Hanif pada akhirnya terpaksa menuruti apa yang diminta oleh istrinya itu walaupun ia sendiri sebenarnya merasa keberatan dengan hal tersebut akan tetapi kalau membiarkan istrinya bunuh diri di depan kedua mata kepalanya sendiri maka ia tak akan sanggup untuk menyaksikan hal tersebut. Pada akhirnya Salsabila pun mau dibujuk untuk tidak melanjutkan aksinya setelah Hanif menyetujui perihal pernikahan itu.
“Kamu benar-benar akan menikah dengan wanita itu kan? Kamu tidak akan merubah pikiranmu kan?”
“Iya, aku akan melakukan apa pun asalkan kamu jangan melakukan bunuh diri.”
Salsabila nampak tersenyum dan kemudian ia memeluk tubuh Hanif dengan erat, ia berterima kasih karena suaminya ini mau mengabulkan permintaannya menjelang ia tutup usia.
“Terima kasih Mas, aku benar-benar berterima kasih atas keputusanmu ini.”
“Apa pun akan aku lakukan untukmu, Salsabila jadi tolong jangan tinggalkan aku saat ini.”
Akhirnya mereka berdua masuk ke dalam rumah dan di sana Salsabila mengatakan bahwa wanita yang akan Hanif nikahi itu adalah wanita yang baik dan ia yakin bahwa Hanif pasti akan menyukainya. Hanif hanya diam dan
mendengarkan semua ucapan istrinya yang begitu bersemangat menceritakan soal Ameena padanya, Hanif sudah berusaha membujuk istrinya melakukan pengobatan melalui kemoterapi namun Salsabila menolak dengan alasan ia tak mau menunda kematiannya.
“Cepat atau lambat aku pasti tetap akan meninggal dunia, hanya menghitung hari saja sampai aku benar-benar pergi, Mas.”
Ucapan itu yang membuat Hanif sedih karena Salsabila memilih untuk membiarkan penyakit itu terus menggerogoti tubuhnya dan akhirnya merebut nyawa istri tercintanya ini, ia tak dapat melakukan apa pun untuk menyelamatkannya dan jika membayangkan ucapan Salsabila itu membuatnya sedih bukan main.
“Mas, apakah kamu mendengarkanku?”
“Tentu saja aku mendengarkanmu, sayang.”
“Jadi menurutmu bagaimana?”
“Aku menyerahkan semuanya padamu.”
Salsabila nampak tersenyum dan kemudian Hanif mengajak mereka untuk tidur karena memang hari sudah sangat malam. Salsabila belum tertidur ketika Hanif sudah tidur di sebelahnya dengan lelap, ia memandangi
wajah suaminya itu dan mengusap rambut Hanif perlahan seraya membisikan permintaan maaf karena ia tidak dapat lebih lama bersamanya.
****
Hari pernikahan Hanif dan Ameena akhirnya tiba juga, mereka menikah di sebuah tempat hanya disaksikan oleh keluarga Ameena saja, untuk pertama kalinya Hanif melihat rupa wajah calon istri keduanya itu. Ameena
nampak begitu cantik walau dengan dandanan yang seadanya, Ameena sendiri nampak terpesona untuk pertama kali ketika melihat calon suaminya itu namun buru-buru ia menundukan pandangannya sebelum mereka resmi menjadi suami-istri. Penghulu kemudian memulai acara ijab kabul pernikahan tersebut dan akhirnya setelah Hanif
menyelesaikan ijab kabul tersebut maka Ameena sudah resmi menjadi istri kedua Hanif dan untuk pertama kalinya Ameena mencium tangan suami yang baru saja menikahinya. Salsabila nampak bahagia melihat Ameena dan Hanif bisa menikah di sisa usianya, ia memberikan selamat pada Ameena dan memeluknya.
“Selamat Ameena.”
Ameena tak dapat berkata-kata, ia bingung apa yang harus ia lakukan saat ini, di satu sisi ia bahagia karena bisa menikah namun di sisi lain ketika memikirkan Salsabila yang sebentar lagi akan pergi meninggalkan dunia ini membuatnya sedih. Salsabila kemudian mengatakan pada Ameena bahwa mulai sekarang Ameena akan tinggal di rumah mereka oleh sebab itu Ameena disuruh oleh Salsabila membawa pakaiannya ke tempat ini.
****
Ameena begitu berat ketika berpisah dengan ayah dan ibunya, ia memeluk kedua orang tuanya itu ketika mereka akan pergi ke rumah baru Ameena.
“Semoga kamu bahagia dengan pernikahanmu, Nak.”
“Terima kasih, Bu.”
Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya kini Ameena masuk ke dalam mobil Hanif dengan ia duduk di kursi baris kedua, mobil tersebut kemudian melaju meninggalkan tempat di mana Ameena dan Hanif baru saja
melangsungkan ijab kabul. Setelah berkendara selama 20 menit mereka tiba di rumah yang sebelumnya sudah pernah Ameena singgahi, kini rumah tersebut akan menjadi tempat tinggalnya dan Salsabila menunjukan di mana kamar Ameena.
“Kamu suka dengan kamar ini?”
“Iya Bu, saya suka.”
“Ameena, mulai sekarang kamu jangan bicara formal lagi padaku, sekarang kan kamu sudah jadi istrinya mas Hanif.”
“Tapi Bu ….”
“Panggil aku Salsabila saja, oke?”
“Baiklah.”
Salsabila kemudian tersenyum seraya membiarkan Ameena untuk menata pakaiannya di dalam lemari, ia pun keluar kamar untuk menyiapkan makan malam untuk mereka, saat ia menyiapkan makan malam rupanya mereka
mendapatkan tamu tak terduga yaitu Nandhita yang tak lain adalah sepupu dari Salsabila.
“Nandhita?”
“Hai, apa kabarmu?”
Nandhita nampak akrab dengan Salsabila, mereka berdua berpelukan untuk beberapa saat sebelum Salsabila mempersilakan Nandhita untuk masuk.
“Ayo makan malam bersama kami.”
“Memangnya tidak merepotkan?”
“Sama sekali tidak, kok.”
****
Ameena menuju meja makan yang mana di sana, Salsabila tengah berbincang dengan sosok wanita asing, akan tetapi Ameena melihat bahwa Salsabila begitu dekat dan akrab sekali dengan wanita itu. Ketika Salsabila
mengetahui Ameena datang, ia langsung mempersilakan Ameena duduk di kursinya.
“Sialakan duduk, Ameena.”
“Terima kasih.”
Dengan canggung Ameena duduk di kursi yang berhadapan dengan Nandhita, wanita itu memerhatikan Ameena dengan tatapan heran yang membuat Ameena tak nyaman ditatapnya.
“Salsabila, siapa wanita ini?”
“Oh dia istri mas Hanif.”
“Apa maksudmu? Hanif kan memiliki seorang istri yaitu kamu.”
“Iya Nandhita, dia istri kedua mas Hanif.”
“Apa katamu?! Hanif poligami?!”
“Ini semua atas keinginanku. Kamu tahu sendiri kan kalau usiaku sudah tak akan lama lagi?”
“Tapi bagaimana bisa kamu mengizinkan suamimu menikah dengan wanita asing begini?”
“Ameena adalah wanita yang baik, aku percaya kalau Ameena akan menjaga mas Hanif setelah aku pergi.”
Hanif kemudian tiba di meja makan, Nandhita langsung bertanya pada Hanif mengenai siapa Ameena dan Hanif pun mengatakan kalau Ameena adalah istri keduanya.
“Kamu ….”
“Aku yang menyuruhnya menikah dengan Ameena, bukankah sebelumnya aku sudah mengatakannya padamu? Tolong jangan salahkan mas Hanif.”
Nandhita nampak tak puas hati dengan semua ini, akan tetapi ia memilih untuk bungkam saat makan malam berlangsung.
****
Setelah makan malam, Nandhita pun pamit pulang pada Salsabila dan Hanif, mereka berdua mengantar Nandhita sampai ke tempat di mana mobilnya terparkir, selepas Nandhita menghilang dari pandangan barulah mereka
masuk ke dalam rumah.
“Mas, malam ini kamu tidur dengan Ameena, ya?”
“Tapi ….”
“Dia kan sekarang istrimu, Mas. Kalian harus menghabiskan malam pertama kalian sekarang.”
Hanif menghela napasnya panjang, ia tak membantah apa yang dikatakan oleh Salsabila dan segera pergi menuju kamar di mana Ameena berada, ia mengetuk pintu kamar itu terlebih dahulu sebelum Ameena membukakan pintunya dan terkejut ketika mendapati Hanif berdiri di sana.
“Aku datang ke sini untuk tidur denganmu.”
“Apa?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments