekejut.

"Apa ada manusia seperti itu?" tanya Putri yang takut sambil bergeser mendekati abangnya.

"Mereka manusia apa? Mana ada yang seperti itu. Jangan asalan kalau bicara." tegur Sindi yang tidak percaya sambil melipat kedua tangannya.

Karena Barra dan Sindi tidak percaya, letnan mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan kejadian ricuh yang terjadi di kota. Dua sampai tiga orang terus saja berlari menyerang manusia, walau polisi memberi tembakan ke tubuhnya, mereka masih bisa berdiri dan terus menyerang.

"Itu bukan manusia, itu monster bang!" teriak Putri yang melihatnya.

"Mereka manusia tetapi sudah di beri ramuan kekebalan tubuh. Dilihat dari pasien yang meninggal kemarin terdapat banyak sekali komponen aneh di tubuhnya yang tidak seharusnya berada di sana. Itu bisa memicu kerja otak dan jantung. Tidak ada pilihan selain kita mendekatinya dan memberi suntikkan mati pada mereka." ucap Banda dengan jelas.

"Apa maksudmu? Apa ada orang di balik semua ini?" tanya letnan yang bingung.

"Tentu saja, Letnan. Para ilmuan yang melakukan semua ini. Hanya mereka yang bisa membuat ramuan penghancur manusia ini. Itu alasan kenapa kami di buruh karena kami bisa saja buka mulut." ucap Sindi dengan suara lantang.

"Aku tidak percaya jika mereka melakukannya? Bahkan para ilmuan sampai sekarang masih bekerja di tempat yang terbatas itu karena ulah kalian yang membakar labotarium lab." ucap Letnan yang tidak mau mengerti.

"Terserah apa katamu, kami tidak membutuhkan bantuanmu. Barra, kita harus cepat mencari suntikan mati agar orang ini aneh ini bisa di basmi." perintah Banda yang mengambil tas ranselnya.

"Kita harus tahu berapa jumlah mereka." sahit Barra yang ragu.

"Tidak perlu tahu, ambil sebanyak-banyaknya agar kita tidak kekurangan." ucap Banda yang berjalan lebih dulu. Mau tak mau, Barra terpaksa mengikutinya daripada Banda bergerak seorang diri.

"Bagaimana dengan kami, Bang?" tanya Putri yang berteriak.

"Tetap di sini dan tunggu kami pulang. Kalian harus waspada dan menjaga diri." ucap Barra sambil melambaikan tangan kepada adiknya.

Letnan berlari menyusul mereka berdua, berjalan beriringan dengan Barra dan Banda. Setelah sampai di pinggir kota, mereka tidak perlu menunggu angkutan umum. Mobil letnan yang terparkir di sana.

"Aku akan mengantar kalian, jadi beritahu tujuan kalian kemana." ucap letnan yang menyetir mobilnya.

"Rumah sakit kosong apa ada di kota? Kami perlu beberapa alat medis." sahut Barra.

"Aku tidak tahu pasti, tetapi aku akan mencarikan rumah sakit yang kosong. Karena setauku, tenaga kesehatan juga tidak hentinya bekeja keras menyembuhkan mereka yang terserang penyakit aneh." ucap Letnan.

"Ini semua ulah Walvin. Dia sengaja membuat obat yang memicu penyakit aneh ini agar dirinya tidak di curigai. Dengan alasan terus bekerja dan mencari obat bagi mereka yang terserang, Walvin melancarkan aksinya membuat manusia monster." jelas Banda dengan suara dalam dan tatapan kosong. Barra pun mulai menyadarinya.

"Itulah alasan ketika aku bertanya masalah obat yang bisa saja membuat manusia terserang penyakit aneh ini, Walvin sangat marah. Dia sampai ingin menutup mulutku agar media tidak tahu." sahut Barra membenarkan.

"Jadi itu alasan kenapa ketua kalian sangat ingin membunuh kalian berempat dengan alasan pembakaran labotarium?" ucap letnan yang perlahan mulai mengerti dan percaya kepada Barra dan Banda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!