Nandhita nampak berpura-pura terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Hanif ini namun tentu saja Hanif tidak akan mudah untuk ditipu oleh wanita ini, Hanif mengatakan bahwa ia tahu siasat buruk Nandhita dan Luluk
untuk melakukan sesuatu hal yang buruk pada Ameena dan ia tak akan membiarkan hal tersebut terjadi.
“Ingat itu baik-baik, Nandhita.”
“Hanif, sejujurnya aku benar-benar tak paham dengan apa yang kamu bicarakan ini.”
“Aku tidak peduli apakah kamu memang benar-benar tidak tahu atau hanya berbohong saja namun kalau kamu berpikir aku ini mudah untuk kamu bodohi, maka jawabannya salah!”
Setelah mengatakan itu Hanif segera pergi meninggalkan Nandhita yang nampak begitu kesal karena dituduh yang bukan-bukan oleh Hanif, semua ini bukan idenya namun ide Luluk dan Luluk juga yang mengeksekusinya namun kenapa malah Hanif menumpahkan kekesalan padanya?
“Lihat saja Hanif, kamu akan menjadi milikku apa pun yang terjadi.”
Nandhita tetap melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan di mana Ros dirawat, di sana nampak Hanif sudah berjaga di depan pintu dan tak suka dengan kehadirannya.
“Aku datang ke sini bukan untuk mencari keributan Hanif, aku datang ke sini dengan damai.”
“Aku akan selalu mengawasimu.”
Nandhita nampak tak peduli dengan apa yang Hanif katakan, ia masuk ke dalam ruangan inap Ros untuk menjenguk ibu dari Ameena tersebut. Ameena yang tengah berada di sana nampak terkejut dengan kedatangan
Nandhita.
“Kok kamu begitu terkejut dengan kedatanganku, Ameena?”
“Tidak, hanya saja saya tidak menyangka kalau kamu akan datang ke sini.”
“Aku dengar kalau sesuatu hal yang buruk menimpa ibumu maka sebagai seorang yang dekat denganmu bukankah aku harus datang ke sini dan menjenguknya?”
Sejujurnya Ameena tak begitu menyukai apa yang Nandhita katakan padanya barusan karena ia sama sekali tidak menganggap bahwa hubungannya dengan Nandhita dekat, justru wanita itu yang selalu mencari gara-gara dengannya namun Ameena masih mencoba untuk menjaga perasaan Nandhita dan tak mengatakan apa pun padanya.
****
Nandhita selesai menjenguk Ros di rumah sakit ini dan sebelum pulang, dirinya sempat menata Hanif dan mengatakan kalau ia tidak melakukan sesuatu hal yang buruk pada Ros seperti yang dikhawatirkan oleh
Hanif.
“Aku berani bertaruh kalau tidak ada aku di sini maka kamu akan melakukan hal yang buruk.”
“Kamu terlalu berburuk sangka padaku.”
Nandhita kemudian segera pergi dari rumah sakit ini dan di lobi ia bertemu dengan Boy yang hendak menjenguk Ros, Boy nampak terkejut dengan kedatangan Nandhita di rumah sakit ini, ia bertanya kenapa Nandhita ada di sini dan Nandhita mengatakan bahwa ia baru saja menjenguk Ros.
“Apa katamu?”
“Kenapa? Kok wajahmu seperti terkejut begitu.”
“Kamu pasti melakukan sesuatu hal yang buruk pada ibunya Ameena kan?”
Nandhita nampak tertawa mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Boy barusan, dengan santainya Nandhita mengatakan bahwa kekhawatiran Boy tersebut terlalu berlebihan.
“Aku sama sekali tidak melakukan hal yang buruk pada ibunya Ameena.”
“Apakah aku dapat memercayai apa yang kamu katakan?”
“Silakan saja tanyakan pada Hanif dan Ameena.”
Setelah mengatakan itu Nandhita langsung pergi meninggalkan Boy yang masih terdiam di tempatnya, Boy nampak belum percaya sepenuhnya dengan apa yang Nandhita katakan padanya barusan dan kemudian segera menuju ruangan di mana Ros dirawat.
****
Nandhita tiba di rumah dan Luluk telah menantinya, Luluk langsung mengajak Nandhita untuk bicara sebentar dengannya di ruang perpustakaan rumah. Di sana, Luluk bertanya bagaimana keadaan Ros dan Nandhita
pun menceritakan semuanya pada Luluk mengenai keadaan ibu dari Ameena tersebut.
“Jadi maksudmu dia selamat dari kejadian itu?”
“Iya Tante, dia selamat karena dibawa oleh ayahnya Ameena ke rumah sakit tepat waktu.”
“Kurang ajar, berarti rencanaku tidak berhasil.”
“Tapi Tante, sekarang Hanif menyalahkanku atas kejadian itu.”
“Hanif menyalahkanmu?”
“Iya, dia berpikir bahwa aku yang mencelakai ibunya Ameena.”
“Nandhita, sebenarnya ada sesuatu hal yang ingin Tante tanyakan padamu.”
“Memangnya Tante ingin menanyakan apa padaku?”
“Apakah kamu menyukai Hanif?”
Nandhita nampak terkejut dengan apa yang ditanyakan oleh tantenya ini, akan tetapi Nandhita berusaha untuk tenang dan mengatakan bahwa Luluk terlalu menanyakan hal yang aneh padanya.
“Jujur saja padaku Nandhita, sejujurnya aku juga merasa bahwa tatapanmu pada Hanif agak sedikit berbeda.”
“Siapa yang sudah mengompori Tante mengenai hal ini? Apakah Boy?”
“Boy? Kenapa kamu membawa-bawa Boy dalam masalah ini?”
“Sepertinya Boy yang telah membocorkan soal hal buruk itu pada Ameena, Tante.”
Luluk nampak terdiam dan mencerna ucapan Nandhita barusan, dirinya masih belum dapat percaya kalau Boy sebenarnya orang yang ingin menghancurkan rencananya.
****
Luluk sengaja menunggu sampai Boy kembali ke rumah dan ketika Boy kembali ke rumah, buru-buru Luluk menahan putranya itu dan mengatakan ingin bicara sebentar dengan Boy.
“Boy, tunggu sebentar, Nak.”
“Ma, aku lelah, sebenarnya Mama ingin bicara apa denganku?”
“Nak, katakan yang sejujurnya pada Mama, apakah kamu yang sudah membocorkan rencana Mama pada Ameena?”
“Kenapa Mama menanyakan hal itu?”
“Jadi benar kalau kamu yang telah membocorkan rencana Mama pada Ameena?”
“Asal Mama tahu saja, sampai kapan pun aku tidak akan membiarkan Mama untuk mencelakai Ameena dan keluarganya.”
“Kenapa Mama tidak boleh mencelakai mereka? Ameena dan keluarganya memang layak mendapatkan semua ini karena sudah membuat hidup anakku hancur.”
“Ma, bukankah kak Salsabila yang meminta Ameena untuk menikah dengan mas Hanif? Kenapa Mama sampai sekarang masih saja menyalahkan Ameena? Ameena sama sekali tidak bersalah dalam hal ini.”
“Boy, kenapa kamu sangat begitu membela Ameena? Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Nak?”
“Aku menyukainya, Ma.”
“Apa katamu? Kamu pasti sedang bercanda kan, Nak? Tolong jangan main-main dengan hal seperti ini.”
“Siapa yang bercanda? Aku mengatakan yang sebenarnya, Ma!”
“Boy!”
“Kenapa? Apakah Mama keberatan kalau aku menyukai Ameena? Sayangnya aku tidak peduli dengan apa yang Mama pikirkan mengenai hal itu.”
Setelah mengatakan itu Boy langsung pergi meninggalkan Luluk yang berusaha memanggil nama putranya itu namun Boy sama sekali tak mau menengok ke arah Luluk.
****
Ros sudah siuman dan Ameena begitu bahagia karena akhirnya doanya dikabulkan oleh Tuhan, Ameena sangat berterima kasih karena Ros akhirnya siuman juga walaupun saat ini kondisi sang ibu masih sangat lemas
sekali.
“Alhamdulillah kalau akhirnya Ibu sudah siuman.”
Ameena memeluk ibunya dengan tangis haru, kemudian setelah puas memeluk ibunya kini Ameena bertanya pada sang ibu apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu.
“Apakah Ibu mengingatnya?”
Ros nampak terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia menceritakan apa yang ia ingat pada kejadian malam itu bertepatan dengan pintu ruangan inap yang terbuka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments