Luluk nampak terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Hanif barusan, ia namun masih menyangkal dengan apa yang dikatakan oleh Hanif bahwa dirinya sama sekali tidak melakukan kejahatan apa pun pada Ameena seperti
yang dituduhkan oleh Hanif barusan.
“Aku berharap bahwa aku dapat memercayai apa yang Mama katakan dan aku harap itu bisa berlaku selamanya.”
“Tentu saja Hanif, kamu bisa memercayai Mama, lagi pula siapa orang jahat yang sengaja menyebarkan rumor tidak benar itu padamu?”
“Sudahlah Mama tak perlu tahu mengenai hal itu, hanya itu saja yang ingin aku bicarakan dengan Mama, aku permisi dulu.”
“Baiklah Nak, hati-hati di jalan, ya?”
Hanif pun segera keluar dari rumah mertuanya dan masuk ke dalam mobil, ketika itu Luluk mengantarkannya sampai depan dan selepas mobil yang dikemudikan oleh Hanif telah pergi maka Luluk buru-buru masuk ke dalam
rumah dan bertanya-tanya siapa yang telah memberitahu Hanif mengenai hal tersebut.
“Siapa sebenarnya? Apakah Ameena yang menceritakan itu padanya? Namun rasanya mustahil sekali.”
Luluk kemudian mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelpon Nandhita saat ini karena ia berpikir bahwa mungkin saja Nandhita mengetahui sesuatu mengenai hal ini.
“Ada apa Tante menelponku?”
“Nandhita, barusan Hanif datang ke rumah dan dia menuduhku ingin mencelakai Ameena.”
“Apa? Bagaimana bisa Hanif mencurigai Tante hendak melakukan itu?”
“Itu dia yang membuatku penasaran, kenapa Hanif bisa mengetahui hal itu, pasti ada seseorang yang mengetahui hal ini kan?”
“Aku tidak tahu Tante, yang jelas bukan aku.”
“Iya Tante juga yakin bahwa kamu bukan orang yang memberitahu Hanif, akan tetapi pasti ada seseorang yang mengetahui juga rencana ini dan kemudian membocorkannya padanya.”
Luluk kemudian menutup sambungan teleponnya dengan Nandhita akan tetapi tanpa sepengetahuannya rupanya Boy diam-diam menguping pembicaraan sang mama dengan Nandhita.
“Mama tidak boleh menyakiti Ameena sampai kapan pun, maafkan aku.”
Luluk kemudian masuk ke dalam kamarnya dan duduk di tepian ranjang, ia meraih kembali ponselnya seraya menghubungi orang suruhannya.
****
Ameena menyambut kepulangan suaminya, Hanif mengatakan pada Ameena bahwa istrinya itu tak perlu khawatir karena ia telah mengurus soal Luluk, tentu saja Ameena merasa terkejut dengan apa yang Hanif katakan barusan.
Ia khawatir kalau Hanif secara terang-terangan menuduh Luluk yang tidak-tidak maka akan membuat wanita itu tersinggung.
“Kenapa kamu mengatakan itu pada nyonya Lukuk, Mas?”
“Kan kamu bilang kalau dia ingin mencelakaimu? Jadi sebelum dia melakukan hal buruk padamu aku telah turun tangan memberikannya peringatan.”
“Tapi Mas ….”
“Sudahlah Ameena, kamu tak perlu memikirkan soal mama Luluk lagi, sekarang kamu fokus saja menyiapkan pakaian yang akan kamu bawa karena sebentar lagi kan kita akan pindah ke Norwegia.”
Ameena tak mendebat apa yang dikatakan oleh suaminya, ia hanya dapat berdoa semoga saja memang tidak ada hal buruk yang menimpa dirinya dan keluarga hingga kepergiannya bersama dengan suaminya ke Norwegia
bisa berjalan dengan baik tanpa ada halangan sesuatu apa pun. Sebelum mereka berdua pergi tidur nampak
mereka melaksanakan ibadah salat isya berjamaah, ini bukan kali pertama Ameena dan Hanif salat bersama di rumah ini namun melihat Hanif yang menjadi imam salat di depannya membuat Ameena kadang masih tak percaya kalau sekarang ia sudah memiliki seorang suami.
“Kenapa kamu hanya diam saja Ameena?”
“Oh tidak apa-apa Mas.”
“Yakin?”
“Iya, bukan apa-apa.”
****
Orang suruhan Luluk menghancurkan rumah keluarga Ameena sebagai awal peringatan supaya Ameena jangan berani macam-macam dengan Luluk, Ros yang tengah sendirian di rumah menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh orang tak dikenal itu karena suaminya sedang pergi ke warung kopi dan ketika tiba di rumah Yadi nampak terkejut ketika mendapati istrinya terluka parah dan rumah mereka hancur berantakan.
“Ros, apa yang terjadi?”
Namun Ros tak memiliki kekuatan untuk menjawab pertanyaan Yadi barusan hingga membuat Ros tak sadarkan diri akibat luka yang ia alami dari kekerasan yang dilakukan oleh orang tak dikenal tersebut. Ketika Ros telah dibawa ke rumah sakit, Yadi menelpon Ameena untuk mengatakan apa yang terjadi pada ibunya dan tentu saja Ameena terkejut bukan main kalau ibunya mengalami hal buruk malam ini.
“Ada apa Ameena?” tanya Hanif yang bangun saat Ameena bangun.
“Ibuku Mas, ibuku masuk rumah sakit,” jawab Ameena.
“Kalau begitu ayo kita ke sana sekarang.”
Ameena dan Hanif berganti pakaian dan pergi ke rumah sakit tempat di mana Ros dirawat, di sana mereka bertemu dengan Yadi dan Ameena segera bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya.
“Ayah tidak tahu Ameena, tiba-tiba saja saat Ayah kembali ke rumah keadaan rumah sudah hancur berantakan dan ibumu sudah tak sadarkan diri di lantai dengan luka yang parah.”
“Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi pada ibuku?”
****
Akhirnya setelah mendapatkan penanganan oleh tim dokter rumah sakit, nyawa Ros bisa diselamatkan dan kini Ros sudah dipindahkan ke ruangan inap biasa setelah melalui masa kritisnya. Ameena tidak henti-hentinya
mengucap syukur pada Tuhan karena kondisi ibunya yang sudah jauh membaik sekarang.
“Jangan khawatir Ameena,” ujar Hanif.
“Iya Mas, Alhamdulillah sekarang ibu sudah melalui masa kritisnya,” ujar Ameena.
Hanif mengatakan bahwa ia ingin keluar sebentar dan Ameena menganggukan kepalanya, walaupun belum siuman namun Ameena begitu bahagia karena ibunya bisa bertahan hidup.
“Bu, sebenarnya apa yang terjadi padamu?” lirih Ameena.
Ketika Ameena tengah memeluk tangan ibunya yang belum sadarkan diri, Hanif tengah menelpon seseorang diluar ruangan inap ibunya Ameena dan saat itu ia melihat Boy yang tengah berjalan ke arahnya tepat setelah ia mematikan sambungan telepon barusan.
“Mas, di mana ruangan inap ibunya Ameena?”
“Kenapa kamu datang ke sini?”
“Tentu saja aku datang ke sini untuk menjenguk ibunya Ameena.”
“Sebelumnya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu, Boy.”
“Ada apa, Mas?”
“Apakah benar kalau kamu yang memberitahu Ameena kalau mama hendak melakukan hal buruk padanya?”
****
Nandhita berpura-pura datang ke rumah sakit ini sebagai rasa simpatinya pada Ameena namun sebelum Nandhita sampai ke ruangan inap Ros, dirinya sudah ditahan oleh Hanif yang memang menunggu di depan ruangan inap Ros.
“Hanif?”
Hanif segera menarik tangan Nandhita untuk mereka berdua bicara di sebuah tempat yang kosong dan tak banyak dilalui oleh manusia yaitu di tangga darurat, Hanif menarik kasar tangan Nandhita dan mengabaikan rintihan wanita itu yang meminta Hanif untuk melepaskannya.
“Hanif, apa yang kamu lakukan ini, lepaskan aku!”
Hanif baru melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Nandhita setelah mereka sampai di tangga darurat namun tentu saja Hanif agak kasar mendorong wanita ini hingga Nandhita nyaris menabrak dinding.
“Apa maksudmu melakukan semua ini pada ibunya Ameena?!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments