Barra terus berlari di saat dirinya di kejar para pasien yang haus dengan darah. Dari penampilan mereka saja sudah terlihat jika mereka mengingkan darah. Mulutnya yang penuh berwarna merah, serta mata mereka yang membulat membuat Barra yakin jika pasien itu sudah berubah menjadi sangat aneh sampai mengingkan darah.
"Cepat lari!" teriak Banda sambil menarik Sindi untuk mengikuti dirinya.
"Barr, kita berpencar. Biar mereka tidak mengikuti kita terus menerus!" teriak Banda yang berbelok lebih dulu membuat Barra berjalan terus menerus bersama adiknya.
"Abang, kaki Putri sakit. Putri tidak kuat berlari lagi." teriak Putri dengan suara melemah hingga tubuhnya terjatuh ke tanah. Barra berbalik kembali dan menggedong tubuh mungil adiknya agar para manusia haus darah itu tidak mengambil adiknya.
"Abang pasti capek." ucap Putri yang merasa tidak enak, selalu saja merepotkan abangnya.
"Lupakan kata itu dan bantu aku cari tempat persembunyian. Aku tidak bisa terus berlari juga." ucap Barra yang tetap fokus menyusuri jalan sementara Banda dan Sindi sudah aman lebih dulu karena para manusia haus darah itu memilih mengejar Barra.
"Bagaimana keadaan Barra dan Putri saat ini?" tanya Sindi yang merasa takut.
"Barra orang yang hebat, pasti bisa mencari akal menghentikan zombie aneh itu." jawab Banda sambil duduk di atas batu, memperhatikan sekelilingnya.
"Bagaimana bisa ada pasien seperti itu di sini. Bukannya mereka sudah di penjara dan tidak bisa keluar?" tanya Sindi yang semakin bingung.
"Mereka datang berkerumunan, mungkin saja ada orang yang melepaskan mereka di sekitar sini." ujar Banda yang merasa curiga.
Banda lalu mendengar suara baling helikopter membuat dia dan Sindi menunduk dan bersembunyi di balik semak-semak. Rupanya dugaan Banda benar. Seseorang memang sengaja mengirim para manusia vampire itu kepada mereka.
"Sialan. Mungkin si ketua bangsat itu yang melakukannya." sahut Banda yang semakin kesal, sangat ingin memberi Walvin pelajaran secepatnya.
Dari atas, Walvin mencari para manusia vampirenya yang sengaja dia lepaskan untuk membunuh para ilmuan dan teman-temannya yang akan menghalangi rencananya ke depannya. "Apa mereka sudah mati?" tanya Walvin pada pilot yang terus memutar helikopternya memeriksa tiap jalan.
"Aku rasa mereka sudah mati, pak. Tidak mungkin menghindari manusia aneh itu dengan sangat cepat." jawab sang pilot.
"Kalau begitu kita harus bawa kembali manusia aneh itu ke kandang sebelum para polisi tahu." ucap Walvin memberi perintah.
"Baik, pak." ucap sang pilot yang kembali ke tempatnya sambil memberi kode pada temannya yang berada di bawah untuk segera memasukkan kembali manusia vampire itu ke dalam mobil.
Tidak lama setelah mereka menempatkan daging segar ke dalam mobil, serta darah manusia, para manusia itu langsung masuk ke dalam mobil dengan terburu-buru. Pintu mobil pun di tutup membuat Walvin bernafas lega. Sepertinya para manusia aneh ini bisa dia kendalikan untuk melawan pemerintah. Dia segera pergi bersama kawan-kawannya. Banda melihatnya dari kejauhan.
"Itu benar ketua? Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" tanya Sindi.
"Sejak awal, aku sudah curiga. Apa ini alasan aku terus di tempatkan sebagai ilmuan pemula agar aku tidak membuat rencana ketua gagal." sahut Banda dengan mata membara. Sindi hanya diam, dia belum mengenal Walvin karena belum lama bekerja. Dirinya baru masuk tahun kemarin dan di tempatkan bekerja bersama Banda.
Tubuh Barra tidak kuat lagi, dia langsung berbaring di tanah dengan nafas yang tidak beraturan. Putri yang merasa bersalah, terus memijat kaki Barra sampai Banda dan Sindi datang menghampiri mereka.
"Apa Barra baik-baik saja? Dia tidak digigit kan?" tanya Banda yang khawatir sambil memeriksa tubuh Barra yang tidak berdaya.
"Tidak digigit, hanya capek habis mengendongku." jawab Putri.
"Syukurlah kalau begitu. Sebaiknya kita kembali ke hutan karena ada masalah yang lebih gawat dari ini." jelas Banda sambil menarik Barra untuk bangun.
"Apa?" tanya Putri yang penasaran.
"Kita dalam bahaya, Walvin diam-diam terus mengintai keberadaan kita. Jika kita terus di sini, para manusia aneh akan kembali dan menyerang kita." jelas Sindi memberitahu.
"Baiklah, kita segera pergi." ucap Putri yang setuju. Barra tidak menyahut, dirinya tidak punya energi lagi untuk bicara. Banda yang terpaksa mengendong tubuh Barra sampai ke hutan. Walau Banda kesal, dia tidak punya pilihan. Melihat Putri dan Sindi yang terus memohon padanya membuat Banda harus melakukannya.
Sesampai di hutan, terlihat dua orang berdiri di depan tenda mereka. Banda yang melihatnya lebih dulu, terkejut sampai menjatuhkan tubuh Barra ke tanah.
Bruk..
"Abang!" teriak Putri yang berlari menolong abangnya.
"Kau ini kenapa?" tanya Sindi pada Banda yang berdiri mematung dengan mulut terbuka.
"Mereka siapa?" tanya Banda sambil menujuk ke depan membuat semua orang melihat ke arah yang di tunjuk Banda. Mereka kaget sekaligus ketakutan melihat dua orang berpakaian lengkap sambil memegang senjata tengah berdiri di depan tenda mereka.
Sindi mundur perlahan membuat ranting kayu yang dia injak mengeluarkan suara. Dua orang itu pun menoleh ke belakang.
"Hei! Angkat tangan kalian!" teriak mereka dengan mengarahkan senjata ke arah Banda, Barra, Putri, dan Sindi.
"Ampun, pak." sahut Putri yang bersembunyi di balik tubuh abangnya.
Tiga puluh menit kemudian...
Seorang tantara datang yang mempunyai pangkat lebih tinggi dari dua orang yang menangkap Barra. Dia lalu berjongkok menatap wajah Barra dengan serius. "Jadi benar apa yang dikatakan opsirku ini?" tanyanya dengan tatapan tajam yang hampir menusuk Barra.
"Iya, benar." jawab Barra dengan suara tegas.
"Dua orang yang kalian ikat di bawah pohon adalah pasien yang terinfeksi gejala aneh. Kalian ingin menyembuhkan mereka sampai memberi mereka obat secara diam-diam?"
"Iya." jawab Barra lagi dengan suara tegas.
"Apa kau seorang ilmuan? Aku dengar hanya dua orang saja di antara kalian seorang ilmuan. Jadi kau?" tanya tentara itu sambil memperhatikan tubuh Barra.
"Aku dan teman perempuan di sampingku ini seorang ilmuan. Dia adalah orang biasa yang ahli meracik obat herbal. Kami mempercayakan semua padanya. Buktinya, satu orang berhasil sembuh karenanya." jawab Banda dengan cepat.
"Lalu, dimana orang sembuh itu? Aku ingin melihatnya jika kalian berkata jujur." sahut tentara yang kini beralih menatap Banda.
"Kami sudah memulangkannya." jawab Putri yang berani mengeluarkan suara.
Tentara itu lalu tersenyum sinis, mengira dirinya di bodohi. "Apa kau tidak tahu, ketua ilmuan menyuruh kami menghabisi kalian siapapun yang bertemu dengan kalian. Untuk itu, aku akan melakukannya." ucap letnan tentara itu sambil memberi kode kepada satu anak buahnya yang berdiri di belakangnya untuk menembak mereka semua.
Door.. Door.. Door..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments