Ameena benar-benar penasaran dengan apa yang sebenarnya hendak Nandhita katakan padanya karena sepertinya apa yang hendak Nandhita katakan ini adalah sebuah hal yang sangat serius akan tetapi sebelum
Ameena mengetahui apa yang hendak Nandhita katakan padanya, justru Hanif secara mengejutkan muncul di restoran tersebut dan meminta Ameena untuk pulang bersamanya.
“Ameena, ayo kita pulang.”
“Tapi Mas, katanya dia mau mengatakan sesuatu padaku.”
“Tidak perlu Ameena, ayo kita pulang.”
“Hanif, kenapa kamu sepertinya tergesa-gesa begini? Apakah kamu takut kalau Ameena tahu yang sebenarnya?!”
“Apa maksudmu?”
“Ameena, kamu harus tahu kalau sebenarnya….”
“Ameena, kamu tak perlu mendengarkan dia, dia itu wanita tidak waras!”
Nandhita nampak terkejut dengan ucapan Hanif barusan yang mengatainya tidak waras, tentu saja Nandhita tak menerima ucapan kasar Hanif itu, ia mengatakan pada Hanif bahwa Ameena berhak tahu yang sebenarnya.
“Pokoknya kamu jangan pernah dengarkan apa yang ingin ia katakan Ameena.”
Hanif tetap membawa Ameena pergi dari restoran tersebut dan mengabaikan suara Nandhita yang meminta supaya Hanif tetap memberikan izin Ameena untuk berada dengannya karena ia ingin mengatakan sesuatu pada Ameena.
“Kamu harus tahu Ameena kalau Hanif tidak pernah mencintaimu!”
Hanif nampak geram dengan ucapan Nandhita barusan, ia tetap membawa Ameena masuk ke dalam mobil dan sesampainya mereka di dalam mobil nampak Hanif meminta supaya Ameena tak mendengarkan apa yang Nandhita katakan padanya barusan.
“Tapi kenapa dia mengatakan hal itu, Mas?”
“Kamu lebih percaya dia atau aku?”
“Tentu saja kamu, Mas.”
“Kalau begitu kamu jangan pernah mendengarkan apa yang ia katakan Ameena karena dia itu tidak waras.”
Ameena kemudian tak mengatakan apa pun lagi saat Hanif melajukan mobilnya pergi menuju rumah mereka, di rumah nampak Hanif mengajak Ameena untuk masuk ke dalam kamar dan di sana Hanif mengatakan ia akan mandi duluan.
“Iya Mas, aku akan menunggu.”
Selepas Hanif masuk ke dalam kamar mandi kini Ameena duduk ditepian kasur sembari penasaran kenapa Nandhita mengatakan hal itu padanya.
****
Nandhita menceritakan pada Luluk bahwa Ameena dan Hanif hendak pergi ke Norwegia tidak lama lagi dan tentu saja Luluk terkejut, ia tak ingin kalau Hanif pergi ke Norwegia bersama dengan Ameena karena sampai kapan pun ia menganggap bahwa Ameena telah membuat putrinya meninggal dunia.
“Aku tidak akan rela jika wanita itu ikut dengan Hanif ke Norwegia, kalau memang Hanif ingin pergi ke sana maka seharusnya dia pergi saja sendiri, jangan ajak wanita itu.”
“Iya Tante, oleh sebab itu apa yang harus kita lakukan untuk membuat Ameena tidak ikut pergi dengan Hanif ke Norwegia?”
Luluk nampak berpikir sebentar dan kemudian ia memiliki sebuah ide bagaimana Ameena untuk tidak jadi ikut ke Norwegia.
“Tante memiliki ide, sayang.”
“Benarkah? Apa yang akan Tante lakukan pada Ameena?”
“Kamu hanya perlu tunggu dan lihat saja apa yang akan Tante lakukan pada Ameena.”
Namun rupanya diam-diam Boy mendengar percakapan mamanya dengan Nandhita, ia tak bisa membiarkan Ameena dalam bahaya dan Boy pun segera memberitahu Ameena mengenaia hal ini supaya Ameena bisa lebih waspada.
“Kenapa Nandhita menghasut mama untuk membenci Ameena?” lirih Boy yang tak percaya kalau Nandhita rela melakukan apa pun untuk membuat Hanif menjadi miliknya.
****
Nandhita yang hendak masuk ke dalam kamarnya dihadang oleh Boy, tentu saja Nandhita kesal dengan yang Boy lakukan ini. Ia meminta supaya Boy jangan menghalangi jalannya karena ia hendak masuk ke dalam
kamarnya.
“Apakah begini sifat aslimu, Nandhita?”
“Apa maksudmu?”
“Kamu ingin merebut Hanif dari Ameena dengan menghasut mamaku membenci Ameena?”
Nandhita nampak tertawa dengan apa yang Boy tanyakan padanya barusan, Nandhita mengatakan bahwa ia sama sekali tidak menghasut Luluk untuk membenci Ameena namun Luluk sendiri yang sudah tidak suka pada Ameena
sejak awal.
“Asal kamu tahu saja Boy, aku mengatakan yang sebenarnya.”
“Kalau begitu seharusnya kamu jangan mengompori mama untuk melakukan tindakan jahat pada Ameena kan?”
“Apakah itu menjadi masalahku? Aku justru senang kalau mamamu ada di pihakku supaya kami bisa menghancurkan Ameena.”
Boy nampak menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka kalau Nandhita wanita yang jahat dan akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
“Andai kakakku masih hidup, mungkin dia akan kecewa padamu.”
“Boy, jangan munafik kamu. Kamu mencintai Ameena kan? Kalau Ameena berpisah dengan Hanif, maka bukankah kesempatanmu untuk dekat dengan Ameena semakin besar?”
“Aku tertarik padanya namun bukan artinya aku akan melakukan hal jahat seperti apa yang hendak kamu lakukan, Nandhita!”
“Aku sama sekali tak peduli dengan apa yang kamu pikirkan tentangku, Boy.”
****
Ameena yang mendapatkan kabar dari Boy tentu saja khawatir, ia takut kalau Luluk dan Nandhita akan bersekongkol untuk mencelakainya dan ia tak ingin sampai hal tersebut terjadi. Hanif yang melihat
kalau Ameena sepertinya sedang gelisah saat ini pun segera bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada Ameena.
“Tidak apa, Mas.”
“Kamu jangan coba menutupi apa pun dariku Ameena, aku tahu kalau saat ini kamu sedang berbohong.”
Ameena awalnya memang tak mau untuk jujur pada suaminya megenai apa yang sedang ia pikirkan mengenai Luluk dan Nandhita namun ia pada akhirnya menceritakan juga pada Hanif mengenai keresahannya akibat kabar yang Boy bawa untuknya.
“Jadi Boy mengatakan kalau Nandhita dan mama ingin mencelakaimu?”
“Iya Mas.”
“Apakah kamu memercayai apa yang Boy katakan?”
“Iya Mas, aku percaya padanya.”
“Kamu percaya padanya karena kamu menyukai dia kan?”
“Tidak Mas, aku sama sekali tidak menyukainya.”
Hanif menghela napasnya panjang, ia tahu bahwa Ameena tak berbohong ketika mengatakan hal tersebut padanya hingga akhirnya ia mengatakan pada Ameena untuk jangan mengkhawatirkan mengenai hal tersebut.
“Apa yang akan Mas Hanif lakukan?”
“Pokoknya kamu jangan khawatir, aku akan menyelesaikan masalah ini.”
Ameena tak banyak bertanya lagi, ia percaya pada suaminya bahwa Hanif pasti akan memberikan jalan keluar yang terbaik dari masalah ini.
****
Hanif mendatangi rumah mertua mendiang Salsabila dan di sana ia disambut oleh Luluk, ia terkejut ketika menantunya datang tanpa memberitahu sebelumnya. Luluk mempersilakan Hanif untuk duduk dan kemudian
bertanya ada keperluan apa sampai Hanif datang ke sini.
“Ma, apakah benar kalau Mama tidak menyukai Ameena?”
“Siapa yang mengatakan kalau Mama tak menyukai Ameena?”
“Tidak perlu berpura-pura di depanku Ma, kalau memang Mama tak menyukai Ameena maka Mama bisa mengatakannya sekarang juga padaku.”
“Hanif, Mama kan sudah mengatakan kalau Mama tidak seperti apa yang kamu katakan, kenapa sih kok kamu malah menuduh Mama tak menyukai Ameena?”
“Kalau Mama menyukai Ameena, kenapa Mama hendak mencelakai Ameena?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments