Sebelum Ros mengatakan apa yang terjadi padanya pada malam itu, pintu ruangan inapnya terbuka dan sontak saja Ros dan Ameena segera menengok ke arah pintu yang rupanya di sana nampak Hanif yang berdiri menatap
mereka dengan tatapan heran karena Ameena dan Ros memerhatikannya seperti itu.
“Ada apa? Apakah ada sesuatu?”
“Oh tidak Mas, hanya saja aku pikir siapa yang datang.”
Hanif kemudian melangkahkan kakinya menghampiri Ameena dan ibu mertuanya, Hanif bertanya mengenai kondisi Ros saat ini dan Ros mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja, ia berterima kasih pada Hanif karena sudah mau membawanya ke rumah sakit.
“Ibu jangan berterima kasih padaku, bukankah memang sudah tugas seorang menantu untuk memerhatikan mertuanya?”
Ros hanya tersenyum mendengar apa yang Hanif katakan, kini Ameena kembali fokus dengan apa yang Ros ingat sebelum ibunya itu tak sadarkan diri. Ros pun menceritakan semuanya pada Ameena dan Hanif, mereka berdua menyimak cerita Ros hingga akhirnya Hanif yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan apa yang terjadi pada ibu mertuanya.
“Begitu, Nak.”
“Aku permisi dulu sebentar.”
Hanif pergi keluar ruangan inap Ros untuk menelpon seseorang sementara itu Ameena nampak terharu dengan cerita Ros barusan, ia benar-benar bersyukur karena ibunya bisa terselamatkan nyawanya karena mereka datang
tepat waktu ke rumah sakit ini. Setelah waktu kunjung habis, Hanif mengajak Ameena untuk pulang ke rumah, sebenarnya Ameena masih mau menghabiskan waktu dengan ibunya namun karena Hanif adalah suaminya maka ia tak boleh melawan apa yang diperintahkan oleh suaminya.
“Bu, kami pulang dulu, ya?”
“Iya Nak, hati-hati di jalan.”
“Ibu tenang saja karena mulai malam ini ada orang suruhanku yang akan berjaga di depan pintu jadi Ibu akan selalu aman,” ujar Hanif.
“Terima kasih banyak, Nak.”
“Kami pulang dulu, Bu.”
Hanif dan Ameena kemudian pergi dari ruangan inap Ros, sebelum pergi nampak Hanif bicara dengan orang suruhannya yang ia tugaskan menjaga ruangan inap Ros ini.
****
Ameena sejak tadi diam saja dalam perjalanan pulang ke rumah hingga akhirnya Hanif bertanya kenapa Ameena hanya diam saja, Ameena sendiri sebenarnya sedang memikirkan sesuatu dan hal tersebut menyangkut soal
ibunya. Ia ingin mengatakan hal tersebut namun ia terlalu takut untuk mengutarakannya pada Hanif.
“Ameena, kamu sebenarnya kenapa? Jangan mengatakan kalau kamu baik-baik saja karena aku tahu bahwa kamu tidak baik-baik saja.”
“Iya Mas, sejujurnya aku masih memikirkan soal apa yang terjadi pada ibu hingga akhirnya ibu masuk rumah sakit.”
“Kamu tak perlu khawatir Ameena, kan ada orang suruhanku yang berjaga di sana.”
“Iya Mas, aku tahu itu namun ini menyangkut soal rencana kita pindah ke Norwegia.”
“Kenapa dengan itu?”
“Kalau Mas Hanif tak keberatan, apakah Mas Hanif bisa menunda kepergian kita? Aku ingin berada disamping ibu sampai ia sembuh dan diizinkan pulang ke rumah oleh dokter.”
“Tentu saja Ameena, tentu saja.”
“Terima kasih atas pengertian Mas Hanif.”
Hanif nampak tersenyum menanggapi ucapan Ameena barusan hingga akhirnya mereka tiba di rumah dan Hanif langsung menuju kamar mereka untuk mandi sementara Ameena berada di dapur untuk menyiapkan minuman
untuk suaminya. Ketika tengah menyiapkan minuman untuk Hanif, ponsel Ameena berdering menandakan ada panggilan masuk di sana, ketika ia melihat layar ponselnya rupanya yang menelpon adalah Nandhita.
****
Ameena nampak agak ragu ketika melihat nama Nandhita yang terpampang di layar ponselnya, ia khawatir kalau Nandhita ingin mengancamnya namun mungkin saja tidak seperti itu hingga akhirnya Ameena memutuskan untuk
menjawab panggilan telepon dari wanita itu.
“Assalamualaikum.”
“Kamu di mana sekarang?”
“Kenapa memangnya?”
“Kamu di mana sekarang? Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, Ameena dan ini adalah hal yang penting.”
“Aku… aku ….”
Sebelum Ameena mengatakan ia ada di mana nampak Hanif muncul di pintu dapur dan membuat Ameena terkejut, Hanif nampak penasaran dengan siapa orang yang tengah bertelepon dengan Ameena hingga ia bertanya pada
Ameena siapa orang tersebut.
“Anu Mas ini Nandhita.”
Buru-buru Hanif merebut ponsel Ameena dan mengatakan pada Nandhita untuk jangan menghubungi Ameena lagi dan kemudian ia langsung mematikan sambungan teleponnya.
“Lain kali jangan kamu jawab telepon darinya.”
“Dia bilang ingin mengatakan sesuatu padaku, Mas.”
“Dan kamu memercayai apa yang ia katakan? Nandhita itu tak menyukaimu, Ameena.”
Ameena terdiam mendengar ucapan Hanif barusan, Hanif kemudian meraih kedua bahu Ameena dan membuat Ameena menatapnya, Hanif memberikan pengertian pada Ameena untuk jangan menjawab telepon atau pesan dari
Nandhita karena semua itu hanya tipu daya wanita itu untuk membuatnya celaka.
****
Nandhita nampak menggeram kesal karena lagi-lagi Hanif ikut campur dalam masalah ini, Luluk menghampiri Nandhita dan bertanya apa yang membuat Nandhita begitu kesal sekali saat ini dan Nandhita pun mengatakan
semuanya pada Luluk mengenai Hanif yang menganggap Ameena sebagai Salsabila.
“Apa maksudmu, Nandhita?”
“Iya Tante, selama ini Hanif tidak pernah mencintai Ameena, ia hanya mencintai Salsabila dan sikapnya yang baik pada Ameena itu karena ia menganggap Ameena sebagai Salsabila.”
“Dan Ameena tak mengetahui hal itu?”
“Iya Tante, setiap kali aku ingin mengatakan pada Ameena selalu saja Hanif melarangku atau dia menghalangiku contohnya tadi, dia langsung menutup sambungan teleponku dan marah-marah.”
“Jadi Hanif itu sangat mencintai putriku dan hanya menganggap Ameena sebagai putriku? Itu artinya sampai saat ini Hanif masih belum dapat menerima kalau Salsabila pergi untuk selama-lamanya kan?”
“Iya Tante.”
Luluk nampak menyeringai, ia tahu apa yang harus ia lakukan untuk membuat Hanif sadar bahwa Salsabila sudah pergi dan menghancurkan rumah tangga Hanif serta Ameena.
“Apakah Tante memiliki sebuah ide?”
“Tentu saja sayang, Tante memiliki sebuah ide dan kali ini Tante sangat yakin kalau Hanif akan segera menceraikan Ameena.”
“Apa itu Tante?”
“Nanti juga kamu akan tahu sendiri.”
Selepas mengatakan itu Luluk langsung berbalik badan dan meninggalkan Nandhita, tentu saja Nandhita kesal sekali dengan tantenya itu karena Luluk tak mau mengatakan apa rencananya padanya.
****
Luluk datang ke kantor tempat di mana Hanif bekerja, kedatangan Luluk itu membuat Hanif terkejut bukan main, Hanif bertanya apa yang membuat Luluk datang ke kantornya saat ini. Akan tetapi Luluk malah berkeliling
seraya mengamati ruangan kerja menantunya itu hingga akhirnya Luluk melihat sebuah foto yang dipasang di meja kerja Hanif yaitu foto pernikahan Hanif dan Salsabila.
“Kamu pasti sangat mencintai putriku kan, Hanif?”
“Kenapa Mama menanyakan itu?”
“Hanif, Mama tahu ini berat untukmu namun kamu harus dapat menerima bahwa Salsabila sudah pergi untuk selama-lamanya dan Ameena bukanlah Salsabila.”
“Mama ini bicara apa, sih?”
“Hanif, jangan menipu diri sendiri, Ameena bukan Salsabila!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments